Bab 11, Restoran Hidangan Bangsawan.
Pemandangan indah dari udara ketika mengendarai winged horse membuat Yuan Fen merasa sangat gembira. Pengalaman baru ini menjadi berharga bagi pemuda sederhana dan yatim piatu ini. Jika tidak karena pertemuan dengan Manager Xu Bao, yang mengelola dan mengatur semua murid pekerja di Sekte Pedang Awan, mungkin sekarang dia akan terlunta-lunta menjadi pengemis.
Kota Bintang Pagi benar-benar indah. Kesan tersebut tergambar jelas pada wajah Yuan Fen ketika mereka memasuki gerbang kota. Untuk magical beast transportasi, aturan ketat melarang mereka memasuki kota. Yi Zan segera memberikan instruksi pada winged horse untuk pergi, dan dengan lembut, makhluk indah itu menghilang di balik awan.
Sementara itu, untuk magical beast transportasi umum, area khusus disediakan di luar kota sebagai tempat istirahat. Para penjinak hewan, atau tamer, menjaga dan memberi makan semua magical beast transportasi.
++++
Yi Zan berlari-lari dengan senang di area pasar Kota Bintang Pagi. Dia berhenti di kios-kios yang menjual jajanan dan kembang gula, lalu menarik tangan Yuan Fen untuk masuk ke toko pakaian wanita.
Sayangnya, sebagai murid Sekte Pedang Awan, Yuan Fen harus mengenakan seragam jubah sekte, dan tidak bisa berhias dengan busana atau asesoris lainnya. Meski begitu, Yi Zan tetap tak bisa menahan diri dari membeli beberapa asesoris wanita, seperti anting, jepitan rambut, pemerah pipi, gincu, dan bedak.
Yuan Fen terheran-heran melihat antusiasme Yi Zan terhadap berbagai asesoris dan alat penghias wajah. Dia tak menyadari bahwa gadis-gadis suka berdandan dan berhias sejak dini, memahami arti keindahan yang akan dikagumi kaum pria.
"Yuk, kita mampir mencicipi hidangan lezat di restoran mewah itu!" teriak Yi Zan setelah keluar dari toko busana, mengarahkan pandangan ke sebuah bangunan megah bertingkat tiga yang ramai dikunjungi.
Kota Bintang Pagi begitu ramai pada siang itu. Selain oleh warga kota, banyak juga murid Sekte Pedang Awan yang berseliweran di setiap sudut kota. Jelas terlihat dari seragam mereka yang menampilkan pedang dan awan di dada. Bangga mengenakan seragam tersebut, mereka merasa dihormati oleh orang-orang di sekitar. Siapa pun yang berani mengganggu Sekte Pedang Awan, kekuatan besar di Kekaisaran Great Ying, pasti akan merasa berat akibatnya.
Yi Zan dan Yuan Fen melangkah masuk ke dalam Restoran Hidangan Bangsawan. Di lantai dasar, suasana ramai dengan ratusan orang duduk dan menikmati hidangan, menciptakan hiruk-pikuk yang menggema di sekitar.
"Hmm... tidak sesuai selera ku. Terlalu ramai, aku takkan bisa menikmati hidanganku. Mari kita pindah ke lantai 2," ujar Yi Zan seraya menarik tangan Yuan Fen, mengajaknya naik ke lantai atas.
Yuan Fen tampak ragu, namun tanpa banyak pertimbangan, ia mengikuti Yi Zan yang telah menyeretnya. Saat menaiki tangga menuju lantai 2, terdapat dua pelayan yang siap siaga. Mata Yuan Fen melirik mereka, mengidentifikasi mereka sebagai cultivator pemula dengan ranah Mortal 3. Kemampuan mereka cukup untuk menakut-nakuti pelanggan nakal yang mungkin mengacaukan restoran.
"Mohon maaf, nona dan tuan... Lantai 2 diperuntukkan bagi cultivator..." Pelayan tidak bisa melanjutkan perkataannya ketika melihat lukisan pedang dan awan di dada Yi Zan.
"Silakan naik ke lantai 2," ucap pelayan dengan sopan, mengarahkan Yi Zan dan Yuan Fen menuju lantai atas.
Pemandangan di lantai 2 lebih tenang daripada lantai dasar. Suasana tidak seramai, karena tempat ini dikhususkan untuk para cultivator. Pembayaran di lantai 2 menggunakan Energy Stone, di mana 1 energy setara dengan 100 koin emas. Makanan di lantai ini memang lebih mahal.
Yi Zan memilih tempat di dekat jendela, menikmati pemandangan kota yang ramai di bawahnya. "Berikan hidangan kaki beruang salju dimasak kuah pedas, burung dara goreng, wonton daging domba muda, bebek bakar khas daerah selatan, dan buah anggur dari Wilayah Arya di Barat," ucap Yi Zan sambil meletakkan 10 batu energy kelas rendah di atas meja.
Pelayan Restoran Hidangan Bangsawan segera menyambut pesanan mereka dengan penuh antusiasme. Sikap mereka berubah, dan mereka menghormati Yi Zan dan Yuan Fen sebagai tuan muda dan nona muda. Uang memang memiliki kekuatan di dunia ini.
Ketika hidangan mereka tiba, Yi Zan dan Yuan Fen dengan rakusnya menikmati makanan di depan mereka, tanpa peduli dengan pandangan heran dari orang sekitar. Mereka melahap makanan dengan nafsu makan yang besar, mengesankan kekalapan yang menyelubungi kesan imut mereka. Tidak lama kemudian, terdengar langkah anggun mendekat.
Langkah itu terdengar seperti musik, setiap langkahnya disusun dengan penuh perhitungan untuk memberikan kesan berwibawa. Yi Zan melirik dengan bosan ke arah anak tangga lantai 2, merasa bahwa langkah itu terlalu dibuat-buat, seperti seorang penari opera di panggung rakyat. Sementara itu, Yuan Fen dengan polos memalingkan wajahnya, menunjukkan rasa keingintahuannya.
Dari arah tangga menuju lantai 2, tampak seorang pemuda tampan memakai busana mentereng. Berusia sekitar 17 tahun, wajahnya begitu bersih dan putih seperti pualam. Tubuhnya yang tinggi dan langsing dipadukan dengan busana model terbaru dari toko-toko busana mahal. Ia mengenakan baju model terbaru berlengan besar berwarna hijau pastel, dilapisi jubah hijau zamrud yang memesona. Mata yang tahu harga barang dapat menebak bahwa busana pemuda itu terbuat dari sutra mahal dari Wilayah Arya di Barat.
Sepatu pemuda tersebut terbuat dari kulit dark beast yang lembut dan dihiasi dengan ukiran indah. Rambutnya rapi diikat ke atas menggunakan minyak kayu cendana yang harum, membentuk konde kecil yang dihiasi dengan pita sutra. Penampilannya seakan memberi kesan bahwa dia adalah keturunan bangsawan atau anak hartawan yang kaya.
Seorang pria yang bersama pemuda itu, mungkin pengawal atau bodyguard, mendekati tempat duduk Yuan Fen dan Yi Zan. Yi Zan tampak bosan, memandang pemandangan di jalan, sedangkan Yuan Fen ramah terhadap pria pengawal itu.
"Dua adik kecil... ini adalah tempat duduk yang diinginkan oleh tuan kami, Tuan Muda Ruan Ceng. Pilih tempat duduk lain, dan aku akan memberi kompensasi untuk tempat ini," ucap pria itu.
Saat Yuan Fen hendak menjawab dan memberi kesempatan pada pengunjung baru itu untuk mengambil tempat duduk mereka, terdengar suara tegas dan galak.
"Akan banyak kursi dan meja di lantai 2 ini. Silakan pilih yang kosong. Meja ini masih kami tempati dan akan kami lanjutkan pesan makanan," Yi Zan menyela, melirik sebentar ke arah pemuda dan kemudian memalingkan wajahnya dengan sikap acuh.
"Gadis kecil, jangan bersikap berlebihan. Tahukah kau siapa Tuan Muda Ruan Ceng?" pria yang bersama pemuda itu menanggapi, menahan emosinya.
"Dan kau tahu siapa aku? Aku adalah Yi Fentin, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menindas kami hanya karena kami dua anak kecil," jawab Yi Zan dengan tegas.
"Pergi dan cari tempat lain. Aku tidak suka pembicaraan berlebihan," Yi Zan menatap pria itu dengan tatapan tajam.
"Bocah kecil, ijinkan aku memberimu pelajaran," pria itu bersiap menakuti mereka dengan gerakan pukulan.
Dengan senyum licik, Yi Zan dengan cepat mengeluarkan sesuatu dari cincin spasialnya. "Ini adalah hadiah kecil dariku atas sikap kurang ajaranmu," kata Yi Zan sambil melemparkan jimat peledak ke arah pria tersebut.
DUAR!
Ledakan besar terdengar di lantai 2 Restoran Hidangan Bangsawan. Pria tukang pukul yang datang bersama Tuan Muda Ruan Ceng terlempar sejauh 5 meter, berusaha bangkit dengan pakaian compang-camping dan rambut berdiri. Tubuhnya penuh goresan hitam arang, membuatnya terlihat seperti setengah telanjang. Rasa malu tergambar jelas di wajahnya, sementara orang-orang di lantai 2 menyaksikan kejadian tersebut dengan heran.
"Ini hanya jimat kelas rendah yang kuberikan padamu. Jika masih membuat onar, aku tak segan memberikan hadiah yang bisa membuat setengah tubuhmu hangus. Pada saat itu, kau akan menangis dan meminta orang lain membunuhmu, agar terbebas dari derita petir yang kuberikan," ujar Yi Zan dengan acuh tak acuh, suaranya terdengar nyaring.
Restoran Hidangan Bangsawan lantai 2 menjadi hening. Beberapa orang kagum pada Yi Zan, sementara yang lain menganggapnya kejam. Ada juga yang merasa iba melihat pria yang tampaknya akan menangis karena telah mengganggu kedua anak kecil yang sedang menikmati makan siang.
Di antara keramaian itu, ada yang awalnya berniat jahat, berencana merampok mereka. Namun, setelah melihat Yi Zan dengan boros mengeluarkan 10 batu energy untuk beberapa hidangan, mereka bersyukur.
Ternyata, Yi Zan menggunakan jimat. Gadis iblis itu mungkin master jimat atau setidaknya orang kaya yang dengan mudah menghamburkan jimat hanya untuk mengusir tukang pukul tadi. Diam-diam banyak yang jeri, lalu mengambil keputusan untuk mencari jalan lain dan menjarah harta dua anak itu. Bagimana selanjutnya tingkah dua anak itu?
Bersambung.