Di UKS
Di ruang UKS, Mika terbaring diatas brankar dan ditemani tiga sahabat perempuannya yang lain.
Dia mengerenyit kesilauan, dengan lampu ruangan yang menyorot kematanya.
Mika menutup matanya dengan tangan kanannya dan bertanya, "Gue dimana?"
Lalu dia bangkit dari posisi berbaringnya untuk duduk dengan benar.
"Di UKS!" Mika mendengar jawaban dari Sinta. yang membantunya untuk duduk dengan benar, dan menaruh sebuah bantal dipunggungnya agar dia bisa bersandar.
Mika mulai membuka matanya untuk melihat siapa saja yang ada disana, Dan dia bisa melihat tiga perempuan dihadapannya.
"Lo kenapa bisa gini sih?" seorang gadis yang memiliki tinggi badan sempurna, langsing, dan putih itu menghampiri Mika sambil bertanya.
Dia melipat kedua tangannya kedepan, seakan-akan sedang memarahi Mika dengan pertanyaannya.
"Dia cuma lupa sarapan pagi, Cin!" Jawab seorang gadis cantik berambut panjang hitam, dia memakai sarung tangan dan dengan jaket hitam yang panjang.
Tubuh kecil dan kurusnya itu membuat penampilannya bak seseorang yang tidak akan terlihat, kalau dia tidak mengeluarkan suara.
"Arina bener, Cin. Mika lupa sarapan, gue tadi udah mau ngajak dia ke kantin.."
" Eh… Dia keburu pingsan!" jawab Sinta.
Sesuai dengan namanya…Arina. Semua hal yang dia katakan benar-benar nyata.
"Ini diminum dulu." Arina yang sedari tadi sibuk dengan gelas dan sendok itupun akhirnya memberikan secangkir tehmanis hangat pada Mika.
Setidaknya untuk membuat perempuan itu bertenaga, sebenarnya mereka sudah membeli beberapa roti. tapi tidak mungkin juga kalau Mika harus langsung memakan roti saat dia baru sadar dari pingsan, bukan?
Arina melihati Mika yang kini sedang menyeruput teh miliknya, kemudian berjalan menuju pintu luar dan memanggil teman-teman yang lain.
Teman laki-laki mereka yang sedari tadi stand by didepan ruang UKS.
"Alvaro, Ardhan, Glen! Mika udah sadar!"
Ketiga laki-laki yang sedang berbincang dikursi yang sudah disediakan, didepan ruang UKS itupun segera bangkit dari posisi mereka, lalu masuk kedalam ruang UKS.
Guru yang berjaga diruangan UKS atau dokter sekolah sudah memberitahu pada mereka, kalau dia harus mengikuti rapat bersama guru-guru lainnya dan kepala sekolah.
sehingga dia tidak bisa berada disana, dan kalau terjadi sesuatu, mereka diminta untuk segera memanggilnya.
Saat ketiga laki-laki itu masuk kedalam ruang UKS, ketiganya melihat Mika yang duduk bersandar diatas brankar.
Meminum secangkir teh, dengan wajah yang pucat. Ardhan yang memang sangat dekat dengan Mika segera menghampiri perempuan itu, walau tidak terlalu dekat.
"Mik... Lo baik-baik aja kan? U okay right?" Ardhan bertanya untuk memastikan.
Dia cukup terkejut saat mendengar Mika jatuh pingsan tadi pagi, dia pun segera datang ke ruang UKS bersama dengan Cindy yang saat itu sedang bersama dengannya.
"Gue baik-baik aja kok, Dhan." Mika tersenyum saat menjawab pertanyaan Ardhan padanya, kemudian dia kembali meminum teh miliknya untuk menghindari tatapan dari Alvaro yang berada disamping Ardhan.
Mika tidak sengaja menyadari tatapan itu, dan kembali mengingat bahwa dirinya tengah marah pada laki-laki itu.
Sehingga dia memilih untuk melanjutkan rasa kesalnya yang sudah terjadi cukup lama.
Sinta melihat bahwa saat ini, Mika menghindari Alvaro. Dia juga mengingat sat sebelum Mika jatuh pingsan, Alvaro mengatakan maaf pada Mika.
Sehingga Sinta bisa mengambil kesimpulan, bahwa kedua temannya itu sedang berseteru.
Dan dia juga tahu bagaimana sifat Mika yang tidak mau mengalah, sebelum Alvaro benar-benar meminta maaf padanya.
"E-eh… Kita kekelas yuk!" Sinta berdiri dari duduknya, dan menatap pada semua teman-temannya yang cukup terkejut dengan seruan itu.
Glen, yang mengerti maksud dari perempuan berpita pink itu hanya berpura-pura untuk tidak mengerti dan hanya terdiam seolah-olah terkejut, sama seperti teman-temannya yang lain.
Dari mereka semua yang paling terkejut adalah Alvaro, dia menatap Sinta dengan tidak percaya, seraya berjalan menghampiri perempuan itu.
"Tapi kan, Mika baru aja bangun, Cin!" Protes Alvaro pada ajakan Sinta ke mereka semua.
Sinta tidak membalas ataupun menimpali protesan Alvaro, dia hanya menatap Alvaro dengan santai dan dengan wajah tanpa bersalah.
"Ya udah… Gini aja, Al! Lo temenin Mika disini, kita semua masuk ke kelas. Oke?" Akhinya Arina lah yang memberikan usulan dan jalan keluar untuk pertikaian kecil mereka.
Dan tidak ada yang menolak usulan itu, mereka semua setuju termasuk Alvaro sendiri.
"Ok deh!" Jawab Alvaro, pada akhirnya mereka semua pergi dari ruang UKS dan kembali menuju kelas.
Ardhan yang kebingungan dengan apa yang terjadi pun melirik Glen yang berjalan disampingnya.
"Glen!" Panggilnya pada laki-lakki itu.
Laki-laki dengan wajah tampan itupun menoleh padanya dan bertanya,
"Apa?'
Sementara ketiga teman perempuannya masih berjalan didepan mereka berdua, berbincang asik.
Membicarakan sesuatu yang tidak Ardhan pahami.
"Kenapa kita harus ke kelas? Bukannya guru-guru lagi rapat ya?" tanya Ardhan yang kebingungan dengan teman-temannya itu.
Mendengar pertanyaan itu, ketiga perempuan yang ada didepan keduanya menoleh serempak kearah belakang untuk menatap Ardhan.
"Serius Lu gak nyadar, Dhan?" Tanya Sinta tidak percaya dengan Ardhan, yang sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang sedang mereka alami tadi.
Ardhan dengan polosnya mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.
Glen, laki-laki tampan itu tersenyum dan menertawakan Ardhan, sama seperti ketiga teman perempuan mereka.
"Astaga! Lo harus minum banyak vitamin Dhan biar pinter." Cetus Cindy seraya tertawa memegangi perut rampingnya.
Ardhan membelalakan matanya mendengar ucapan itu, lalu dia menyenggol pelan tubuh model cantik itu dengan sikunya seraya berkata.
"Gue nggak sebodoh itu, Cindy!" Ardhan protes dan kesal karena keempat temannya itu menertawakan dirinya, yang tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini.
Dan menurut Ardhan, hal itu tidak ada hubungannya dengan pintar atau bodoh…
Dia hanya sedikit telat dalam menyadari sesuatu hal yang terjadi disekitarnya.
"Oke oke… Sorry. Lagian sih… Diantara kita, cuma Lo yang nggak ngerti situasi itu." Cindy merangkul Ardhan, mengatakan maafnya karena sudah menyebut Ardhan bodoh.
Ardhan membuang nafasnya dengan keras, lalu menjawab ucapan model cantik itu.
"Kalo gitu jelasin dong… Gue kan butuh penjelasan!" Ardhan berucap setengah merengek. mereka akhirnya menjelaskan pada Ardhan, kenapa mereka memilih untuk kembali kekelas sementara para guru sedang rapat.
Merekapun masuk ke dalam kelas yang sangat ribut dan duduk di kursi yang tidak ditempati, karena memang para siswa lainnya tidak duduk dibangku mereka masing-masing.
Mereka lebih memilih untuk berkumpul dengan teman mereka disatu bangku, sehingga memperlihatkan dengan jelas kelompok-kelompok yang ada didalam kelas itu.
"Oh… Jadi kalian sengaja! Biar Alvaro sama Mika bisa baikan gitu?" tanya Ardhan setelah dia mendengar semua cerita yang dijelaskan oleh Sinta dan Cindy.
Arina lebih memilih untuk diam, karena dia tahu Ardhan akan tahu bagaimana kesimpulannya.
Walaupun hanya Sinta dan Cindy yang menjelaskan, sementara Glen yang memang basicnya pendiam.
Dia memang tidak banyak bicara, sampai dia menyerahkan itu semua kepada dua teman perempuannya itu.