Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pulang

Bel tanda berakhirnya kegiatan sekolah pun berbunyi dengan cukup nyaring, membuat semua siswa yang tadinya berada didalam kelas, kini berhamburan keluar untuk pulang kerumah mereka masing-masing.

Atau untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman disebuah tempat ramai.

Untunglah hujan sudah berhenti lima belas menit yang lalu, dan hanya menyisakan genangan-genangan air yang ada diatas tanah.

Sehingga mereka tidak perlu repot-repot untuk memakai payung atau jas hujan.

Dua orang perempuan tengah berjalan menuju ruang UKS, masing-masing dari mereka terlihat membawa dua tas.

Yang bisa dipastikan bahwa tas kedua yang mereka pegang bukanlah tas milik mereka.

Cindy, perempuan berwajah cantik itu melirik kearah Sinta yang ada disampingnya

"Lo pulang sama Mika, Ta?" Dia bertanya pada Sinta saat dia melihat tas milik Mika yang kini berada ditangan Sinta.

Sinta mengangguk mengiyakan pertanyaan itu. Berbeda dengan Sinta, kini Cindy membawa tas milik Alvaro yang super tipis, entah apa yang laki-laki itu bawa ke sekolah selama ini.

Mungkin hanya sebuah pulpen dan selembar kertas.

"Habis, masa iya Gue ninggalin dia disini? Kan ga mungkin!" Celetuk Sinta, Cindy hanya terdiam dan mengangguk.

Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana, karena dia pun tidak bisa mengantar Mika kerumahnya karena dia pulang bareng dengan Alvaro menggunakan motor.

Kalau dia meminta Alvaro mengantar Mika pulang, mana mungkin? Alvaro menggunakan motor dan membawa Mika yang sakit, pulang?

Motor Honda CB500F? Bisa-bisa Mika terjatuh kalau dia menaiki motor Alvaro.

Tok… Tok… Tok…

Sinta mengetuk pintu ruang UKS terlebih dahulu, sebelum dia dan Cindy masuk kedalam.

Padahal pintu UKS terbuka dengan lebar, tapi dia tetap melakukan itu untuk kesopanan.

Alvaro dan Mika yang sedang berbincang ringan itu langsung melirik kearah pintu.

"Gimana keadaan lu, Mik?" tanya Sinta saat dia melangkah masuk dan memberikan tas milik Mika kepada sang empunya.

Mika tersenyum saat mengetahui Sinta sang sahabat karib membawakan tas miliknya.

"Makasih Ta! Sekarang Gue udah mendingan kok." Mika menjawab dan melirik kearah Cindy yang datang memberikan tas kepada Alvaro.

"Lain kali jangan lupa sarapan ya, Mik!" Mika mengangguk saat mendengar wejangan yang diberikan oleh Cindy padanya.

Alvaro berdiri dari duduknya, dan mengeluarkan jaketnya dari dalam tas, lalu menggunakan jaket kulit hitam itu.

Alvaro merapikan dirinya didepan cermin yang ada di sisi sebelah kanan mereka, diam-diam dia menatap kearah Sinta dari pantulan cermin yang ada didepannya.

Tanpa diketahui ketiga perempuan yang sekarang tengah asik berbincang itu.

"Iya Cin, maaf ya udah buat kalian semua khawatir." Mika menundukkan kepalanya saat mengatakan maaf dan kembali tersenyum, saat dia mengingat ada sesuatu hal yang penting yang dia dengar beberapa hari yang lalu dari orang-orang.

"Oh iya, Gue dengar lo ada job sama Make over ya?" Mika menatap Cindy yang berdiri didekat ranjangnya, Sinta yang mendengar hal itupun ikut menatap Cindy.

Perempuan itu tersenyum malu, dan mengangguk seraya mengusap-usap tengkuknya karena malu.

"Seriusan Cin? Lu mau jadi model make up? Model iklan?" tanya Sinta yang terlihat lebih girang dibandingkan Mika yang bertanya.

Alvaro yang masih berada didepan cermin hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan, lalu merapikan rambutnya.

"Belum Gue terima sih, masih mempertimbangkan antara Make over sama Maybelline. Yang mana ya menurut kalian?" Tanya Cindy pada kedua sahabatnya itu.

Sinta menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya, begitu juga dengan Mika yang kini tersenyum semakin lebar.

Keduanya tidak percaya dengan jawaban yang Cindy berikan, pasalnya kedua produk itu adalah produk yang terkenal.

Dan teman mereka mendapatkan tawaran dari keduanya? Sungguh luar biasa!

"Alah gitu aja pusing! Tolak aja dua-duanya, adil kan?" Alvaro yang sudah selesai dengan kegiatan merapikan dirinya itu, langsung ikut masuk kedalam topic pembicaraan ketiga perempuan yang sedari tadi dia dengar, dan berjalan kearah Cindy.

Tapi saat dia melewati Sinta yang ada disamping kanan Mika, dia mendapatkan sebuah pukulan tepat dibagian perutnya dari perempuan itu.

"Aduh, sakit Ta!" Alvaro mengaduh kesakitan, mengusap-usap perutnya dan melirik pada Sinta yang sekarang menatapnya dengan kedua mata yang melotot.

Alvaro juga melirik pada Mika yang memiliki ekspresi yang sama dengan Sinta.

"Abisnya lo tuh bukanya mendukung, malah bilang tolak dua-duanya! Temen macam apa lo!" Protes Sinta seraya berkacak pinggang dihadapannya.

Mika yang masih duduk di atas ranjang itupun ikut menimpali perkataan itu dengan berucap.

"Iya, harusnya Lo bersyukur punya temen cantik kaya Cindy!" Yang akhirnya membuat Alvaro menatap pada Cindy sitopik pembicaraan.

Berbeda dengan dua perempuan yang lainnya, Cindy justru tersenyum padanya, seolah mensyukuri akibat yang saat ini diterima oleh Alvaro.

"Iya-iya… Ya udah lah, yuk!" Alvaro yang merasa kalahpun akhirnya hanya berkata seperti itu dan pergi dari ruang UKS meninggalkan mereka semua.

Cindy tertawa pelan mendapati sahabat kecilnya kalah dari kedua temannya yang lain dalam hal berdebat.

"Gue duluan ya!" Pamit Cindy pada Sinta dan Mika sebelum akhirnya menyusul Alvaro berjalan keluar UKS menuju tempat parkir rahasia.

Karena Alvaro belum mempunyai surat izin mengemudi, sehingga dia harus memarkirkan motornya cukup jauh dari sekolah agar tidak ketahuan pihak guru.

Mika dan Sinta pulang dengan naik mobil taksi yang dipesan Sinta. Karena rumah Mika yang cukup jauh dari sekolah, dan tidak mungkin kalau membawanya berjalan kaki atau naik angkutan umum seperti bus dan kereta.

Keduanya duduk dibangku belakang dan terdiam selama perjalanan. Saat lampu merah menyala, taksi itupun berhenti dan disaat itu Mika memutuskan untuk bercerita pada Sinta.

"Ta!" panggilnya pada perempuan disampingnya itu. Sinta langsung menoleh kearahnya dan bertanya 'Apa?' padanya.

"Tadi pas hujan gede banget, tau gak? Pintu ruang UKS rusak dan terbuka lebar." Mika mulai bercerita, Sinta terlihat mengerenyitkan dahinya dan membenarkan posisinya untuk menghadap pada Mika.

"Terus?" tanyanya yang tidak sabar mendengar cerita itu.

"Angin nya masuk kedalam ruang UKS, ngebuat semuanya berantakan. Dan Alvaro yang harus rapihin itu semua sendiri. Hahaha…" Mika tertawa mengingat saat Alvaro sibuk membereskan ruang UKS, tanpa bantuan dirinya.

Sinta yang mendengar cerita itupun ikut tertawa, karena merasa puas.

"Nggak lo bantuin?" tanya Sinta, Mika menggelengkan kepalanya dan bersandar pada sandaran mobil kemudian dia mendelik seraya menjawab.

"Buat apa? Biarin aja dia sendiri yang beresin semua itu!" tawa Sinta semakin kencang mendengar jawaban Mika.

Selama perjalanan, keduanya tiba-tiba terdiam saat tidak ada topic yang mau mereka bahas, dan Mika pun terlihat lelah sehingga memilih untuk memejamkan matanya.

Sedangkan Sinta, memilih untuk mengeluarkan handphone dan melihat-lihat apa yang ada difacebook.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel