Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 5 - Gadis Berekor Ikan

Setelah saling beradu pandangan beberapa saat, Su Liang segera menyerang Xue Yin. Keduanya melompat dari kuda dan mulai saling menunjukkan kekuatan masing-masing.

Sementara Xue Jia melawan Jenderal Hui yang datang bersama Su Liang. Tehnik pedang  Pangeran Su Liang sangat bagus. Xue Yin mulai kewalahan dibuatnya.

Putra mahkota menaikan sudut bibirnya melihat darah mengalir dari lengan Pangeran Agung Xue Yin karena sabetan pedangnya.

Pria itu mengerang menahan sakit. Sial! Rupanya Pangeran Su Liang tak mudah dirinya lumpuhkan. Keduanya saling bertatapan dingin untuk beberapa detik sampai Su Liang kembali mengayunkan pedangnya ke arah leher Xue Yin.

"Menyerahlah Pangeran Agung Xue Yin," desis Su Liang dengan ekpresi jumawa karena sudah berhasil melumpuhkan lawannya.

Ekor matanya melirik pada Jenderal Hui yang juga sudah berhasil melumpuhkan Xue Jia. Hh, ternyata hanya segitu kekuatan dua pangeran agung dari Timur ini, pikirnya meremehkan.

"Jangan harap aku akan menyerah!"

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Xue Yin segera menangkis pedang Su Liang dari lehernya. Mata pedang itu melukai kulitnya. Namun tak membuatnya gentar untuk kembali menyerang.

Perang sengit terus berlangsung antara para prajurit dan para pangeran. Xue Yin sepertinya tak bisa lagi untuk melawan serangan bertubi-tubi dari Su Liang.

Dia bisa mati!

Ekor matanya melirik pada adiknya, Xue Jia yang juga sudah berada dalam cengkeraman Jenderal Hui. Sial! Dia harus kabur daripada mati di sini, pikirnya.

"Hei, jangan kabur!"

Putra Mahkota Zhang segera melesat mengejar Pangeran Xue Yin yang melarikan diri dari medan pertempuran.

Dasar pengecut!

Dia takkan melepaskan pangeran tengik itu.

Xue Yin berlari menuju tebing di tepi laut. Su Liang berhasil mengejarnya. Dia berkata sinis dengan merendahkan sikap pengecut Xue Yin.

Hal itu membuat pangeran agung dari Timur merasa tersinggung, lalu keduanya kembali bertarung. Dengan cekatan Xue Yin berusaha menangkis serangan Su Liang.

Tak bisa dirinya pungkiri, jurus kungfu yang dimiliki putra mahkota Kerajaan Tongjiang itu benar-benar sudah tingkat pakar.

Dia tak akan bisa menang. Hanya kabur yang kembali melintas di kepala Xue Yin. Ini memang bukan sifat seorang ksatria sejati, namun ia masih muda dan ingin tetap hidup.

"Menyerahlah, Pangeran Agung." Su Liang kembali unggul dan berhasil melumpuhkan Xue Yin. Mata pedang diarahkan olehnya tepat ke leher pemuda itu. Tatapan buas dan siap untuk menebas lehernya detik ini juga.

Xue Yin hanya terdiam dengan napas yang terengah-engah. Dia tak sanggup lagi untuk melawan Su Liang.

Tendangan pemuda itu masih membuatnya memuntahkan darah. Dia tak sanggup lagi melanjutkan pertempuran ini.

Apakah dia akan mati hari ini di tangan pangeran muda itu? Tidak, tidak, dia tak boleh menyerah! Darah dinasti Lin mengalir di tubuhnya.

Pulang dengan membawa kemenangan atau pulang tanpa kepala. Semua itu adalah kehormatan bagi seorang pangeran agung dari Timur, dia tak boleh menyerah.

Melihat lawannya sudah tak berdaya lagi, Su Liang segera mengangkat pedangnya dan bersiap untuk menebas leher Xue Yin.

Hal itu dimanfaatkan oleh Xue Yin.

Ia segera meraih segenggam pasir lalu dilemparnya ke wajah Su Liang.

Sang pangeran dari Barat mengerang karena matanya terkena pasir.

Saat itu juga Xue Yin segera menendang dada Su Liang sampai terjengkang. Xue Yin sudah memperhitungkan semuanya. Dugaannya tak meleset,

Su Liang jatuh ke jurang sampai tenggelam di laut.

Xue Yin masih mengatur napas sembari melihat Su Liang yang sudah tercebur ke dalam air.

Setelah memastikan musuhnya sudah tenggelam, dia segera meraih pedangnya dari tanah lalu melenggang pergi meninggalkan tempat itu.

Akhirnya ia berhasil menyingkirkan Pangeran Su Liang. Pasti raja sangat bangga padanya, pikirnya. Sekarang sebaiknya ia membantu Xue Jia dan Jenderal Nangmo yang masih berada di medan pertempuran.

...............................................................

Fangyu sedang berenang di dasar laut. Hanya ditemani beberapa ikan kecil aneka warna dan rupa yang mengiringinya.

Fangyu mulai bisa beradaptasi dengan dunia bawah laut. Tumbuh karang dan ikan-ikan adalah sahabatnya sekarang.

Sepasang mata indahnya melihat seorang pemuda yang tenggelam di dasar laut. Dia tak buru-buru menolongnya.

Memastikannya lebih dulu jika pemuda itu bukan ancaman baginya.

Setelah yakin jika pemuda itu memang sedang membutuhkan pertolongan, Fangyu segera bergerak maju mendekatinya.

Pemuda itu sedang terluka dan tak sadarkan diri. Fangyu segera menyeretnya untuk naik ke atas permukaan air.

Dia mendekap pemuda itu di dada dan berusaha menyeretnya ke tepi pantai.

Su Liang mulai tersadar. Kedua matanya terbuka dan melihat seorang gadis sedang duduk di sampingnya. Wajahnya sangat cantik dengan kulitnya yang putih.

Siapa gadis itu? Kepalanya terasa sakit, pandangan buram dan kesadarannya kembali hilang.

"Tuan! Anda tak apa-apa? Tuan!"

Fangyu mengguncang kedua bahu Su Liang. Sepertinya pemuda ini pingsan lagi, pikirnya. Dia menjadi bingung dan tak tahu harus apa.

Ah, ya!

Kakaknya, Xue Jia pernah mengajarkannya cara memberi pertolongan pertama pada orang yang tenggelam. Namun, apakah dia harus memberikan napas buatan pada pemuda asing ini?

Fangyu tampak bingung. Namun tak ada pilihan daripada pemuda itu akan tewas nantinya!

Meski ragu-ragu akhirnya Fangyu berusaha menyelamatkan Su Liang dengan memberinya napas buatan.

Dia sangat terkejut saat pemuda itu tersadar. Su Liang terbatuk-batuk dan mengeluarkan sisa air laut dari mulutnya. Kemudian dia menoleh pada gadis di sampingnya.

Fangyu bergerak mundur. Ia takut pria itu akan melihat wujudnya saat ini juga.

Su Liang menatap pada gadis cantik di hadapannya. Dia belum melihat ekor ikan Fangyu yang sedang disembunyikan di dalam air.

Fangyu segera menundukkan wajah saat sang pangeran menangkap pandangannya.

Ini untuk pertama kalinya ada pemuda yang menatapnya seperti itu. Jika di istana mungkin kedua kakaknya sudah mencungkil bola mata pemuda itu, pikirnya.

"Nona, terima kasih sudah menolongku. Aku Pangeran Zhang Su Liang, Putra Mahkota dari Tongjiang di Barat. Kau sendiri siapa dan sedang apa berada di laut malam-malam begini?" Su Liang menatap pada Fangyu lekat-lekat.

Dia sedikit heran melihat gadis itu yang hanya mengenakan pakaian dalam bemotif sisik ikan. Tak mengenakan hanfu seperti para gadis pada umumnya.

Rupanya Su Liang masih belum bisa melihat jelas jika gadis di hadapannya adalah sosok mermaid.

"Hm, itu ... aku ..." Fangyu tampak bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya sedang berusaha keras menyembunyikan ekornya dari penglihatan pemuda di hadapannya kini.

"Baiklah, tak apa jika kau tak ingin bercerita. Namun, terima kasih karena kau sudah menolongku," ucap Su Liang. Bibirnya mengulas senyum tipis melihat wajah merah merona gadis di hadapannya.

Fangyu hanya mengangguk tanpa berani mengangkat pandangan. Dalam hatinya ia senang bertemu dan bisa menolong pangeran tampan itu. Namun dirinya hanya seorang mermaid saat ini.

Tak banyak hal yang bisa dirinya perbuat. Ia berharap Su Liang segera pergi sebelum melihat ekornya. Semua orang pasti akan sangat ketakutan jika mengetahui siapa dirinya, termasuk Su Liang.

"Putra Mahkota Zhang!"

Suara seruan itu memecah keheningan yang cukup panjang di antara mereka. Keduanya menoleh pada sumber suara tersebut. Rombongan berkuda pasukan dari Barat telah datang untuk mencari Pangeran Su Liang.

Fangyu mulai ketar-ketir ketakutan. Bagaimana jika orang-orang itu melihatnya. Dia segera berangsur mundur sebelum Su Liang menoleh padanya.

Namun detik itu juga sang pangeran melihatnya. Dia sangat terkejut melihat ekor ikan Fangyu. Sepasang manik matanya membulat penuh. Fangyu tak perduli lagi. Dia segera terjun kembali ke laut. Su Liang mundur dengan wajah ketakutan.

"Putra Mahkota, ada apa? Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Jenderal Hui pada sang pangeran. Dia heran melihat gelagat pemuda itu yang seperti baru saja melihat hantu.

"Itu ... tadi aku melihat gadis berekor ikan. Ini tidak mungkin! Sepertinya aku sedang berhalusinasi," jawab Su Liang tergugu.

Dia tak yakin dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah itu sosok mermaid seperti yang pernah kakeknya ceritakan? Pikirnya berusaha mengingat-ingat.

"Gadis berekor ikan? Di mana?"

Jenderal Hui segera menghunus pedangnya dan berjaga-jaga di sekitar putra mahkota. Meski terdengar sangat konyol dan tak masuk akal, namun keselamatan Pangeran Su Liang adalah tanggung jawabnya.

"Sudahlah, sepertinya aku hanya salah lihat. Sebaiknya kita pergi dari tempat ini, karena perang belum berakhir."

Su Liang segera bangkit dari batu besar yang didudukinya.

"Silakan, Putra Mahkota." Jenderal Hui hanya mengangguk dan segera mempersilakan Su Liang berjalan lebih dulu. Dia menoleh satu kali ke arah laut.

Gadis berekor ikan? Apakah itu benar-benar ada? Pikirnya seraya menyusul langkah sang pangeran.

Ekor mata Su Liang menyapu pandangan ke sekeliling laut dan pantai sebelum menaiki kudanya. Di mana gadis itu? Apakah dirinya benar-benar sudah salah lihat?

Namun, rasanya sangat nyata. Bahkan gadis itu yang telah menolongnya. Ia masih bisa mengingat hangatnya saat bibir gadis itu mententuh bibirnya memberi napas buatan.

Apakah ini hanya halusinasi saja? Entahlah. Su Liang segera menaiki kudanya.

Fangyu yang bersembunyi di balik batu-batu besar di tepi laut diam-diam memandangi kepergian

Su Liang.

Jarinya menyentuh bibirnya perlahan. Apa yang sudah dirinya lakukan? Kenapa dia menyentuh pemuda asing itu?

Namun, dia lega melihat Su Liang sudah baik-baik saja. Setelah rombongan putra mahkota menghilang di telan kegelapan malam, Fangyu segera memutar tubuhnya untuk kembali ke dasar laut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel