Ringkasan
"Jangan menangis! Aku akan selalu ada untukmu!" ucap Adrian sembari memeluk Bella yang berteriak histeris. "Kamu siapa?" Bella tidak mengenal lelaki itu. Hati Bella hancur dan patah karena calon suami yang sangat ia cintai meninggal dunia sesaat sebelum ijab kabul terucap. Trauma dan luka mendalam membuat Bella sakit secara mental, ia mulai mengurung diri dan tidak ingin berinteraksi dengan siapapun. Namun, takdir menuntun Bella bertemu dengan Adrian, lelaki yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang kelam. Bella mulai bergantung kepada Adrian, hingga benih-benih cinta muncul di hati keduanya. Namun, Bella dibuat ragu dengan hadirnya Rasya, mantan kekasihnya semasa SMA. Akankah cinta Bella dan Adrian bisa bersatu, disaat Bella masih terjebak dalam bayang masa lalunya.
1. Gagal Menikah
Dengan tatapan haru dan jantung yang berdetak di luar gerakan normal, Bella menatap wajah papa dan calon suaminya secara bergantian. Wajah kedua lelaki itu terlihat tegang dan risau. Tentu saja, perasaan alamiah yang selalu dirasakan oleh mempelai dan keluarga sebelum akad terucapkan.
Kelinci di jantung Bella juga seolah ingin melompat ke luar, ketika pak penghulu bertanya tentang kesiapan sang mempelai pria menikah.
Ya, sebentar lagi momen paling mengharukan dan mendebarkan bagi Bella akan dimulai. Dalam sepersekian detik statusnya akan berlabel istri orang.
Gadis 24 tahun yang saat ini bekerja di perusahaan milik orang tuanya itu terlihat benar-benar cantik dengan balutan baju pengantin berwarna putih yang dikenakannya. Bella terlihat seperti seorang putri dari negeri dongeng yang terkenal kecantikan dan keanggunannya.
"Ya Allah, permudahlah akad nikah hamba," ucap Bella di dalam hati karena tangan papa dan calon suaminya saat ini saling berjabatan.
"Saya nikahkan anak kandung saya yang bernama Bella Andriani binti Herman Santoso dengan mahar sepertangkat alat salat dan emas 10 gram di bayar tunai...."
Ucapan lantang dalam satu nafas ke luar dari mulut papanya Bella.
"Saya terima nikahnya Bella Andriani binti Herman Santoso dengan mahar seperangkat alat salat di ...,"
Tiba-tiba calon suami Bella berhenti berucap, mulutnya bergetar, ia seolah ingin melanjutkan ucapannya, namun sepertinya rangkaian kata-kata terlalu sulit untuk diungkapkannya.
Wajah calon suami Bella pucat, matanya terlihat sayu, lemah dan tidak bertenaga.
Brukkk ....
Tubuh calon suami Bella tersungkur dengan mata yang tertutup rapat.
Lelaki yang bernama Raka itu langsung pingsan tepat di depan penghulu. Tangan yang berjabatan lepas dalam sekejab.
"Raka...," pekik kedua orang tua Raka serentak.
"Mas Raka...," teriak Bella histeris.
Wajah cantik yang dilapisi make up natural ala pengantin modern itu terlihat panik, khawatir yang teramat sangat dengan air mata yang jatuh seperti hujan lebat nan enggan untuk berhenti.
Seluruh hadirin yang hadir di pesta pernikahan Bella juga terlihat kaget dan histeris. Suara pekikan dan teriakan membaur menjadi satu dari berbagai sudut rumah Bella.
Dengan hati yang teriris, Bella kemudian berjalan cepat mendekati calon suaminya, ia menatap wajah itu dengan seksama. Wajah tampan calon mempelai pria terlihat sangat pucat, lemah dan tidak berdaya.
Takut, Bella merasakan perasaan ketakutan. Perasaan yang berbeda dan belum pernah dirasakannya sebelumnya.
"Mas, apa yang terjadi denganmu?"
Bella berteriak keras sembari memeluk calon suaminya.
"Tolong bawa Raka segera ke mobil, kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" ucap papa Raka yang tidak lain adalah calon mertuanya Bella.
"Bella, lepaskan Raka!"
Salah seorang keluarga Bella melepaskan pelukan Bella dari calon suaminya secara paksa, kemudian beberapa orang datang untuk memapah Raka dengan gerakan sigap.
"Lepaskan aku! Aku ingin mendampingi Mas Raka," teriak Bella sembari mencoba melepaskan dirinya yang ditahan untuk tidak mendekati Raka.
"Bella, istigfar!"
Berbagai sudut meminta Bella sadar dan mengingat Tuhannya. Namun, Bella tidak lagi bisa mengontrol dirinya sendiri.
Dengan langkah berat, Bella berlari dan melangkahkan kakinya mengikuti rombongan yang memapah Raka.
Gaun pengantin panjang dan terasa berat yang dikenakan Bella membuat langkahnya terhambat, "Merepotkan sekali gaun ini!" ucap Bella.
Namun gaun cantik itu tetap tidak menghalangi niat Bella untuk mengikuti Raka. Sembari mengangkat gaun itu, ia tetap berlari melewati tenda dan pelaminan tanpa menggunakan alas kaki.
"Papa ..., Bella ikut!"
Bella berteriak keras ketika melihat mobil akan membawa calon suaminya.
Calon papa mertuanya menoleh ke arah Bella dengan tatapan iba, "Nak, kamu di sini saja, Papa akan segera kembali!" Larang lelaki separuh baya itu.
Tapi, Bella tetap bersikeras ingin ikut menemani. Dengan kekuatan yang dimilikinya dan untuk menghindari perdebatan panjang, akhirnya Bella diizinkan calon papa mertuanya untuk ikut menemani.
Air mata Bella terus bercucuran, Bella menjadikan pahanya sebagai bantal agar Raka merasa nyaman.
Tangan kanan Bella membelai rambut Raka dan tangan kirinya menggenggam tangan Raka. Dengan wajah sedih, Bella terus saja menatap wajah lelaki yang teramat sangat dicintainya itu.
Sementara itu papa Raka tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, menuju rumah sakit terdekat. Namun takdir berkata lain, manusia hanya bisa berusaha, tapi hasil akhirnya tetap Tuhan yang menentukan. Perkara rezeki, maut dan jodoh memang telah ditetapkan Tuhan jauh sebelum manusia terlahir ke dunia. Tidak ada yang bisa menolak datangnya kematian. Entah itu anak-anak, muda ataupun tua sekalipun, semua sama saja, akan mati ketika sudah waktunya.
Ya, Tuhan berkata lain, bahkan sebelum sampai di rumah sakit, Raka sudah tidak lagi bernyawa. Hari yang harusnya menjadi hari bahagia bagi Bella akhirnya menjadi tangisan air mata. Lelaki itu pergi untuk selamanya.
Namun, Raka calon suami Bella sempat membuka mata beberapa saat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
"Sayang ..., maaf karena Mas tidak bisa lagi berada di sampingmu."
Suara lemah dan bergetar yang ke luar dari mulut Raka terlihat dipaksakan. Sembari menggenggam tangan Bella dengan sisa-sisa tenaganya, Raka tersenyum sebelum akhirnya menutup mata.
"Mas ..., jangan tinggalkan aku!"
Pekikan histeris ke luar dari mulut Bella.
Mobil yang dikendarai oleh calon papa mertuanya seketika di rem mendadak karena mendengar pekikannya. Dengan perasaan sedih yang teramat sangat lelaki separuh baya itu mengucapkan, "Innalillahiwainnaillaihirojiun."
Dengan muka datar yang berusaha terlihat tegar, calon papa mertua Bella memutar balik mobil itu menuju rumahnya.
Hati Bella mulai tidak karuan, matanya tidak henti-hentinya menangis sembari menatap calon suaminya yang terlihat tampan. Hari ini harusnya menjadi hari akad nikahnya, hari di mana ia akan berubah status menjadi seorang istri, tapi kenyataannya berbeda. Tuhan punya rencana lain, Tuhan mengambil belahan jiwanya sedetik sebelum ijab kabul terucap. Tuhan mengambil calon imamnya di hari ia akan berstatus sebagai makmum.
Hati perempuan mana yang tidak akan sakit dan hancur, hati perempuan mana yang tidak akan terluka, hati perempuan mana yang tidak akan teriris, jika mengalami kejadian seperti yang dialami Bella.
Beberapa menit kemudian, Bella akhirnya sampai di kediaman calon suaminya, semua orang yang tadinya menghadiri acara akad nikah di rumah Bella, kini telah berkumpul di rumah Raka. Ya, calon papa mertuanya menyempatkan menelpon dan mengabarkan tentang kematian Raka tepat sebelum memutar balik mobil, sehingga semua orang telah berada di sini, menunggu kedatangan jenazah Raka dengan wajah duka yang teramat sangat.
Perlahan jenazah Raka diturunkan dari mobil, sementara Bella masih duduk mematung seperti tidak bernyawa, ia seperti enggan hidup namun tidak bisa mati.
"Bella, keluarlah, Nak!" ucap calon papa mertua lembut, namun Bella tetap diam dalam kebisuan.
"Mas, apa yang akan aku lakukan setelah ini tanpamu?"
Hati Bella bergejolak, fikirannya bercabang, begitu banyak hal yang terasa tidak logis dan tidak bisa ia terima.
Hancur!
Bella hancur berkeping-keping.
Dengan sisa sisa tenaga yang dimilikinya, Bella ke luar dari mobil, tapi ia tidak memasuki rumah Raka. Ia berjalan menyusuri setiap jalan di komplek perumahan mewah itu dengan air mata yang terus mengalir. Gaun pengantin indah yang dikenakan Bella benar-benar merepotkan, membuat ia beberapa kali tersungkur ke tanah.
"Aw ..., sakit!"
Lutut Bella berdarah, kaki yang tidak beralas itu juga terluka. Namun, Bella tetap berusaha bangkit, ia berlari tanpa tahu arah dan tujuan, ia hilang arah dengan langkah tertatih-tatih.
"Piiiip ..., piiip ...." Bunyi klason mobil mewah Rolls Royce berwarna hitam hampir saja menabrak Bella.
Saking ketakutannya Bella pasrah dan tersungkur ke bumi sembari menutup matanya.
"Woi ..., kalau mau syuting, jangan di jalan raya seperti ini dong!"
Teriak seorang lelaki yang ke luar dari mobilnya. Lelaki itu terlihat sangat tampan dengan jas berwarna hitam yang dikenakannya. Namun, Bella tidak menghiraukan lelaki itu, ia tetap diam dalam kebisuan.
"Woi, loe bisa dengar gw nggak sih?" Teriakan lelaki tampan itu semakin keras. Namun, Bella tetap mengacuhkannya.
Bella kemudian berdiri dan melanjutkan langkahnya tanpa meminta maaf atau berkata apapun kepada lelaki tampan itu.
"Woi, gadis gila! Ngapain lo?"