MALAM MALA PETAKA
Hujan turun rintik-rintik semua orang berlarian mencari tempat berteduh termasuk aku, malam kian larut sementara hujan tak kunjung berhenti.
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapanku, pria yang mengemudi itu pun keluar, dan menghampiri.
"Nona, pihak perusahaan meminta saya untuk mengantarkan Anda pulang. Mari ikut dengan saya, saya akan mengantar Anda dengan selamat tanpa ada yang kurang seujung kuku pun."
Tanpa ragu aku ikut dengannya, tapi...
"Aku tidak ingat apapun lagi setelah itu, dan ini kamar siapa?"
Aku berdecak kaget saat seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar ini.
BRAK!!!
Suara kasar itu membuatku tercengang, senyum sinis itu tersemat dari wajah pria berjas yang saat ini tengah meneliti ku.
"Siapa kau?"
"Tidak penting siapa aku, yang jelas kau harus ku nikmati!"
Aku bergidik ngeri saat ia bicara demikian, aku beringsut mundur berusaha melindungi diriku sendiri hingga tubuh ini membentur kepala ranjang.
Arghhh!!!
Pria itu mencengkram leherku, aku tak berdaya melawannya. Aku mengerang keras, dan meringis merasakan sakit di bagian leherku.
Pria asing ini tiba-tiba saja membalikkan tubuhku dengan posisi membelakanginya, "Apa yang mau kau lakukan padaku?"
Tiba-tiba saja dia memukul bagian bawaku, "Arghhh!" untuk kesekian kalinya aku meringis kesakitan, entah apa salahku padanya. Padahal kita sama sekali tidak mengenal.
Dia melepaskan cengkeramannya, dan kesempatan ini tidak aku sia-siakan untuk kabur, aku berusaha menggapai pintu. Namun, sial pintunya dikunci.
"Mau kemana kau? Kau pikir bisa kabur dari sini, 'hah!"
Suara dinginnya semakin membuatku takut, pria bak monster ini seperti memiliki dendam padaku, tapi aku sama sekali tidak mengenalnya aku sangat kesal padanya karena tidak membuka identitasnya.
"Bajingan!"
Aku mengumpat, mendorong tubuhnya mencoba melawan rasa takutku padanya supaya bisa kabur dari kamar asing ini.
Aku menarik tuxidonya lalu berbalik mendongakkan kepalaku menatapnya dengan tajam.
Namun, dia malah membalas mendorong tubuhku untuk kembali terlentang di atas ranjang. Pria itu naik tepat di atasku, tapi aku masih memiliki ruang bernafas.
"Aku membayar mu bukan untuk mengumpat padaku, puaskan aku!"
Aku menatapnya dengan nyalang, setelah mendengar ucapannya jelas pria ini salah mengira aku bukan perempuan bayaran itu. Tapi, aku korban salah sasarannya.
Tapi, dia tidak membiarkan aku memberitahunya.
"Dasar Sakit! Gila! Aku bukan Perempuan bayaran, aku Perempuan baik-baik!" aku mengumpat berusaha memberitahunya dengan kesal.
Ucapanku seolah tak didengar, aku beringsut mundur memeluk lututku. Ruangan ini memiliki pendingin, tapi tubuhku berkeringat sedang tubuhku hanya berbalut lingerie entah kapan kain ini dipakaikan di tubuhku.
"Arghhh! Ampuni aku Tuan, aku mohon," aku meringis ketika dia memaksaku melayaninya.
Pria iblis ini membuatku membelakanginya, dan memborgol tanganku di kepala ranjang, lalu menjambak rambutku kuat.
"Lepaskan aku, lepaskan!"
Aku memberontak karena aku tahu dia akan merenggutnya, tak peduli pergelangan tanganku yang sakit karena gesekkan borgol.
Aku melihatnya samar, karena dia berdiri tepat di belakangku. Aku tahu dia melepaskan helai demi helai kain yang menutupi tubuhnya.
'Oh Tuhan Selamatkan aku dari Iblis ini,' lirihku membatin.
PLAK!
Pria itu menampar pipiku dengan kuat, aku langsung terdiam. Kurasakan sudut bibirku pecah, dan mengeluarkan darah.
Pria itu meraih bibirku dengan bibirnya, sambil berbicara. "Jangan berontak, atau kau akan terus tersakiti!"
Aku mencoba memalingkan wajah, namun dia mencengkram rahangku dengan kuat. Kemudian, aku mengatupkan kedua bibirku tidak membiarkan lidahnya masuk ke mulutku.
Tapi, dia kembali menamparku dan menyiksaku di bagian lain.
"Ugh!"
Aku mengerang kesakitan lantaran dia meremas bagian lain dariku, kesempatan itu dia gunakan untuk memasuki bagian mulutku, dan menjelajahinya.
"Ahhh!" kudengar kali ini dia yang mengerang kesakitan, karena dengan berani aku menggigit lidahnya dengan keras.
Dia mengumpat marah padaku. "Kau benar-benar cari mati!"
Wajah dingin pria iblis ini kini memerah menatap tajam padaku, dengan mencoba mengintimidasiku.
"Bunuh saja aku dari pada kau renggut kesucianku!" Aku meludahinya dan berkata dengan sungguh-sungguh.
"Membunuhmu?" pria itu malah tersenyum menyeringai, lalu membuat posisi tubuhku membelakanginya. "Dengan hargamu yang mahal, aku tidak akan membiarkanmu mati tanpa memberiku kenikmatan!"
"Mau apa kau?! Lepaskan aku!"
Aku meronta namun percuma, tanganku diborgol dia juga mengunci pergerakanku aku bisa apa.
"Arghhh!"
Aku kembali meringis saat dia menarik lingerie dengan kasar, dan talinya hingga terputus melukai tubuhku.
"Gila! Lepaskan aku!"
"Diam! PLAK!"
Dia mulai melepaskan satu-satunya kain yang masih menutup bagiannya, saat itu mataku terbelalak saat melihat bagiannya.
Aku kembali meronta, memohon untuk tidak melakukan itu padaku.
"Tidak, tidak! Aku mohon jangan lakukan itu, itu menyakitkan!" Aku bergidik ngeri melihat ukuran bagian itu, pasti akan membuat tubuhku terkoyak kesakitan. Namun, dia malah menyeringai seolah senang dengan penderitaanku.
Tanpa ampun dia mulai memasukkannya.
"Arghhhhhh!"
Aku mengerang panjang, kesakitan karena ulah pria iblis itu.
"Oh, ternyata kau bisa juga minta tolong? Mana sikap angkuhmu yang tadi hem,"
Bukannya menghentikan perbuatannya, pria iblis ini malah membuatnya benar-benar tertanam sangat dalam, dia menarik dan memasukkannya dengan kasar, tanpa ampun menyiksaku yang kesakitan.
"Aku mohon hen-tikan... tol-tolongggg eughhh!"
Gigiku terkatup, tanganku mengepal kuat, tubuhku mulai menggigil merasakan perasaan asing yang menyakiti seluruh tubuhku, sebelumnya aku sama sekali tidak pernah melakukan ini dengan siapapun. Tapi, pria ini telah merenggut semuanya, kesucian yang selama dua puluh satu tahun aku pertahankan direnggut oleh pria tak bertanggungjawab yang sama sekali tidak kukenal.
***
Perlahan sinar mentari masuk melalui celah jendela, serta angin berembus menyingkap gorden jendela membuat sinar mentari itu menerpa wajahku, silau.
Aku mulai membuka mataku, terbangun dari yang kupikir hanya mimpi burukku.
"Arghhh."
Aku mengerang merasakan sakit di sekujur tubuhku, terutama di bagian intim itu.
"Kau sudah bangun rupanya?"
Aku terkesiap kaget, reflek aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku, dan beringsut mundur hingga ke sudut ranjang.
Aku menatap pada pria yang berdiri di hadapanku, dia mengenakan kemeja putih sementara di tangannya terlihat memakai arloji yang cukup mahal untuk para kalangan atas. Pria dengan wajah tampan, dan aksen wajah yang tenang seperti malaikat dialah iblis yang semalam menyiksaku. Bahkan, dia terlihat berwibawa padahal sangat bejad, sialnya pasti dia memiliki kekuasaan.
Aku hanya menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Bersihkan dirimu, aku akan pergi ke kantor. Ingat jangan pernah berpikir untuk kabur dari sini, kau adalah sepenuhnya milikku sekarang!"
"Tapi aku harus pulang, Ibuku pasti mengkhawatirkanku. Aku meminta belas kasihan padamu!" aku memohon padanya, bagaimana pun ini adalah penculikan.
"Jangan harap! Aku tidak akan pernah membiarkan kau pergi ke manapun!" Pria itu bergegas meninggalkan kamar ini, dan menutup pintunya.
***