7. Pulang ke Rumah Bella
Dengan penuh keyakinan Adrian menyarankan Bella untuk segera di bawa kembali ke rumahnya, karena Adrian percaya obat yang paling dibutuhkan Bella saat ini bukanlah obat rumah sakit, melainkan perhatian dan kasih sayang yang tulus dari keluarga dan orang-orang terdekat.
"Om juga berpendapat yang sama dengan kamu, Nak. Tapi, apakah nanti Bella tidak merepotkan Nak Adrian?"
Besar harapan kedua orang tua Bella agar Adrian bisa membantu proses penyembuhan kejiwaan Bella, namun rasa segan dan tidak enak membuat kedua orang tua Bella sedikit ragu membawa Bella kembali ke rumah.
"Om, Tante, jangan khawatir! Saya akan datang setiap hari ke rumah Om dan Tante. Bahkan saya akan menginap di sana kalau diizinkan."
Keyakinan Adrian telah bulat, ia benar-benar ingin membantu Bella. Janji yang telah terlanjur ia ucapkan kepada Raka sehari sebelum Raka meninggal terngiang-ngiang di telinganya. Rasa kasihan dan iba melihat Bella yang tersiksa karena cinta juga membuat Adrian ingin selalu berada di samping Bella, bahkan ia tidak mempedulikan Salsa, kekasih hatinya yang selama ini sangat dicintainya.
Kring ..., kring ..., kring ....
Ponsel Adrian berbunyi, namun Adrian memilih untuk tidak mengangkatnya. Tangannya saat ini hanya ingin menggenggam tangan Bella, baginya yang terpenting saat ini adalah kesembuhan dan kenyamanan Bella.
"Nak, dari tadi ponselnya berbunyi, apa tidak ingin diangkat? Mana tahu ada hal penting dan mendesak," ucap mama Ratna.
"Tidak ada yang lebih penting saat ini kecuali Bella, Tante," jawab Adrian yakin.
Kedua orang tua Bella sebenarnya merasa heran dengan sikap Adrian yang tiba-tiba baik kepada Bella, padahal mereka baru saja mengenal, itu pun secara tidak sengaja.
"Kalau begitu Om dan Tante akan mengurus administrasi kepulangan Bella, Nak Adrian tolong jaga Bella ya."
Dengan senyum tipis kedua orang tua Bella berpamitan sebentar.
"Baik, Om, Tante," ucap Adrian.
Sekarang hanya tinggal Adrian dan Bella di kamar inap ini.
Adrian menatap Bella dengan tatapan berbeda, iba, khawatir, dan mulai tumbuh dek-dekan, semua membaur menjadi satu.
"Bella, cepatlah sembuh!" ucap Adrian lembut.
Adrian mengecup kening Bella dengan hangat. Entah apa yang di fikirkan Adrian saat ini, yang jelas ia ingin memberikan segenap ketulusan hatinya untuk kesembuhan Bella.
"Adrian," kata-kata lembut dan lemah yang ke luar dari mulut Bella membuat Adrian terkejut dan kikuk. Adrian segera menjauhkan wajahnya dari Bella.
"Bella, maaf!" Adrian salah tingkah.
"Adrian, nama kamu Adrian 'kan?" tanya Bella lagi.
"Iya," Adrian masih dalah tingkah.
"Adrian, bolehkah aku minta tolong kepadamu?" ucap Bella dengan nada suara lemah.
"Ten ..., tentu, Bella," suara Adrian bergetar.
"Adrian, aku ingin berjalan-jalan, rasanya terlalu suntuk berada di ruangan ini."
Bella bersikap manja kepada Adrian tanpa membahas kecupan di keningnya.
"Kamu ingin ke mana, Bella?" Adrian menatap Bella dengan penuh perhatian.
"Aku ingin bertemu Raka," ucap Bella tertunduk sedih.
"Tapi, Bella, Rak ...,"
Belum selesai Adrian berbicara, Bella langsung memotongnya.
"Aku ingin mengunjungi makam Raka, aku belum sempat mengucapkan kata-kata perpisahan dengannya," pinta Bella dengan nada memohon.
Adrian seperti terhipnotis, ia tidak menolak dan berkata kepada Bella. Ia seperti memiliki tanggung jawab untuk membahagiakan Bella.
"Adrian, please ..., tolong antarkan aku!" Bella merengek.
Rengekan Bella semakin membuat Adrian tidak lagi bisa berkata-kata. Bella benar-benar bisa membuat Adrian luluh.
"Baiklah, aku akan menemanimu ke sana tapi tidak sekarang," ucap Adrian tegas.
"Kenapa?" Bella terlihat kecewa.
"Bella, kita harus meminta izin kepada Mama dan Papa kamu terlebih dahulu."
Adrian menatapa lembut Bella sembari memegang pundak gadis itu untuk meyakinkannya.
"Aku maunya sekarang!" Pekik Bella sangat keras.
Bella mulai histeris, berteriak sekeras-kerasnya. Ingin berlari, namun Adrian langsung memeluknya, pelukan Adrian membuat Bella benar-benar langsung tenang.
"Bella, tenanglah! Aku pasti akan mengantarkanmu ke pemakaman Raka, tapi kamu harus sabar. Mama dan Papamu saat ini sedang mengurus administrasi agar kamu bisa segera pulang ke rumah." Penjelasan Adrian membuat Bella sedikit lebih tenang, namun tetap ia ingin ke luar mencari udara segar.
"Bagaimana kalau kita ke taman rumah sakit? Aku terlalu sumpek di sini!"
Berbagai cara dilakukan Bella agar Adrian menuruti keinginannya.
"Baiklah, tapi kamu harus duduk di atas kursi roda ya! Aku tidak mau kamu kenapa-napa."
Adrian membantu Bella duduk di kursi roda, kemudian membawa Bella ke luar dari kamar inapnya untuk mencari udara segar.
"Adrian, apa aku boleh bertanya?" ucap Bella di sela-sela perjalanan menuju taman.
"Tentu saja boleh," jawab Adrian lembut dan bersemangat.
"Kamu sebenarnya siapa? Kenapa kamu sangat baik kepadaku padahal kamu baru mengenalku. Atau apakah mungkin kamu sebenarnya kenal denganku?"
Bella menengadahkan wajahnya menatap Adrian yang saat ini mendorong kursi rodanya.
Adrian menatap Bella, Adrian terpesona dengan kecantikan alami yang dimiliki Bella. Bahkan di saat gadis itu pucat dan tidak berdandan, wajahnya masih terlihat sangat cantik.
"Cantik!" Hanya itu kata-kata yang ke luar dari mulut Adrian. Saat ini ia tidak bisa memalingkan wajahnya sedikitpun dari Bella.
"Maksudnya?"
Dengan tatapan heran Bella menatap mata Adrian dengan lembut.
"Cantik," ucap Adrian sekali lagi.
"Adrian, Adrian!" Bella mencabut kumis tipis di pipi Adrian hingga lelaki tampan itu terpekik.
"Aw, sakit!" Adrian akhirnya sadar kalau ia menatap Bella terlalu lama hingga tidak sadar kalau Bella sedari tadi memanggilnya.
"Bella kenapa mencubitku!" Adrian memasang wajah manyun.
"Ha ha ha ...," Bella tertawa sangat lepas.
Tingkah Adrian benar-benar terlihat lucu di mata Bella.
"Bella kenapa kamu tertawa?"
Adrian menggelitik pinggang Bella hingga Bella semakin tertawa lepas.
Bahagia!
Sungguh wajah Bella terlihat bahagia dengan rona wajah bersinar, membuat wanita itu terlihat sangat cantik.
"Adrian, jangan! Ampun!"
Bella benar-benar tidak kuat lagi menahan gelitikan Adrian, tawanya terbahak-bahak.
"Bella, aku senang melihatmu tertawa lepas seperti itu," ucap Adrian sembari menghentikan kursi roda di sebuah taman rumah sakit dengan pemandangan bunga-bunga yang bermekaran.
"Bella,"
Adrian memasangkan bunga krisan berwarna putih di telinga Bella.
"Adrian,"
Bella memegang bunga yang ada di telinganya kemudian menatap Adrian dengan senyum merona di wajahnya.
"Bella, kamu benar-benar sangat cantik!" Lagi-lagi Adrian memuji Bella, ia tidak bisa memalingkan matanya sedikitpun dari Bella.
"Adrian, kamu belum menjawab pertanyaanku, kamu sebenarnya siapa?" Bella kembali menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Aku Adrian," hanya itu yang bisa dijawab oleh Adrian.
"Aku tahu kamu Adrian, yang aku tanyakan, apakah kamu pernah mengenalku sebelumnya? Kenapa kamu baik kepadaku?" Bella menatap wajah Adrian dengan seksama, berharap lelaki itu menjawab pertanyaannya sesuai harapannya.
"Bella, aku mencintaimu!"