Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 4 Serigala mengamuk

 King memeriksa keaslian hasil desain Hera, ia tiba tiba mengerutkan dahinya, "sial! ini data asli," ujarnya gusar. "Bagaimana tuan muda? apakah datanya asli?" Tanya Juyan. "Udah tau, masih nanya lo!" Carikan desain lain.

Saat ini King berada di ruangannya dan melihat sendiri hasil kerja Hera yang sangat rapi dan teliti. Seminggu telah berlalu, namun tak satupun desain interior yang sesuai dengan kemampuan Hera. Selama seminggu pula Sang CEO terus mengamuk dan sasarannya sudah pasti para bawahannya. Pengawal Juyan kewalahan menjinakkan serigala yang sedang mengamuk itu.

Seperti siang ini, "woi men, gila bener dah! gue seorang CEO masa berkantor di ruangan yang sangat kacau ini, apa kata dunia?" Ujarnya kesal. "Masa lo nggak mendapat satupun desain yang melebihi wanita itu?" Ujarnya sambil melirik tajam ke arah Juyan.

Sekretaris Wina yang kebetulan ada dalam ruangan itu berkata "boss King, bagaimana jika kita panggil lagi nona Hera dan meminta maaf atas kesalahan perusahaan yang menuduhnya melakukan plagiat."

"Tuan muda, boleh juga ide dari sekretaris Wina," seru Juyan menyerah dengan King yang banyak maunya.

"Apa lo bilang? gue minta maaf sama tuh perempuan? Ih.. nggak sudi, jijik gue! belum apa apa udah belagu banget, baru juga desain gitu, udah bangga banget."

"Tapi boss King, buktinya kita sudah buat promosi baru sesuai dengan desain yang boss mau, tetapi tidak ada satupun yang kompeten seperti desain yang di buat nona Hera."

"Satu kelebihan desain nona Hera, ia membuatnya dari hati, sampai-sampai ia bercerita saat saya mentraktriknya makan siang di hari terakhir ia ke kantor ini, kalau ia membuat desain semalaman dan baru selesai pada saat subuh menjelang."

"Ya, Jelas saja nona Hera marah, ia di tuduh sebagai plagiat. Serasa perusahaan kita ini nggak menghargainya sama sekali." Omongan Wina yang menusuk itu mengalir terus dari bibirnya yang cerewet, sudah berapa kali Juyan menyuruhnya diam, namun ia tidak juga mengerti kode dari Juyan. Namun saat King menatapnya dengan tajam, Wina baru menyadarinya dan buru-buru berlalu dari ruangan CEO.

"Tuan muda, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh sekretaris Wina," ujar pengawal Juyan. "Berikan kepadaku kontrak kerja wanita itu, dan tinggalkan aku sendiri" ujar King tegas. Pengawal Juyan dengan segera menyerahkan kontrak kerja yang sudah ditandatangani Hera ke tangan King dan segera berlalu dari situ.

Dari tadi King membolak balik lembaran kontrak kerja Hera untuk mencari celah agar ia dapat kembali mengerjakan desain kantornya. Namun tidak ada yang dapat ia lakukan untuk menjerat Hera. Hal itu sontak membuat kepalanya pusing. Belum lagi kemauan sang mami yang ingin menjodohkannya dengan seorang perempuan anak kolega mereka. Semakin membuatnya pusing memikirkan semua itu.

Orang tua King yang berada di Amerika akan datang Minggu depan ke Indonesia. Dan King harus bersiap siap memperkenalkan kepada mereka seorang wanita sebagai calon istrinya karena jika tidak, King harus rela dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya dan tentu saja ia tidak mau. King masih menyimpan cintanya kepada Gladis.

Hanya Gladis yang mampu membuatnya berdebar dan merasakan cinta. Bukan tidak pernah ia mencoba menjalin hubungan dengan wanita lain. Namun lagi-lagi usahanya itu gagal. Ia terlalu memuja Gladis. Sehingga wanita lain hanya dianggap angin lalu oleh King.

Kondisi ayah Hera belakangan ini semakin memburuk, dengan sisa tabungannya, Hera membawa ayahnya berobat ke dokter. Dokter di rumah sakit itu berkata jika ada penyempitan pembuluh darah di bagian kepala ayah Hera. Hal itu yang menyebabkan stroke yang berkepanjangan dan dampaknya dapat menimbulkan kelumpuhan saraf yang bisa terjadi seumur hidup. Itu berarti kemungkinan kecil ayah Hera bisa sembuh tetapi hal itu dapat di cegah jika dilakukan operasi pemulihan saraf.

Hera menanyakan kepada dokter berapa kira-kira biaya pengobatan ayahnya. Dokter  memberitahukan nominal angka yang sangat banyak mencapai milyaran rupiah. Hera sedikit kaget dengan penjelasan dari dokter. Bersama adik tirinya Ewan, mereka pun membawa pak Tobi pulang ke rumah. Hera berkata kepada adiknya agar merahasiakan biaya operasi yang besar kepada ayah mereka.

Saat pak Tobi sedang di kamar untuk istirahat. Ewan keluar dari kamar dan menghampiri Hera yang sedang mengecek barang pesanan online yang akan mereka kirim. "Kak, Bagaimana jika aku berhenti kuliah saja, aku bisa cari kerja yang full time. Untuk membantu biaya operasi ayah." Hera segera menghentikan kegiatannya dan melirik adiknya Ewan, "kakak nggak setuju idemu itu, kamu fokus kuliah dan bantuin kakak jualan online, itu tugasmu, selebihnya biar kakak yang urus."

Namun Ewan sepertinya tidak setuju dengan pendapat Hera. "Tapi kak, bagaimana dengan biaya pengobatan ayah? fari mana kakak mendapatkan uang sebanyak itu kak?"  Hera pun menghela nafasnya dan berkata kepada adiknya jika ia akan memikirkan cara untuk mencari biaya pengobatan ayah mereka.

Hera masih belum memberitahukan kepada Ewan maupun ayahnya jika ia sudah tidak bekerja lagi di Quality TBK. Saat ini, Hera berada di dalam kamarnya, ia sedang membolak-balik dokumen yang berada dalam lemari. Ia berencana untuk menggadaikan sertifikat rumah mereka kepada bank.

Setelah berpamitan dengan Ewan, ia pun bergegas menuju sebuah bank. Sesampai di bank, petugas bank menjelaskan kepadanya, jika sertifikat tanah dan rumah yang akan ia gadaikan hanya berharga lima ratus juta.  Seketika Hera mendadak lesu. Karena uang yang dibutuhkan untuk pengobatan ayahnya sangatlah besar, jauh dari nominal yang ditawarkan bank kepadanya.

Tanpa ia duga, sekretaris Wina berada di bank yang sama dengannya. Ia sedikit menguping pembicaraan Hera dan petugas bank tersebut. Setelah urusannya selesai di bank, ia hendak mencari Hera dan menanyakan keadaannya. Namun Wina tidak menemukan keberadaan Hera. Lalu Wina memutuskan untuk kembali ke kantor. Sesampai di kantor, Wina menceritakan kepada pengawal Juyan jika ia melihat Hera di bank dan sepertinya ia kesusahan uang. Juyan segera memberitahukan hal itu kepada King.

King segera memanggil Wina ke ruangannya dan memberitahukan apa yang ia lihat. "Sepertinya nona Hera, kesusahan uang boss, tadi dia sampai menggadaikan sertifikat rumahnya tapi karena bank menawarkan nominal yang rendah, ia pun tidak jadi menggadaikannya. Mungkin saja ia mencari bank lain yang menawarkan pinjaman yang lebih besar," Wina juga memberitahukan nominal pinjaman yang ditawarkan bank kepadanya.

King sejenak berpikir, "sepertinya memang ia kesusahan dengan uang." Ia segera memerintahkan Juyan untuk menaikkan tawaran pembuatan desain kantornya. "Saya sudah lakukan pak boss, namun nona Hera sama sekali tidak membuka emailnya."

"Sialan! Sombong banget wanita itu, butuh uang tapi sok jual mahal," King kembali naik pitam gara-gara Hera.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel