Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4 - MOVE

---Markas Besar Kepolisian Metropolitan London, Inggris---

---Unit Investigasi Khusus Skuad 1---

Kondisi ruangan dari Unit Investigasi Khusus masih agak lengang pagi ini. Seluruh anggota dari unit tersebut tengah berkumpul di satu ruangan dimana pimpinan mereka memimpin pertemuan penting tersebut. Meja panjang dengan layar proyektor besar yang berada di ujung ruangan dan kursi – kursi yang terisi penuh dengan para detektif polisi ada di sana. Sementara tuan Harvey yang bertindak sebagai pemimpin operasional dari tim tersebut duduk sendirian di ujung meja yang lain sambil mengamati layar proyektor tersebut dan sesekali memperhatikan laporan tertulis yang ada di hadapannya.

“Baiklah, saya akan segera mulai menjelaskan untuk kasus Pembunuhan yang berlokasi di London Borough,” ucap Matthew membuka pertemuan kali itu. “Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa terdapat dua korban dalam kasus ini. Yang pertama, Haris, 56 tahun, seorang News Anchor, di bunuh dengan di tusuk pada bagian leher. Tepat di area pernafasannya dan arteri konduktornya terpotong. Korban kedua, Lidya, 54 tahun, seorang ibu rumah tangga, di bunuh dengan di tusuk beberapa kali di area perut dan tewas karena pendarahan berat yang di alaminya. Keduanya adalah sepasang suami istri, yang juga merupakan orang tua dari tersangka utama, Fariz Maulana, 20 tahun, lulusan Sekolah Menengah Atas Richbon, London. Dan yang menjadi saksi pertama dari kasus tersebut adalah adik kembar tersangka yang juga putri bungsu kedua korban bernama Putri, berusia 20 tahun. Sekaligus menjadi orang pertama yang menemukan mayat orang tuanya,” lanjut Matthew.

“Hmm… menarik, lalu untuk bukti yang di temukan?” tanya Harvey.

“Seluruh bukti yang di temukan antara lain. Pertama, Pisau Dapur dengan pegangan berwarna merah muda dan memiliki corak bunga khusus di mata pisaunya juga berukirkan nama ‘PUTRI’ di bagian pegangan pisau tersebut, Kedua, Jejak Kaki tersangka utama yang berada di sekitar korban dan juga menyebar di beberapa titik di lokasi kejadian seperti area dapur, area kamar Putri (tempat pisau di simpan), ruang tamu dan ruang keluarga, juga di tubuh kedua korban. Lalu yang paling utama dari semuanya adalah rekaman kamera pengawas di rumah korban dan juga lingkungan rumah korban di sekitarnya. Dimana di sana terlihat jelas pukul berapa tersangka keluar dari rumah untuk mengantar adik kembarnya, pulang kembali dan terjadi pembunuhan tersebut, hingga saat kedatangan adik kembarnya kembali ke rumah yang akhirnya menemukan mayat kedua orang tuanya yang telah tewas, juga mendengar langsung pengakuan dari tersangka saat itu,” jelas Johnson, salah satu detektif senior itu sambil menggeser layar proyektor di sana dan menunjukkan foto – foto dari setiap bukti yang dia jelaskan kali ini.

Harvey kini memperhatikan dengan serius dan seksama setiap penjelasan yang di lontarkan oleh anak buahnya itu tanpa menyela. Sesekali dia akan mengernyitkan keningnya, membolak balik kertas laporan di tangannya, atau mengetukkan jari – jarinya ke meja dan menghela nafas panjang.

“Motif pelaku?” Tanya Harvey dengan suara beratnya.

“Menurut kesaksian dari pelaku secara langsung saat di interogasi tepat setelah penangkapan, pelaku menyatakan kecemburuannya karena mendapat perlakuan berbeda oleh orang tuanya selama ini. Dan puncaknya, saat adik kembarnya yang bernama Putri itu akan masuk ke sekolah Michellin khusus dan menjadi Chef setelah kelulusan mereka. Sementara dirinya hanya akan mendaftar di universitas lokal karena kondisi keuangan mereka yang tak terlalu baik saat ini,” jelas Johnson lagi.

“Artinya, dia di paksa mengalah demi adiknya?” Tanya Peter, wakil pemimpin itu.

“Benar…” tegas Johnson sekali lagi.

“Bukankah aneh, kalau kasus ini selesai dengan begitu mudah karena pelaku yang langsung mengakui perbuatannya tanpa mengelak atau berusaha kabur?” celetuk Nicholas, rekan kerja Andrew yang berada di unit yang sama dan masih menjadi detektif junior dalam unit tersebut.

“Maksudmu, ada yang salah dengan semuanya?” tanya Johnson lagi.

“Bukan, tapi seperti ada yang kita lewatkan. Menurutku biasanya, pelaku akan mengelak atau setidaknya bungkam terlebih dahulu meskipun dia tertangkap basah. Tapi ini… cukup aneh…” sambung Nicholas sekali lagi.

“Bagaimana dengan keterangan para saksi?” tanya Harvey menyela.

Andrew yang bertanggung jawab untuk itu pun langsung menegakkan posisi duduknya dan segera membuka laporan yang dia bawa, “menurut keterangan dari para saksi yang terdiri dari teman – teman tersangka, para tetangga dan juga pihak sekolah, mereka semua membenarkan bahwa tersangka memang dating juga pulang sesuai waktu yang muncul pada bukti rekaman kamera pengawas. Mereka memberikan kesaksian yang hampir mirip dan memberatkan posisi tersangka. Lalu, untuk keterangan saksi dari teman – teman dekat korban, mereka memberikan pernyataan bahwa selama ini hubungan antara tersangka, kedua korban dan adik kembarnya sangat baik hingga di rasa tak mungkin melakukan kejahatan tersebut. Dan untuk saksi yang merupakan adik kembar korban sendiri, yaitu Putri--” Andrew menghentikan ucapannya.

“Ada apa? Cepat lanjutkan!” kata Peter.

“Meskipun secara cerita detail yang di berikan pada saya terdengar serupa dan lebih memberatkan bagi tersangka. Namun, dia mengatakan bahwa dia sangat yakin jika kakak kembarnya sama sekali tak bersalah dalam hal ini. Dia bahkan meminta saya untuk menanyakan dengan cara yang baik agar tersangka mau jujur,” lanjut Andrew kemudian.

“Cih! Lagu lama!” decih Peter dan melemparkan laporannya.

“Maksudmu?” tanya Harvey lagi.

“Maafkan aku, Harvey. Tapi selama 20 tahun aku bertugas sebagai polisi dan 15 tahun aku berada di unit ini. Sudah jutaan kali aku mendengar kata – kata naïf seperti ini. ‘aku tak percaya jika dia pelakunya’ , ‘dia orang yang baik bahkan tak mampu membunuh seekor nyamuk’ atau kata – kata lain yang serupa… bukan begitu?” Peter kini menatap Harvey yang mengerutkan keningnya makin dalam.

“Jadi menurutmu bagaimana?” tanya Harvey pada akhirnya.

“Apa lagi? Kita sudah selesai melakukan semua prosedur dan bahkan menangkap pelakunya, saksi dan bukti pun aku rasa sudah lebih dari cukup untuk menyeretnya ke pengadilan dengan segera. Lagipula, kegaduhan sedang terjadi di luar sana dan banyak rumor yang beredar. Kalau kita tak bergerak cepat untuk menuntaskan ini semua. Apa yang akan di katakan oleh media dan para pejabat di atas sana? Ini hanya kasus pembunuhan biasa yang sering muncul tiap bulannya,” ungkap Peter dengan sangat yakin.

“Hmmhh…” Harvey kembali menghela nafas beratnya mendengar ucapan Peter. Dia melihat wajah para detektif dengan kening berkerut.

Waktu satu bulan untuk mengungkapkan kasus kejahatan dimana pelakunya suda tertangkap memang terlalu lama menurut perhitungan Harvey. Terlebih bagaimana kasus ini di sorot karena berhubungan dengan keterlibatan warga Negara asing yang tinggal di Inggris. Para pejabat sudah sering mendesak Harvey untuk menuntaskan kasus ini dengan cepat dan bersih tanpa merusak hubungan baik antara Inggris dan Indonesia. Dan melihat semua bukti juga saksi saat ini rasanya sudah cukup untuk Harvey.

“Baiklah, karena menurutku semua sudah sesuai dengan prosedur dan bahkan tersangka juga sudah mengakui secara langsung kejahatannya. Maka, kita akan segera bersiap melimpahkan berkas kasus ini ke Kejaksaan agar segera di proses untuk masuk ke Pengadilan,” putus Harvey di akhir pertemuan tersebut,

Andrew dan Nicholas yang mendengar itu membulatkan mata, mereka akan mengajukan protes saat Harvey kembali menyela.

“Aku mengerti apa yang ingin kalian sampaikan. Tapi kita juga sudah melakukan segala yang kita bisa…” tegas Harvey kemudian sebelum bangkit dan pergi dari ruangan itu.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel