BERUSAHA MELARIKAN DIRI
Setelah aku memastikan pria itu benar-benar pergi, aku segera membersihkan diri, meski harus tertatih-tatih memapah kakiku, lantaran masih terasa sakit di bagian bawah sana karena perbuatan iblis tampan itu.
Kini aku sudah selesai membasuh diriku sebersih mungkin, aku langsung memakai pakaian yang ada di lemari di kamar ini.
Aku menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri dari kamar megah, cocok disebut sarang iblis ini.
Jam dua belas siang tepat pelayan akan mengantarkan makanan untukku, saat itu tiba akan ku gunakan untuk kabur dari sini.
TAK! TAK! TAK!
Terdengar suara ketukan dari sepatu seseorang datang perlahan mendekati kamar ini, lantas aku segera menyusun rencana.
Aku segera berjalan menuju kamar mandi, membiarkan keran itu terbuka, begitu juga dengan pintu kamar mandi sengaja kubuka sedikit untuk mengecoh pelayan itu, sementara aku berdiri dibalik pintu sambil menunggu saat pelayan itu masuk membawa makanan.
Aku berdiri dengan perasaan takut, campur aduk di dalam hatiku. Benar saja tidak berselang lama pelayan itu memasuki kamar ini.
Aku memerhatikan pelayan itu masuk ke kamar mandi, aku tahu dia pasti mencariku. Saat telah memastikan pelayan itu masuk ke kamar mandi, aku berlari kecil dengan hati-hati aku mengurungnya di kamar mandi.
Barulah setelah itu aku kabur dari tempat itu.
"Hey buka pintunya!" suara nyaring sang pelayan meminta dibuka kan pintu padaku, sayangnya aku tak peduli aku lebih memilih menggunakan kesempatan ini untuk pergi.
"Yes, berhasil!" gumamku bahagia bisa lolos dari tempat terkutuk ini.
Aku benar-benar tidak menyangka diriku sehebat ini, aku benar-benar lolos. Namun, ini baru permulaan berhasil melewati tempat pertama. Aku kembali berpikir agar bisa keluar dari gedung pencakar langit yang syarat dengan pengawasan.
"Huh!" aku mendesah pelan, menarik nafas sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Aku melihat sekeliling gedung nan luas itu, suasananya terasa sepi, dan setelah memastikan aman barulah berjalan menuju lift.
Namun, pada saat telah berada di dalam lift aku berpikir ini tidak akan berhasil, aku pun memutuskan untuk kembali ke atas dengan ide yang tidak pernah terduga sama sekali bahkan oleh orang waras pun tidak akan pernah terpikirkan.
Kembali memasuki unit kamar ini bukan berati untuk kembali pada iblis jahat, tapi ini untuk rencana yang akan membuatku pergi untuk selamanya dari tempat ini.
Dengan nekat membungkus diriku sendiri menggunakan plastik berukuran besar, dan berguling menuju tong sampah, meringkuk di dalamnya. Menunggu pengangkut sampah itu datang, dan akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkraman iblis itu.
Akhirnya aku menghirup kembali udara bebas, aku ingin segera melaporkan kejadian ini ke kantor polisi. Tapi tunggu, apa pihak berwajib itu akan percaya? Jikalau percaya pun apa dia mampu? Apa sebaiknya aku kembali ke kantor saja untuk melaporkan kejadian ini pada bosku Tuan Jeffir.
"Ya, sepertinya dia dapat membantuku. Tapi, aku sama sekali tidak pernah tahu persis siapa dirinya? Bagaimana bentuk lekuk tubuhnya aku tidak tahu! Intinya aku tidak mengenalnya dengan baik, jangankan mengenal melihat rupanya juga aku tidak pernah."
Baiklah, sepertinya ini jalan satu-satunya yang terbaik. Aku akan melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dilakukan karyawannya, dan tindakan kriminal itu padaku. "Ya, sepertinya ini akan lebih baik,"
Siang itu aku mendatangi kantor tempatku bekerja, seperti biasanya aku bekerja di perusahaan itu. Tapi, sebelum aku melakukan pekerjaan, terlebih dahulu menuju ruangan Presdir.
***
(Cerita beralih dari POV 1, menjadi POV 3)
Dengan cepat perempuan dengan lekuk tubuh sintal itu berjalan dengan tergesa menuju lift, setelah sampai di perusahaan JEFF GROUP.
Dia berusaha menemui bosnya, sebagai karyawan di perusahaan itu dia berhak menuntut perlindungannya.
Tapi, ketika dia sampai di depan pintu ruangan bosnya, Presdir perusahaan JEFF GROUP dia di halangi oleh pria berpostur tinggi dengan wajah rupawan, tapi begitu dingin.
"Maaf Anda tidak di perbolehkan masuk sembarangan ke ruangan Tuan Jef, kembalilah ke ruangan tempatmu bekerja!"
"Tapi, saya harus menemuinya! Ini penting bagi saya!"
Bahkan, ia mencoba menerobos masuk, mengacuhkan larangan asisten Presdir, dan langsung memasuki ruangannya.
"Anda tidak boleh masuk!" pria yang menjabat asisten presiden direktur itu mencoba menarik tangan perempuan itu untuk keluar dari ruangan atasannya.
"Tidak, tidak, ada hal penting yang harus aku sampaikan pada Presdir. Lepaskan!" perempuan itu berusaha melepaskan tangan pria itu, dan terus berjalan masuk.
"Pak Presiden direktur ada yang ingin saya...," dalam sekejap mata tenggorokannya serasa dicekik, dan kehilangan suaranya melihat pria angkuh duduk di kursi pemimpin perusahaan ini.
Dia adalah pemimpin JEFF GROUP, pria yang telah memperkosanya tadi malam. Dan pria yang berdiri di sampingnya adalah pria yang menawarkan diri mengatasnamakan perusahaan untuk mengantarnya pulang.
Kini dia ingat saat malam itu, dia diberikan sebotol mineral, dan entah di campur apa hingga membuatnya tak sadarkan diri ketika itu.
"Ti, tidak mungkin!" dia berjalan mundur setelah mengetahui siapa pria yang memperkosanya semalam, berniat untuk kabur. Namun, dengan cepat Jef berdiri berjalan ke arahnya, lalu mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat sampai perempuan itu meringis.
"Cepat bawa dia kembali ke Penthouse," perintah Jef pada asistennya.
Kemudian, pria berpostur tinggi itu menyeret perempuan bernama Reina Widyastuti keluar dari ruangan, dan membawanya pergi.
Jef mengikuti asistennya dari belakang. "Cristian aku percayakan dia padamu, kurung dia di Penthouse, pergilah aku akan menyusul setelah menyelesaikan pekerjaanku." Jef lantas kembali ke ruangan setelah memerintah bawahnya.
"Lepaskan aku, kumohon!" Rein bergetar ketakutan, saat dia tahu bos ditempatnya bekerja adalah pria yang telah menodainya.
Apalagi setelah dia tahu kalau pria itu adalah Jeffir Jefferson pemilik JEFF GROUP, perusahaan terbesar di kota ini tentu saja Jeffir memiliki kekuasaan apalagi hanya pada dirinya. Kendati demikian ia sama sekali belum pernah melihat wajah bosnya selama bekerja di sini.
"Menurutlah padaku Nona, aku tidak akan menyakitimu seperti Tuan Jefferson." pria bernama Cristian itu memperingatkan Rein.
Bagi Rein, pria ini sama saja seperti bosnya. Sama-sama kejam, dan mengerikan.
"Aku tidak akan pernah menurut pada Iblis seperti kalian!" Rein mengumpatinya dengan kesal.
Namun, Cristian tetap saja memaksanya untuk masuk dalam mobil.
"Cepat masuk jika kau tidak ingin di hukum lagi!" nada perintah sekaligus ancaman itu terdengar mengerikan.
Rein hanya bisa menurutinya, ia terpaksa memasuki mobil itu. Sia-sia dia telah berusaha kabur dari Penthouse megah itu. Tapi, saat ini dia akan kembali di kurung di sana.
Dalam perjalanan Rein hanya diam menatap nanar pada hamparan jalan luas, melewati hiruk pikuk kota. Selang beberapa menit, mobil itu berhenti. Rein tahu kalau dia telah sampai di kawasan Penthouse megah itu.
"Kau jangan mencoba melarikan diri lagi Nona, tunggu saja sampai Tuan Jeffir bosan padamu, tentunya dia akan melepaskanmu dengan sendirinya," ujar Cristian memperingatkan.
Rein merenggut kesal, atas ucapan Cristian. Ini sama saja menyamakannya dengan sampah, yang habis manis sepah di buang.