2. Tenda Biru Berganti Hitam
Lelaki tampan itu memintas jalan Bella, ia merasa tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Bella. Dengan wajah marah dan mata memerah, ia ingin meluapkan semua emosi dan kekesalannya kepada Bella. Namun, ketika ia melihat Bella menangis, lelaki itu terlihat iba dan mengurungkan niatnya.
"Loe mau ke mana? Biar gw antar!" hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut sang lelaki tampan.
Bella menatap lelaki yang berada di depannya itu dengan seksama, tatapan penuh cinta dan kasih sayang.
"Mas Raka, ini kamu Mas?"
Bella memeluk erat tubuh bidang lelaki tampan itu, sementara lelaki itu saat ini tengah mematung, diam dan tidak berkutik.
"Mas, kamu dari mana saja?"
Dengan rengekan manja, Bella memegang jas lelaki tampan itu sembari menatap tajam matanya. Bella sepertinya tengah berkhayal kalau lelaki yang saat ini bersamanya itu adalah calon suaminya.
"Jadi cewek ini calon istrinya Raka? Eh, tetapi kenapa wanita ini ada di sini dengan gaun pengantin ini? Bukankah seharusnya hari ini adalah akad nikah mereka?" Berbagai pertanyaan beruntun muncul di benak lelaki itu.
"Mas Raka," Bella tersenyum menatap lelaki yang dianggapnya calon suaminya.
"Hai, maaf sebelumnya, gw bukan Raka. Nama gw Andrian, jadi tolong lepaskan tangan loe dari gw, sekarang!"
Dengan tegas Adrian berusaha melepaskan tangan Bella yang menarik-narik jas yang dikenakannya.
"Mas, kenapa kamu bersikap kasar? Apa kamu tidak mencintaiku lagi?"
Dengan tatapan tajam penuh pengharapan Bella terisak.
Rasa iba di hati Andrian membuatnya tidak tega melihat air mata mengalir di wajah cantik Bella. Ia kemudian menarik tangan Bella untuk berjalan memasuki mobilnya.
"Mas, tunggu! Kakiku terluka."
Bella menunjuk kakinya yang berdarah dan gaun pengantin putih yang dikenakannya juga kotor karena noda dan darah.
Tanpa berkata-kata Adrian menggendong Bella dan Bella yang merasa Adrian adalah Raka langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Adrian.
"Kamu tidurlah, aku akan mengantarkanmu ke rumah Raka."
Adrian membaringkan Bella di mobilnya kemudian melanjutkan menyetir menuju rumah Raka, sahabat dekatnya.
Adrian memang sering mendengar tentang Bella dari Raka, Adrian juga sangat mendukung rencana pernikahan Raka dengan Bella, akan tetapi Adrian tidak pernah sekalipun bertemu dengan Bella karena kesibukannya sebagai seorang CEO sebuah perusahaan besar.
Hari ini Adrian berencana akan datang ke acara akad nikah Raka dan Bella, tapi ia menyempatkan diri untuk pulang ke rumahnya dahulu untuk berganti pakaian, namun takdir mempertemukannya dengan Bella, wanita cantik bergaun pengantin yang terlihat seperti seorang bidadari.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Adrian sampai di depan rumah Raka. Alangkah terkejutnya ia melihat tenda hitam berdiri di depan halaman rumah Raka. Ia melihat wajah orang-orang terlihat sedih dan berduka.
"Siapakah yang meninggal dunia, apakah Raka?" ucap Adrian di dalam hati.
Adrian langsung menebak nama Raka, seolah ia mengetahui sesuatu yang tidak Bella ketahui perihal Raka.
Adrian ke luar dari mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk Bella. Namun, ia melihat Bella tengah tertidur pulas, ia tidak tega untuk membangunkannya hingga ia kembali duduk menemani Bella yang tengah tertidur.
Selang beberapa jam kemudian, Andrian melihat Bella yang mulai menggeliat dan membuka matanya dari balik kaca spion mobilnya. Adrian menolehkan wajahnya menatap Bella.
"Loe sudah bangun? Nama loe Bella bukan?"
Adrian menatap Bella dengan lembut dan penuh dengan rasa iba. Ia melihat pengantin wanita itu menanggung sejuta duka di hatinya, wajah sendu yang terlihat lelah itu seolah hidup namun seperti mati.
Pandangan Adrian tertuju pada kaki putih Bella yang tidak beralas, "Kasihan sekali wanita ini," ucap Adrian di dalam hati.
Adrian kemuadian berlari untuk mengambil sesuatu di bagasi mobilnya.
"Sepertinya sendal ini cocok untuk wanita itu." Adrian kemudian berlari menghampiri Bella lagi.
Adrian memasangkan sendal karakter doraemon di kaki Bella, seperti seorang pangeran yang memasangkan sepatu kaca kepada Cinderella.
"Terima kasih, Mas Raka, ternyata kamu masih ingat kalau aku suka sekali dengan karakter Doraemon."
Bella tersenyum manis kepada Adrian yang dianggapnya Raka. Senyum Bella terlihat sangat indah dan cantik, hingga untuk sesaat Adrian terpesona.
Adrian kemudian mengulurkan tangannya kepada Bella dan membantu gadis cantik itu ke luar dari mobilnya.
"Bella, gw Adrian bukan Raka!" Kali ini nada suara Adrian lebih di tekan hingga membuat Bella akhirnya tersadar.
Dengan buru-buru Bella langsung melepaskan genggaman tangannya dari Adrian.
"Maaf!" hanya itu kata-kata yang ke luar dari mulut Bella.
Bella kemudian melihat sebuah keranda mayat turun dari rumah Raka, keranda yang akan di bawa ke mesjid untuk di salatkan.
Fikiran Bella kacau, hatinya hancur dan sangat terluka karena ia baru sadar kalau ia telah pergi terlalu lama, ia bahan tidak bisa melihat wajah Raka sebelum ditutup kain kafan karena ia tertidur di mobil Adrian yang dianggapnya Raka.
Tanpa fikir panjang, Bella berlari mengikuti keranda mayat dengan langakah tertatih-tatih. Gaun pengantin yang harusnya dipakai di hari akad nikahnya, malah dipakai untuk mengantarkan mayat kekasih hatinya ke liang lahat.
Hati Bella seperti tergores pisau, ketika mayat yang siap disalatkan itu akan dibawa ke tempat pemakaman umum yang lokasinya masih disekitar komplek perumahan mewah itu.
Bella menangis dan terus merintih, ketika menyaksikan satu persatu tanah menutupi liang lahat calon suami yang teramat sangat dicintainya itu.
"Mas Raka, jangan tinggalkan aku!" Bella berteriak histeris seperti orang gila yang tidak tahu arah dan tujuan.
"Bella, sadar, Nak!"
Mama Bella memeluk putri kesayangannya itu. Beliau menepuk-nepuk lembut pundak Bella untuk menenangkan putri kesayangannya.
"Mama, kenapa Mas Raka pergi meninggalkan Bella?" Isak tangis Bella tidak bisa lagi dibendungnya.
Hidup Bella hancur!
Bella hidup tapi seolah tidak bernyawa.
"Ma, Bella sudah tidak ingin hidup lagi." Ucap Bella lemah dan tidak berdaya.
"Bella, jangan bicara seperti itu, Nak. Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Bella harus kuat, Sayang!" Air mata kesedihan juga tidak bisa lagi di tahan oleh Ratna, mamanya Bella.
"Bella tidak kuat lagi, Ma."
Mata Bella tertutup rapat, tangannya yang memeluk mamanya juga terlepas. Bella pingsan dan tidak lagi sadarkan diri di pemakaman Raka.
Tragis, hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi pasangan pengantin baru di pelaminan, malah menjadi hari berduka di pemakaman.
"Bella ..., sadar, Nak! Sadar, Sayang!" pekik mama Ratna.
Fokus mata orang yang hadir dipemakaman menjadi terpecah, sebahagian masih berduka menangisi kepergian Raka dan sebagian lagi panik melihat Bella yang sudah tidak lagi sadarkan diri.
"Tolong ...!" hanya itu kata-kata yang ke luar dari mulut mama Ratna sembari menangis.
Lalu dengan sigap, Adrian datang menghampiri Bella dan mama Ratna. Adrian menatap mata mama Ratna, seolah isyarat meminta izin untuk membantu.
Adrian menggendong Bella yang tidak sadarkan diri itu kedalam pelukannya, kemudian berlari sangat cepat menuju mobilnya. Wajah Adrian juga terlihat sangat khawatir dan panik, gambaran wajahnya seolah berkata, "Bertahanlah, aku akan ada untukmu!"
Dengan bergegas Adrian membukakan pintu mobilnya dan membawa Bella menuju rumah sakit terdekat dengan ditemani oleh mama Ratna.
"Sayang, bertahanlah, Nak!" ucap mama Ratna dalam tangis dan kepiluan hatinya.