MENABUR BENIH
Jeffir menatapnya dengan dingin lalu mengunci pintu kamarnya, Reina semakin takut, pasalnya ia tahu kini dirinya dalam bahaya besar. Reina mengayunkan langkahnya dengan perasaan takut memberanikan dirinya menuju kamar mandi, niatnya ingin mengurung diri. Tapi, dengan cepat Jeffir mencegahnya.
"Argh!" Reina mengerang kesakitan, saat Jeffir mencengkram tangannya dengan kuat. Kemudian, Jeffir memutar tubuh sintal itu dengan posisi membelakanginya. "Lepaskan aku!"
"Mau ke mana kau, 'nakal! Kau pikir kau bisa menghindar dariku?" suara dingin itu membuat Reina sukses ketakutan. "Malam ini kau akan memuaskan aku, jangan coba-coba menolak, aku telah berbaik hati padamu dengan tidak melakukan apapun kemarin malam."
"Bajingan!" Reina berusaha melawan rasa takutnya, lalu menggerakkan kakinya menginjak kali Jeffir.
"Arghhh!" Jeffir meringis, "Beraninya kau?"
Reflek Jeffir melepaskan tangannya yang kuat mencengkram Reina. Reina tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, dia lantas beranjak. Tapi, Jeffir menginjak gaun dengan gerakan cepat Reina berhasil di dapatkan.
"Turuti kemauanku, aku membelimu bukan untuk membangkang padaku, apalagi sekarang kau Istriku!"
Reina meringis kesakitan, ketika lehernya yang jenjang di cengkeram dengan tangan dari belakang.
Tidak segan Jeffir mendorong tubuh Reina sampai membanting di atas kasur dengan gaun tersobek, padahal gaun itu sangat mahal.
"Sumpah aku membencimu! Lepaskan aku biarkan aku pergi!" Reina berteriak-teriak, tapi percuma saja Jeffir tidak memiliki hati dia hanya ingin Reina menghangatkan tubuhnya malam ini.
"Berhenti berteriak!" Jeffir membentak dengan kuat, membuat Reina berhenti dengan ketakutan, baru kali ini dia mendapatkan bentakan semenyeramkan itu.
Jeffir mulai merangkak naik ke atas ranjang, dan sedikit bersikap lembut. "Sebenarnya kau ini cantik, tapi kenapa kau tak pernah menurut padaku? Turuti keinginanku maka kau tidak akan kusakiti, gunakan malam ini dengan saling menikmati," rayu Jeffir seraya menyelipkan rambut panjang Reina.
Reina gemetar saat tangan Jeffir mulai berani menyentuhnya, "Ughhh!" sialnya Reina mendesah membuat Jeffir berbangga diri.
"Sudah kukatakan bukan, kau akan menikmatinya," seringai Jeffir semakin bergairah.
Reina tidak bisa menolaknya lagi, pergerakannya telah dikunci kini tinggal pasrah menerima nasib malangnya itu.
"Setelah ini aku mohon lepaskan aku, biarkan aku pergi lagi pula kau telah Menodaiku, bukankah kau puas?!" kesal Reina sekaligus menyesalkan karena telah menurut apa kata Belinda yang membujuknya untuk bekerja di perusahaan JEFF GROUP.
"Ahhh!" Reina kembali mengerang saat Jeffir meneliti bagiannya dengan telunjuk. Sepertinya Jeffir marah karena Reina terus berusaha menolaknya.
"Membiarkanmu pergi? Haha! Tidak semudah itu, kau begitu mahal Nona, maka aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau melahirkan seorang Anak."
DEG.
Reina menatap nyalang wajah pria yang sedang menikmatinya di atas sana, pikirannya kalut setelah Jeffir memintanya memiliki seorang anak. Bagaimana mungkin Reina memiliki seorang anak dari pria yang sama sekali tidak di cintainya.
Wajahnya pucat pasi, matanya mulai memudar ketika Jeffir melakukan pergerakan di atasnya, entah kenapa tiba-tiba Reina memejamkan matanya. Setelah melakukan pelepasan Jeffir ambruk di atas tubuh sintal itu, dan setelahnya dia segera meninggalkan Reina yang polos tanpa sehelai benangpun.
***
Perlahan matahari mulai beranjak naik ke permukaan, bersama embusan angin pagi, meniup menyejukkan hati menyegarkan raga. Pagi itu Jeffir tengah bersantai di pinggir kolam, mengenakan celana pendek dengan kemeja berwarna putih dibiarkan terbuka mengekspos tubuhnya yang bak roti sobek, sesekali ia menyeruput coklat hangat dengan santai, sambil membaca kabar berita online di ponselnya.
PRESDIR JEFF GROUP DIAM-DIAM MENIKAHI SEORANG WANITA CANTIK, DAN TERLIHAT MASUK KE PENTHOUSE.
Sekali lagi Jeffir menyeruput coklat panasnya, "Ini sangat menarik," dia terkekeh sambil melihat fotonya dengan Reina saat masuk ke Penthouse berhasil di abadikan kamera wartawan yang selama ini selalu mencari-cari kekurangannya.
Beberapa saat Cristian menghadap Jeff di dekat kolam renang, "Tuan, apa kau sudah membaca berita di kanal Online, apa perlu aku membereskan?"
Jeffir tersenyum pada Cristian, dia kagum dengan kesetiaan asistennya. "Tidak perlu, kau tak perlu repot-repot biarkan saja berita tidak penting ini. Aku menyukainya, sepertinya aku ingin tahu bagaimana akhirnya."
"Anda yakin?"
"Kapan aku tidak pernah yakin, dalam mengambil keputusan?" Jeffir menatap Cristian dengan tajam, seraya menyesap coklatnya yang sudah dingin, lalu meletakkan dengan kasar di mejanya.
Kalau saja bukan Cristian yang sudah terbiasa menghadapi Jeffir, mungkin saja ia telah kehilangan keseimbangannya saat berdiri.
"Tidak Tuan!"
Jeffir tahu media di luaran sana tengah gencar mencari berita seputar kebenaran tentang dirinya, dengan wanita yang telah dia nikahi, apalagi foto itu terpampang dengan jelas membuat semua media tertarik mengorek kehidupannya.
Selama ini Jeffir tidak pernah tertangkap kamera wartawan sekalipun ia berganti-ganti pasangan, berbeda dengan rekan sebayanya yang sering tertangkap kamera, Jeffir sangat pandai menjaga kehormatannya sehingga baru kali ini ada berita tentangnya. Menurutnya perbuatan wartawan sering membuat repot. Tapi, kali ini Jeffir senang media memberitakan dirinya. Lantaran, dia tahu berita ini akan sampai di baca oleh orang tuanya yang selalu menuntutnya memiliki seorang pendamping.
Jeffir yang sangat jauh pemberitaan media, apalagi berhubungan dengan wanita, tapi bukan berarti dia tidak pernah tidur dengan wanita lain, dia seorang pria dewasa yang memiliki kebutuhan biologis untuk dipuaskan. Sekali dia membawa wanita yang menggodanya ke atas ranjang paginya dia lupakan begitu saja seperti tidak ada yang terjadi. Tapi, berbeda dengan Reina. Entah kenapa dia selalu tergoda dengan perempuan itu meskipun berkali-kalipun dia melakukannya.
"Awasi Reina, jangan sampai media tahu tentangnya!"
"Baik Tuan!" Cristian menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Jeffir.
Tidak berselang lama ponselnya berdering, itu panggilan dari Siska HRD yang merangkap sekretaris jika Cristian sibuk.
Jeffir langsung menerima panggilan. 'Halo... ada apa Sis?'
Siska berbicara dari seberang sana. 'Tuan, ada beberapa media online dan stasiun televisi meminta pertemuan dengan Anda untuk melakukan wawancara,'
'Untuk saat ini tolak semuanya, dan ubah semua jadwal pertemuan hari ini. Kosongkan jadwalku, aku tidak ingin diganggu!'
'Baik Tuan!'
Setelah itu Jeffir mematikan sambungan telepon, perlahan bangkit menatap pada kolam yang terlihat tenang, pandangannya jauh menerawang ke dasar kolam, pria berwajah tampan dan angkuh itu tengah berpikir. Apa yang media muat pagi ini memang menarik, sedikit menggelitik kehidupannya yang membosankan. Tapi, Jeffir harus berhati-hati apalagi kalau sampai ketahuan membeli seorang perempuan untuk dinikahi, ini akan menjadi aib baginya dia tidak bisa membayangkan kalau hidupnya menjadi olok-olok di kalangannya, apalagi dia seorang businessman.
Bisa saja media membuat berita miring tentangnya, dan membongkar rahasia kehidupannya selama ini.
Sementara di seberang sana seorang perempuan paruh baya sedang membaca berita tentang putra semata wayangnya.
"Astaga Anak nakal ini, dia Menikah tidak memberitahu saya?!"