Who's Lexy ?!
“Ehm..ehm.. Permisi anda siapa ya? Apa saya mengenal anda?” tanya Mona dengan ramah memasang senyum manis di wajahnya sambil merapikan rambut dan pakaiannya. Percayalah penampilan Mona saat ini sangat …. Rambut acak-acakan, tubuh bau alkohol, maskara yang luntur karena menangis meninggalkan jejak di pipi mulusnya, lipstik yang berantakan dan pakaian yang berantakan dan kotor.
Jonathan pun tersentak kaget, tanpa menjawab pertanyaan Mona ia bergegas keluar memanggil perawat, untuk memberitahu mereka jika Mona sudah sadar. Memang itu yang diperintahkan dokter. Mona yang ditinggalkan begitu saja semakin bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Mona membenci dirinya sendiri yang suka bertindak bodoh jika mabuk.
“Kau bodoh sekali Mona, kenapa kau harus pergi ke club?kenapa kau harus mabuk? Kenapa jika mabuk kau tidak mengingat apapun setelahnya?bodoh...bodoh…” gumam Mona sambil memukul-mukul pelan kepalanya. Mona menyadari sesuatu, jika kamar yang ia tempati saat ini bukan kamar rawat inap yang biasa. Hanya ada satu ranjang disini, sofa yang bagus, ada kulkas, kamar mandi dan tv flat screen besar di hadapannya. Mona menahan nafasnya dan wajahnya berubah pucat.
“apakah ini kamar VIP? kenapa aku bisa ada di kamar VIP? Berapa harga permalamnya? Belum lagi biaya pengobatannya.” Mona menghitung dengan jarinya, mengingat gaji nya saat ini.
“Aku pasti sudah Gila.” gumam Mona sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mona tersentak ketika seorang dokter dan seorang perawat masuk kedalam ruangan tempatnya dirawat. Diikuti langkah Jonathan dan albert dibelakangnya.
Dokter memeriksa kondisi Mona, meletakan stetoskop di dadanya, memeriksa pupil di matanya dan memeriksa tekanan darahnya.
“Apa anda tahu siapa nama anda?” tanya dokter kepada Mona.
“Monalisa” jawab Mona.
“Bisa sebutkan nomor kartu identitas anda?” tanya dokter lagi.
“35684….”jawab Mona lagi sambil kebingungan sambil menatap Jonathan yang melipat tangan didepan dadanya, kemudian melihat Albert yang sedang tersenyum tipis kepada mona. Mona pun refleks membalas senyuman albert.
“Apa anda ingat yang terjadi semalam?”dokter melanjutkan pertanyaanya.
“Ummm…”jawab Mona dengan menggelengkan kepalanya, tanda tidak mengingat apapun.
“Anda tahu penyebab leher anda merah?” tanya dokter lagi seperti sedang mengintrogasi Mona bedanya ini di rumah sakit.
“Ya.. saya disengat lebah kemarin.” jawab Mona.
“Anda tahu, anda beruntung masih hidup, karena racun pada jenis lebah yang menyengat anda adalah jenis lebah yang cukup berbahaya. Apalagi setelah anda disengat anda mengkonsumsi minuman beralkohol” kata dokter itu pada Mona yang kemudian membuat Mona tersentak.
“Apa… aku bisa apa? Aku bisa mati?” Mona bangkit dari tidurnya karena kaget dengan penjelasan dari dokter sembari memegang leher yang disengat lebah.
“Anda tidak perlu kuatir lagi, anda sudah sehat. Bahkan anda sudah boleh pulang sekarang.” Tukas dokter itu menenangkan Mona yang terkena serangan panik.
“Benarkah?apa anda yakin dok? Apa aku sudah sehat?apa anda tidak mau memeriksa aku lagi?” Tanya Mona.
‘Ya saya yakin, lain kali anda harus lebih berhati-hati” kata dokter sambil mencabut infus di tangan Mona kemudian pamit undur diri.
Kini diruangan itu hanya ada Mona, Jonathan dan albert. Keadaan nya sangat canggung, Mona tidak tahu apa yang harus ia katakan.
“Jadi katakan padaku, apa kau tahu dimana Lexy tinggal?” suara bariton milik Jonathan memecah kecanggungan diruangan itu.
“Ya..siapa?” Mona yang sedang duduk di ranjang rumah sakit bingung dengan pertanyaan mendadak dari Jonathan.
“Lexy, cepat katakan padaku dimana dia tinggal?” tanya Jonathan dengan suara dingin dan tatapan tajam.
“Lexy? Siapa Lexy aku tidak mengenal nama itu?” Jawab Mona polos, sambil memiringkan kepalanya.
“Jangan berbohong padaku, semalam kau duduk bersamanya, berbicara bersamanya, tertawa-tawa bersamanya dan bahkan Lexy hampir membawamu pergi bersamanya.” Jawab Jonathan dengan nada tinggi.
Mona yang kaget, kembali mengingat-ingat kejadian semalam. Tunggu… Jadi yang bicara padaku semalam Lexy? Lexy yang itu? Gumam Mona sambil menelan salivanya.
“Maksudmu Alexander?Lexy yang itu? Lexy yang seorang penyanyi?” Mona terpekik kaget.
“Kau mengenalnya kan. Sekarang cepat katakan dan jangan berbohong lagi dimana dia tinggal?”
“Tentu saja aku mengenalnya, maksudku siapa yang tidak mengenalnya. Diakan terkenal, aku salah satu penggemar beratnya.” jawab Mona sambil tersenyum-senyum sambil mengingat kembali sedikit demi sedikit momen semalam saat dia bersama Lexy.
“Jadi kau benar tidak mengenalnya? Lantas mengapa kau bicara pada orang asing bahkan kau duduk bersamanya?Jadi kau wanita seperti itu” tanya Jonathan sambil mengangkat sebelah alis matanya menatap ke arah mona.
“Wanita seperti apa maksudmu? Aku kan mabuk, ditambah aku sedang ada masalah.” jawab Mona yang kemudian merendahkan nada suaranya.
Jonathan pun menarik nafas panjang.
“Albert siapkan mobil antar aku pulang” perintah Jonathan kepada albert yang sedari tadi hanya diam memperhatikan pembicaraan antara Mona dan Tuannya.
“Baik Tuan” jawab albert sambil menunduk kemudian meninggalkan ruangan Mona.
“Ehm… ehm… Tuan terima kasih telah menyelamat kan nyawa saya” Mona mengucapkan terima kasih tulus kepada Jonathan.
Jonathan tidak menjawab apapun dan pergi dari ruangan itu meninggalkan Mona seorang diri yang masih kebingungan. Mona pun bangkit dari ranjangnya berjalan menuju kamar mandi. Betapa terkejutnya dia saat menatap cermin yang ada di sana. Mona kaget Manatap dirinya di cermin.
“Jadi seperti ini penampilan ku, aku benar-benar bisa gila. Kenapa ini semua bisa terjadi padaku” sambil mengusap wajahnya dengan air, lalu menyikat gigi, merapikan pakaian dan menyisir rambutnya.
Setelah merapikan diri, dia meraih tas nya kemudian keluar dari ruang rawat VIP berjalan menuju meja administrasi untuk membayar semua biaya pengobatan yang dia terima.
Mona terkejut saat ingin membayar, petugas kasir mengatakan semua tagihan sudah dilunasi. Bukannya senang Mona malah merasa tak enak, mona memang tidak suka jika memiliki hutang. Mona pun bergegas mengejar Jonathan dan albert menuju Lobby rumah sakit. Tapi sudah terlambat Mobil yang membawa mereka sudah melaju cukup jauh. Albert yang melihat Mona berusaha mengejar mobil milik Jonathan memberi tahu jonathan.
“Tuan Nona monalisa tadi mengejar mobil ini Tuan, apa anda ingin putar balik” tanya albert hati-hati.
“Tidak untuk apa” Jawab Jonathan ketus.
“Baik Tuan” tutup albert.
***