DIPAKSA MENJADI ISTRINYA
Cristian keluar dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk Reina, tapi bukannya menurut pada Cristian Reina mencoba melarikan diri lagi.
'Ini kesempatan yang tidak boleh aku sia-siakan,'
Saat keluar dari mobil, Reina mendorong tubuh Cristian dengan kuat membuat Cristian terhuyung jatuh, saat itulah Reina lari.
BRUK!!!
Cristian terhuyung jatuh, dia lantas segera bangkit sedang Reina telah melarikan diri.
"Hey, Nona!" pekik Cristian, "Sekuriti! Tangkap Perempuan itu!" teriaknya pada seorang Sekuriti yang tidak jauh dari tempat kejadian.
Reina berlari terburu-buru, tapi di pertengahan jalan dia mencoba berhenti sambil terengah-engah.
Keringat mulai membasahi tubuhnya, jatuh bercucuran di tengah teriknya mentari yang lumayan menyengat siang itu. Reina mengelap dahinya sambil melihat sekeliling untuk memastikan kalau dia sudah berada di posisi yang aman.
"Huh! Syukurlah, mereka tidak mengejar ku, "gumamnya, dan kembali melanjutkan pelarian.
Namun, di saat ia mengira sudah aman, dari arah yang tidak terduga datang sebuah mobil berhenti menghadangnya.
Cittt.
Suara mobil mengerem dadakan itu membuatnya kaget dalam seketika, Reina malah melihat siapa orang di dalam mobil itu. Tidak berselang lama pria yang dia kenal, pria yang merenggut kesuciannya keluar dari dalam mobil mewah itu.
"Mau lari ke mana kau hah?" Jeffir dengan tatapan mengintimidasi berdiri tepat di depannya, dan datang menghampirinya.
Reina tahu saat ini dia berada dalam ancaman, ia berjalan mundur dengan kaki gemetar sementara lidahnya terasa kelu, takut pada Jeffir pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Kau masih berani kabur dariku?!" Jeffir mencengkram pergelangan tangan Reina dengan kuat. Sambil menatapnya dengan angkuh.
"Kau Iblis! Lepaskan, aku!" jerit Reina, sungguh dia sangat takut sekarang. Lantaran, dia kembali berhadapan dengan pria bejat, yang ternyata bosnya sendiri.
Dengan sangat kuat Reina mencoba berontak, "Lepaskan aku!" dia menarik tangannya agar terlepas dari cengkeraman Jeffir. Tapi, semakin dia berusaha yang ada malah tenaganya habis terkuras.
Terbesit dalam benaknya rencana akhir, meski takut tapi dia gunakan, Reina menendang harta paling berharga Jeffir.
"Arghhh!"
Jeffir meringis kesakitan karena bagian bawahnya di tendang Reina, panik karena takut kehilangan Reina yang ternyata masih perawan. Dia terpaksa memukul tengkuk Reina hingga pingsan.
Setelah itu Jeffir menangkap tubuh sintal Reina yang limbung, jatuh di pelukannya karena kehilangan kesadaran.
"Gadis liar, nakal! Sudah kukatakan kau takkan bisa pergi ke manapun!"
Tidak berselang lama Cristian datang, "Tuan! Syukurlah dia bersama Tuan," ucap Cristian lega.
"Pergilah, biarkan Gadis ini aku yang membawa ke Penthouse." perintah Jeffir pada asistennya.
Cristian pun mengangguk-anggukkan kepalanya, sementara Jeffir berlalu dengan mobilnya membawa Reina pergi.
Tiba di Penthouse, Jeffir langsung memangku tubuh sintal semampai itu menuju lift VIP yang biasa ia gunakan, karena Penthouse megah ini adalah milik pribadi keluarganya.
Jeffir telah sampai di kamar pribadinya, dan meletakkan Reina di atas kasur empuk itu, tempat di mana dia menikmati tubuh sintal yang begitu menggairahkan semalam.
"Tidurlah Gadis kecil, kuharap kau akan terus berada di sini, jadilah Gadisku yang baik," bisiknya, mencium bibir ranum lalu pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Arghhh," dengan kepala yang terasa masih berat, Reina mulai membuka matanya. Dia terlonjak kaget setelah melihat sekeliling ruangan itu, dia hapal betul ruangan itu adalah ruangan di mana dia di nodai malam itu.
Reina mengerjap-ngerjapkan matanya, sambil memegangi kepala yang masih terasa berat dan pusing. Saat pandangannya mulai fokus, sosok pria iblis itu kini berdiri di depan pintu kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya, mengekspos tubuhnya bak roti sobek itu tersenyum menyeringai padanya.
"Rupanya kau sudah sadar," suara dingin itu membuat Reina bergidik ngeri, takut dia melakukan hal yang sama seperti kemarin malam.
Reina bangkit dari kasur itu datang menghampiri Jeffir akan memukul pria itu. "Bajingan! Sampai kapan kau akan menyekapku di sini? Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?!" kesal Reina memukul dada bidang itu.
Namun, Jeffir malah tertawa. "Serasa di raba olehmu Sayang," bisiknya menyeringai, membuat Reina menghentikan tangannya, dan berjalan mundur sedang Jeffir malah merangsek padanya.
Rasa takut mulai menghantui Reina kembali, dia gemetar saat kakinya melangkah mundur hingga membentur kasur itu.
"Tol-tolongggg jangan lakukan itu lagi padaku, aku mohon!" rintih Reina memohon, membayangkan saat Jeffir menggaulinya dengan brutal, air matanya tiba-tiba jatuh bercucuran.
Jeffir datang mendekat mengusap air mata yang keluar dari mata indah itu.
"Aku tidak akan menyakitimu, tapi kau harus mau menjadi Istriku!" suara dingin itu mengajukan permintaan, dan seolah tidak ingin ada penolakan.
Reina tercengang, entah harus bahagia atau sedih. Dia tidak tahu harus menolak, atau menerima.
"I-istrimu? Hah... setelah apa yang kau perbuat padaku, beraninya kau berbicara enteng seperti ini!" Reina menunjuk dada bidang itu. "Tidak pernah terbesit sedikitpun aku memiliki Suami iblis sepertimu!"
Perkataan itu membuat Jeffir tersinggung, sehingga pikirannya mulai kacau, dan ingin menikmati kembali tubuh sintal itu.
Jeffir mendorong tubuh Reina, ambruk terlentang di atas kasur empuk itu.
"Arghhh!" pekik Reina kaget.
Jeffir melepas handuk yang melilit di pinggangnya. Reina semakin takut saat melihat Jeffir benar-benar polos di hadapannya.
"Kumohon jangan!" mohon Reina menangis ketakutan, memeluk lututnya demi melindungi kehormatannya meskipun telah ternoda.
Melihat Reina ketakutan, Jeffir lantas kembali melilitkan handuknya menyelimuti tubuhnya yang kekar.
"Baiklah, kali ini aku tidak akan melakukan itu padamu, jika kau tidak ingin aku Nikahi. Maka kau akan selamanya menjadi pemuas untukku, jangan sok jual mahal karena kau adalah Gadis bayaran bukan?" seringai Jeffir merendahkan.
Reina tidak terima atas tuduhan Jeffir, lantaran dia adalah perempuan baik-baik bukan seperti yang Jeffir pikirkan.
"Aku bukan Perempuan rendahan seperti tuduhanmu, brengsek!" sentak Reina dengan amarah yang membeludak.
Jeffir menatapnya dengan tajam. "Rendahkan suaramu, beraninya kau menyentakku. Jaga cara bicaramu padaku, lakukan itu dengan hormat padaku!" tukasnya mencengkram dagu manis Reina, membuatnya menengadah hingga tatapan keduanya bertemu.
"Mmm,"
"Apa hah? Kau pikir aku akan takut padamu?!" Jeffir menatap dengan sinis, mencoba menyapu bibir itu dengan tangannya. Namun, dengan beraninya Reina menggigit tangan Jeffir.
"Arghhh!" pekik Jeffir meringis kesakitan, saat jari telunjuknya di gigit Reina.
"Lepaskan jariku, kalau tidak aku akan menghukummu!" ancam Jeffir, dan Reina pun langsung melepaskannya karena takut pada pria itu.
Reina segera beringsut, dia takut Jeffir akan memaksanya untuk melayaninya. Tidak pernah terbayangkan sedikitpun olehnya akan di sekap, dan di lecehkan oleh bos-nya. Padahal, Reina sama sekali tidak pernah membuat masalah, bahkan dia tidak pernah tahu bosnya itu seperti apa. Ia terus menangis sepanjang waktu.