Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

Bab 5

Happy Reading

***

“Jika kamu memperhatikan saya, justru kamu yang berfantasi tentang saya?” gumam Krystal, ia tahu bahwa pertanyaan ini bodoh, padahal dirinya lah kepergok mengintip pria itu setiap hari, dan ia masih mengelak dan menyangkal ucapan Ray.

Ray tersenyum culas mendengar ucapan Krystal, ia memperhatikan wanita itu, otomatis tubuh Krystal mundur ke belakang.

Krystal menatap mata tajam itu dengan berani. Hingga akhirnya tubuhnya berhenti terhalang oleh dinding. Krystal dapat mencium aroma citrus dari tubuh Ray. Oh God, mencium baunya saja sudah membuatnya jatuh hati, apalagi di ranjang nanti.

Krystal menatap wajah Ray dari jarak dekat, ia melihat secara jelas sang pencipta menciptakan secara sempurna pahatan menawan seperti dewa Yunani. Jantung Krystal maraton, ia hanya bisa bergeming.

“Kamu tahu, tindakan kamu tadi di kamar, seolah mengajak saya untuk berhubungan seks.”

Krystal mendengar itu lalu menganga, “What!”

“Iya, kan? Kamu sengaja memamerkan lekuk tubuhmu tanpa busana dengan jendela terbuka, tanpa tirai menghalangi, dengan pose yang membuat pria mana saja ingin mengajakmu ke ranjang,” ucap Ray.

Krystal tidak terima dengan ucapan Ray. Bisa-bisanya pria itu langsung to the point menucapkan bahwa mengajaknya berhubungan seks. Oke, ia mengakui bahwa pria itu sangat hot, bahkan ia menginginkan bagaimana rasanya pria itu tidur bersamanya di ranjanganya. Ia melihat otot bisep pada lengan Ray. Betapa kokoh nya otot itu terlihat. Tubuhnya bukan seperti binaragawan namun ia yakin itu hasil olah raga teratur.

Krystal menelan ludah, ia menarik nafasnya, mungkin ia gila menginginkan pria itu berada di ranjangnya.

“Apa kamu tidak pernah melihat wanita berbikini sebelumnya? Sehingga berspekulasi bahwa setiap wanita yang berpakaian mini itu harus dieksekusi ke tempat tidur,” ucap Krystal.

Ray lalu tertawa, tatapannya kembali serius, ia mengurung tubuh Krystal, “No, saya tidak seperti itu, Krystal. Saya sering melihat wanita berbikini sebelumnya, dan saya tidak berhasrat jika dia berada di pantai di tempat mana semestinya.”

“Saya juga berada di tempat semestinya. Itu kamar saya dan saya bebas melakukan apa saja, walau saya naked sekalipun,” Krystal menggeram.

Ray mencium aroma mawar putih yang manis dari tubuh Krystal. Aroma itu membuat pria mana saja akan menciumi seluruh tubuhnya. Mereka saling berpandangan beberapa detik, ada getaran hati menggelitik hatinya.

“Apa kamu sengaja melakukan itu? Karena sebelumnya kamu tidak melakukannya,” bisik Ray.

“Tolong akui, kalau kamu sengaja melakukannya.”

Krystal tidak mungkin mangatakan bahwa ia sengaja melakukannya demi menarik perhatian Ray, itu tidak mungkin terjadi. Ia tidak ingin Ray besar kepala.

“Jangan mimpi, bahwa saya melakukan itu hanya untuk menarik perhatian kamu. Untuk apa? Enggak ada gunanyakan.”

Ray mencondongkan tubuhnya, ia merasakan hembusan nafas pada tubuh Krystal, ia menelan ludah ketika ia melihat bibir penuh Krystal. Ia ingin tahu bagaimana rasanya mencium bibir penuh itu, ia yakin wanita itu, di kamar sengaja menggodanya. Ray memberanikan diri menyentuh bibir Krystal dengan jemarinya. Membuat Krystal berhenti bernafas beberapa detik untuk tidak terbakar hasrat.

“Untuk meningkat gairah bersama,” bisik Ray.

“Saya bisa membuat kamu klimaks berkali-kali kalau kamu ingin,” gumam Ray.

Krystal menelan ludah, mendengar kata-kata sensual yang diucapkan seorang pria,

“Pulang lah, kehadiran kamu di rumah saya, sungguh sangat menggangu,” ucap Krystal pelan, ia tidak ingin membuat kegaduhan di komplek ini, terlebih pagar rumah tidak tertutup secara sempurna. Posisi mereka terlihat sangat intim jika seperti ini.

Ray beralih menyisir rambut Krystal dengan jemarinya secara perlahan, rambut hitam pekat itu sangat halus. Tatapan Ray tetap fokus melihat Krystal, ia melihat tulang selangka pada leher yang menahan nafas, ia kembali mendekatkan wajahnya ke leher Krystal dan mengecup leher itu sekilas dan tangan kirinya menyentuh paha itu secara perlahan lalu masuk ke dalam g-string tanpa ia perintah.

Krystal merasakan sensasi tersendiri pada tubuhnya. Jari-jari Ray bermain pada kulitnya, membuatnya merinding. Sentuhan itu menciptakan rangsangan otak, ada perasaan geli dan gairah, keluar secara bersamaan. Krystal mulai gelisah atas sentuhann-sentuhan jemari Ray, ia mengigit bibir bawahnya agar tidak mendesah.

Krystal lalu menyadarkan dirinya, apa yang telah Ray lakukan itu merupakan suatu tindakan pelecehan sexual. Ia harusnya menendang tubuh pria itu hingga terjengkal ke belakang, bukan malah membiarkan dia melakukannya.

“No, Ray,” ucap Krystal menghentikan tangan Ray yang sudah masuk ke dalam g-stringnya.

Ray menarik nafas, ia juga lepas control, ia memejamkan matanya beberapa detik. Oh God, bisa-bisanya ia melakukan ini kepada wanita yang baru di temuinya. Ray menatap iris mata Krystal, ia lalu menjauhi wanita itu beberapa langkah. Ia menutup wajahnya dengan tangan.

Ray kembali menatap Krystal, ia pandangi wajah cantik itu yang mengatur nafasnya. Posisi wanita itu masih bersandar di dinding, inginnya ia membawa masuk tubuh ramping itu ke dalam dan menghujaminya kecupan yang panas merajalela. Namun niat itu kandas, karena hubungan mereka bukan siapa-siapa. Dia hanyalah tetangganya yang sering mengintip di balik jendela kamarnya. Kedatangannya ke sini hanya mengatakan mengapa dia mengintipnya.

Ray dan Krystal saling berpandangan beberapa detik, ia mendekati Krystal.

“Besok malam jam 10, saya tunggu kamu di Fable,” bisik Ray, ia lalu menjauhi Krystal yang hanya bergeming menatapnya, dan melangkah menuju pagar.

Krystal memandang Ray yang baru saja keluar dari pintu. Krystal memegang dadanya, ia bersyukur Ray ternyata menjauh darinya. Ia lalu masuk ke dalam dan berlari menuju tangga. Krystal masuk ke dalam kamarnya, ia duduk di sisi tempat tidur.

Ia teringat jelas tentang Ray yang mengajaknya ke Fable. Apa tujuan pria itu mengajaknya ke Fable? Ada apa di sana? Oke, ia pernah ke Fable sebelumnya. Itu bukanlah hal yang tabu lagi untuknya, sebelunya. Awal-awal dulu jaman kuliah, ia norak sekali dengan namanya club. Semakin lama makin suka dengan club. Music, alkohol, bisa teriak-teriak tanpa orang peduli. Over all, dulu pernah mencintai tempat itu dan sampat candu.

Semakin ke sini, ia tahu bahwa pekerjaan lebih penting, apalagi Grace yang sibuk dengan pekerjaanya dan diapun begitu. Mereka ke club hanya untuk refreshing dari pekerjaan saja. Ia ke club untuk bersenang-senang, bukan beralasan mencari pria baru dan lalu mengajaknya tidur. Selama ia di club, ia sama sekali tidak berniat untuk pulang dengan pria lain dan ia harus tetap sadar hingga sampai rumah.

Masalahnya di sini Ray mengajaknya ke Fable, nama itu memang tidak asing di telinganya. Fable tempat club malam yang ada di kawasan SCBD, club itu tidak sepi pengunjung, karena event-event besar selalu hadirnya DJ Internasional mengisi di kawasan itu.

Ia harus memahami, ketika ada seorang pria mengajaknya ke club, mungkin lingkungan itu mengarah ke aktivitas-aktivitas negativ. Tapi ia punya pilihan iya atau tidak. Krystal menatap ke arah jendela, ia menatap Ray di sana, pria itu berdiri menatapnya dan ia membuka hordennya, memandang pria itu. Ray mengangkatkan gelas dan lalu menyesapnya. Ia yakin di dalam gelas itu adalah wine. Krystal lalu menutup hordennya lagi.

Krystal menekan saklar dan seketika lampu mati. Ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan memejamkan matanya. Ia harap, malam ini penghubung antara keputusan dan harapan di malam yang gelap.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel