Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4

BAB 4

HAPPY READING

***

Jujur akhir-akhir ini ada yang mengusik hatinya, ia beberapa kali melihat ada seorang wanita yang memandangnya dari kejauhan. Ia tidak tahu siapa wanita di balik tirai itu, karena ia baru pindah. Ia sebagai seorang pria sebenarnya tidak mempermasalahkan ada seorang yang mengaguminya. Ia membiarkan wanita itu berhari-hari menatapnya. Bahkan tidak jarang ia memang sengaja, berdiri di kamar sambill menyesap kopinya. Agar wanita itu bisa mengaguminya dari kejauhan.

Ray tahu bahwa manusia tertarik pada sesuatu yang menarik dan memberi nilai lebih. Paling gampang anologinya seperti ia membeli sepatu di Balenciaga, selain mereknya terkenal, sepatu itu juga sangat menarik dan ketika dipakaipun terlihat mahal. Prinsip ini juga sangat berlaku di romansa percintaan. Semakin velue kita tinggi kemungkinan ia akan mendapatkan hal lebih dari pasangan.

Ketika ia dulu ke rumah pak RT, pak RT mengatakan bahwa di samping rumahnya itu seorang desainer ternama bernama Krystal. Namun ia mengabaikannya, ia tidak peduli siapa wanita itu, karena di luar sana, banyak yang jauh lebih menarik dari pada seorang fashion desainer. Fashion desainer hanya soal profesi saja, mantan-mantannya terdahulu juga seorang wanita yang jauh lebih menarik, mulai dari artis ternama, selebgram hingga seorang entrepreneur.

Sekarang ia tanpa sengaja mendapati wanita itu sedang berdiri sambil memegang ponsel, wanita itu hanya mengenakan bra dan g-string. Ia semakin penasaran seperti apa sosok wanita itu, karena sangat menarik perhatiannya, siluet itu seperti tidak berbusana.

Rasa penasarannya semakin kuat, ia membuka tirai miliknya dan memperhatikan wanita itu berdiri. Ia dulu mempertanyakan kenapa banyak sekali pria search untuk kata Kate Upton di google, dengan setumpuk katalog Victoria’s Secret yang dibelinya di pasar loak Portobello dulu di London. Semua itu dilakukan untuk mengendalikan hormone yang tengah menggila pada masa itu. Ia lebih suka melihat model dengan pakaian-pakain sexy dan sexy lingerie, ketimbang menonton film porno sepulang dari kampus.

Model-model langsing dengan wajah sendu berpakaian mini seadanya mengisi harinya setiap malam, menjadi peran fantasi seksual, dan sekarang ia menyaksikannya lagi disini. Sejujurnya bukan bikini yang membuatnya menarik, namun pose wanita telanjang yang hanya berbalut lingerie, dalam pikirannya saat ini yaitu erotis dan sensual.

Jujur wanita itu terlihat sangat misterius, bagaimana bisa dari yang dulunya hanya duduk seperti wanita biasa kini berubah menjadi wanita yang diburu setiap pria. Sosok yang di hadapannya ini mengundang rasa ingin tahu lebih dalam, dari payudara, pinggul dan bokong. Apakah wanita itu sengaja menggodanya? Apa wanita itu sengaja ingin mengundang dirinya untuk berfantasi?

Wanita itu terlihat seperti buah terlarang yang boleh ia lihat berlama-lam, tanpa boleh ia jamah. Sekarang pose wanita itu sudah tercongkol di kepalanya, bahkan mungkin sulit ia lepas dan tentu saja, buah terlarang itu kini bisa ia nikmati sepuasnya dengan fantasinya. Sepotong lingerie berwarna pastel itu membentuk upeti gencatan senjatanya nanti malam.

Beberapa menit sudah berlalu, ia menatap objek di depan mata. Kini tatapan mereka bertemu. Ia melihat dengan cukup serius bagaimana rupa wanita itu. Dari dalam keadaan jarak jauh seperti ini dia terlihat sangat menarik menurutnya. Dia memiliki rambut lurus sebahu, bentuk wajah V. Ia menatap lagi tubuh polos yang hanya berbalut busana minim nyaris telanjang, itu merupakan symbol keterbukaan antara wanita dan pria. Ia seolah mendapat hadiah ‘your body is a wonderland’ secara tersirat.

Mereka saling menatap satu sama lain, tatapan itu seolah dirinya untuk memenuhi dan merealisasikan permintaan sebuah fantasi seksual, dan memperkenalkan sisi lain kepribadian nakal, sensual dan juga fun. Apa mereka akan mendiskusikannya di ranjang, dibalik selimut dan dalam gelapnya malam?

Ray melihat wajah kepanikan yang diperlihatan pada wanita itu. Dalam hitungan detik setelah menatap, dia lalu menutup pintu hordennya. Ray berpikir sejenak, ia dan wanita itu sudah bertatap muka, dan sekarang sudah waktunya ia bertanya. Kenapa selama ini mengintipnya? Apa mau sebenarnya dia sebenarnya?

Ray mengambil pakaiannya dan lalu mengenakannya. Setelah itu ia lalu turun ke bawah. Ia melangkah menuju tangga dan turun ke bawah. Ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 22.45 menit. Ia memberanikan diri untuk menghampiri wanita itu secara langsung.

Ia keluar dari rumahnya berjalan menghampiri rumah berpagar tinggi itu. Ia menekan tombol bell di dekat pintu pagar. Ia menunggu beberapa menit, hingga sang penghuni rumah membukakan pintu untuknya.

Tidak butuh waktu lama ia menunggu, ia memandang seorang wanita mengenakan daster sedang membuka pintu pagar. Ia yakin wanita itu asisten di rumah ini.

“Selamat malam.”

“Selamat malam juga. Mau cari siapa pak?” Tanya ramah.

“Ibu nya ada?” Ucap Ray, ia sebanarnya tidak tahu siapa wanita itu.

“Ibu?” Tanya bibi bingung.

“Iya.”

Bibi paham siapa yang di sebut ibu itu, “Owh, non Krystal ya, pak.”

“Iya, saya tetangga sebelah. Mau bertemu dengan Krystal,” ucap Ray tenang, ia baru ingat bahwa nama wanita itu bernama Krystal.

“Silahkan masuk,” ucap bibi.

Ray lalu masuk ke dalam, ia melihat halaman di rumah ini ternyata cukup luas, ada mobil BMW berwarna putih yang terparkir di sana. Ray lebih baik menunggu di teras itu.

“Kalau boleh tau bapak namanya siapa?” Tanya bibi lagi.

“Bilang saja, Ray tetangga sebelah,” ucap Ray lagi.

“Baik pak, bibi panggil non Krystal dulu.”

Raya melihat bibi sudah menghilang dari balik pintu, ia masih memperhatikan rumah ini. Rumah ini tidak terlalu besar, terlihat mungil menurutnya. Namun ia tahu bahwa konsep rumah minimalis dengan halaman yang luas. Nampak terlihat sangat asri, bahkan taman-taman tertata dengan baik.

Beberapa menit menunggu, kemudian ia memandang seorang wanita mengenakan pakaian baju tidur berbahan satin berwarna merah, kulit putihnya terlihat sangat kontras dengan baju tidurnya. Kini mereka saling berpandangan satu sama lain, Ray memperhatikan struktur wajah wanita itu. Dia memiliki wajah berbentuk v yang terlihat natural, hidung kecil namun mancung dan bibir penuh. Kebanyakan wanita yang ia kenal memiliki rambut bergelombang dengan warna merah kecoklatan dan wanita itu memiliki rambut berwarna hitam gelap sebahu. Dia terlihat sangat fresh, ia tidak memungkiri bahwa wanita itu cantik secara fisik.

Ray mengulurkan tangannya kepada wanita itu, “Saya Ray, tetangga sebelah kamu,” ucap Ray.

Krystal menelan ludah ia memandang beberapa detik uluran tangan pria itu dihadapannya. Ia sebagai wanita yang beradap, tahu bagaimana sopan santun. Krystal menyambut uluran tangan itu, genggaman pria itu begitu hangat, seperti ada aliran listrik menjalar dalam tubuhnya.

Beberapa detik kemudian, Krystal melepas uluran tangan itu. Ia menghadapi pria ini dengan lapang dada.

“Ada apa ya, ke sini?” Tanya Krystal, ia menutupi rasa nervous nya.

Bibir Ray terangkat, “Kenapa kamu melakukan itu setiap hari?” Tanya Ray to the point, ia ke pusat permasalahannya.

“Melakukan apa?” Tanya Krystal pura-pura tidak mengerti, ia tahu arah pembicaraan Ray ke mana.

Ray melipat tangannya di dada, ia menatap Krystal cukup serius.

“Kamu mengintip saya di jendela kamar kamu. Tidak hanya kemarin, namun kamu melakukannya every day di jam yang sama.”

Krystal menarik nafas, ia bingung akan berbuat apa, karena kenyataanya bahwa pria itu mengetahui bahwa dirinya mengintip setiap hari dibalik jendela kamarnya.

“Itu karena saya tidak sengaja. Karena posisi kamar kita memang berhadapan. Dan jam yang sama, saya berpapasan pulang dari kerja.”

“Tapi tindakan kamu yang salah, karena sudah menstalking saya sejak lama.”

“Tidak ada yang salah, when I did. It was unintentional, memang nggak di sengaja,” ucap Krystal lagi, ia tetap pada pendiriannya bahwa itu memang tidak di sengaja.

“Really?”

“Yes.”

“But I feel, kamu sengaja melakukannya,” timpal Ray.

“Yah, terserah kamu sih, kalau mau percaya apa tidak kepada saya.”

Ray memperhatikan Krystal, tatapan wanita itu tidak fokus, ia tahu bahwa wanita itu berbohong. Ray menghela nafas.

“I know, you lie,” ucap Ray.

“Saya, enggak berbohong, buat apa mengintip kamu?”

“Mungkin sebagai objek fantasi kamu.”

Krystal yang mendengar itu nyari menganga, ia tidak percaya bahwa Ray bisa-bisanya mengatakan bahwa ia mengintip untuk sebagai objek fantasinya. Maksud ucapan Rey tentunya mengatakan ia berkhayal berhubungan seks dengan pria itu.

“Oh God,” desis Krystal.

“Pulang lah, saya tidak menerima tamu malam-malam begini, terlebih membahas yang sama sekali masuk akal seperti ini. Bua tapa saya berfantasi dengan kamu,” dengus Krystal.

Ray menyungging senyum, “Karena saya selama ini juga memperhatikan kamu juga.”

Krystal mendongakan wajahnya menatap pria itu, dia tersenyum licik. Bagaimana dia tahu ia selama ini memperhatikannya.

“Jadi selama ini kamu memperhatikan saya?”

“Ya, tentu saja.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel