Bab 8 Memanfaatkan Kesempatan
Bab 8 Memanfaatkan Kesempatan
Tiba-tiba kereta berhenti kuda berhenti mendadak. Putri Chiara terdorong ke depan, tepat disambut oleh Pangeran Ricci.
Pangeran Ricci memegangi Putri Chiara agar tidak terantuk atau mengalami luka. Entah kenapa, sepertinya ia cukup khawatir dengan sang Putri.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Pangeran Ricci pada Putri Chiara.
"Tidak apa," sahutnya sambil berusaha bangkit dan kembali duduk seperti semula.
Pangeran Ricci mengeluarkan kepalanya dari jendela dengan menyibak tirai penutup kereta itu. "Kalian tidak bisa membawa kereta dengan baik? Bagaimana kalau sampai Putri Chiara terluka?" murka Pangeran Ricci pada para pengawal dan juga pengendali kereta.
Mereka semua takut dengan kemarahan Pangeran Ricci. Karena kata-kata yang keluar dari Pangeran Ricci sama sekali tidak bisa dibantah. Bisa saja, mereka akan bernasib buruk jika tidak mengikutinya.
"Kau tidak perlu semarah itu, mereka juga tidak ingin hal ini terjadi," ucap Putri Chiara menenangkan suasana.
"Aku hanya khawatir," ungkap Pangeran Ricci dengan wajah yang masih tampak kesal.
Putri Chiara menahan tawa karena melihat Pangeran Ricci kesal seperti itu agak aneh menurutnya. Tidak disangka lelaki kaku seperti Pangeran Ricci bisa menjadi sepeduli itu padanya.
Tunggu, bukankah ia adalah orang yang kejam? Kenapa bisa sampai begitu peduli pada Putri Chiara?
"Kau kenapa mengkhawatirkanku seperti itu?" tanya Putri Chiara hanya memanggil kau, tidak menyebut nama atau kata pangeran. Sesungguhnya, mereka berdua tidak tahu harus memanggil seperti apa? Apakah memangggil seperti suamiku-istriku, atau memanggil rajaku-ratuku?
Tidak, Putri Chiara tidak akan memanggil Pangeran Ricci seperti itu. Ia menikah hanya untuk membalas dendam, bukan menunaikan kewajiban sebagai seorang istri sesungguhnya.
"Karena kau adalah istriku," jawab Pangeran Ricci dengan nada bicara yang datar.
Putri Chiara menganggukkan kepalanya. Ya, ia adalah istri dari Pangeran Ricci, wajar pria itu mengkhawatirkan dirinya.
***
Acara pesta di Kerajaan Elyora begitu megah. Pesta pernikahan seorang pangeran mahkota dengan putri satu-satunya dari Kerajaann Mahdiaz Rhode menjadi sejarah besar untuk Kerajaan Elyora. Karena menjalin hubungan dengan Kerajaan Mahdiaz Rhode adalah salah satu incaran yang diinginkan oleh sebagian kerajaan lain. Kerajaan Mahdiz Rhode yang terkenal kaya dan rajanya bijaksana, membuat orang-orang ingin menjalin berbagai macam hubungan.
Beruntungnya Kerajaan Elyora mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan ikatan pernikahan, yang artinya jika nanti Putri Chiara dan Pangeran Ricci punya keturunan, maka keturunan itu akan semakin kuat posisinya di Elyora juga di Kerajaan Mahdiaz Rhode. Itulah salah satu rencana dari Ratu Alya. Ia ingin putranya menjadi satu-satunya penguasa di Kerajaan Elyora.
Putri Chiara baru saja selesai dirias dan telah siap untuk keluar menyambut tamu dalam pesta yang mengundang rakyat-rakyat dari Kerajaan Elyora.
Malam begitu semarak dengan kegembiraan yang tercetak jelas pada wajah semua orang. Hanya satu orang yang sedih dan tidak menikmati acara tersebut. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Hexa, saudaranya Pangeran Ricci dan juga merupakan sahabatnya Putri Chiara yang memang mempunyai perasaan lebih pada Putri Chiara.
Putri Chiara samar-samar melihat Xander berada di tempat pesta bersama teman-temannya, yang tentu juga dikenali olehnya(roh Aubrey).
"Itu Xander," gumamnya. Ia memperhatikan wajah lelaki itu begitu lesu. Tidak ada rona cerah atau bahagia, yang mana saat bersama-sama dengannya dulu Xander adalah lelaki paling bahagia dengan senyum yang senantiasa menghiasi. Lantas, kenapa sekarang menjadi begini? Ada apa sebenarnya?
Aubery lupa kalau saat ini dirinya berada di dalam tubuh Putri Chiara. Dirinya bukanlah dalam wujud Aubrey, jadi tidak ada sangkut paut dengannya.
"Kemana kau Chia?" tanya Pangeran Ricci menahan tangan Putri Chiara.
"Aku mau ke sana," tunjuk Putri Chiara ke arah di mana Xander berada di sana. Namun, saat tangannya menunjuk tidak ada Xander sama sekali di sana. Hanya ada beberapa orang saja.
"Apa aku berhalusinasi?" tanyanya membatin.
"Siapa yang ingin kau temui?" tanya Pangeran Ricci menarik paksa tangan Putri Chiara.
"Ricci! Kenapa kau tarik tanganku!" bentak Putri Chiara.
Pangeran Ricci pun melepaskan tarikan tangannya, lalu mengganggam dengan genggaman yang menghangatkan. Tidak seperti tadi. Ia membawa Putri Chiara ke tengah-tengah arena dansa.
Putri Chiara dan Pangeran Ricci sepakat untuk memanggil dengan nama panggilan masing-masing. Tidak memanggil dengan panggilan kaku suamiku-istriku atau rajaku-ratuku. Mereka sama-sama tidak suka dengan panggilan yang seperti itu.
Putri Chiara sedikit terkejut karena Pangeran Ricci membawanya ke tempat dansa. Seketika itu juga semua orang menjarak dan menyisakan hanya mereka di sana. Sorotan mata tertuju pada pasangan yang sedang berbahagia itu. Tepuk tangan dan sorakan para warga menjadi riuh karena baru pertama kali mereka melihat Pangeran Ricci segitu dekatnya dengan seorang wanita.
Alunan musik yang dimainkan oleh para pemain musik pun menciptakan melodi yang begitu romantis. Untungnya Putri Chiara(roh Aubrey) sudah belajar cara berdansa sebelum pernikahan dilangsungkan. Kalau tidak, bisa memalukan dirinya di hadapan banyak orang.
Entah mengapa semua terjadi dengan begitu saja. Putri Chiara tidak tahu kalau dirinya menjadi begitu mahir dalam berdansa, atau mungkin ini memang bawaan tubuh Putri Chiara yang bisa segalanya, menjadi mudah untuk digerakkan, mengikuti irama.
Tepuk tangan pun menjadi riuh kembali begitu Pangeran Ricci membawa Putri Chiara ke dalam pelukannya setelah selesai melakukan dansa. Tidak ada yang tahu, apa yang akan dilakukan oleh Pangeran itu pada sang Putri.
"Kau mau apa?" tanya Putri Chiara gugup. Dadanya menjadi naik turun dan jantungnya sudah tak bisa dihitung berapa cepat detakannya. Sangat cepat pastinya.
Hawa panas yang mengembus dari hidung Pangeran Ricci terasa dengan sangat jelas oleh Putri Chiara. "Tunjukkan pada semua orang dan juga rakyat kalau kita benar-benar saling cinta dalam melakukan pernikahan ini," ucap Pangeran Ricci dengan suara yang pelan.
"Dasar—kau!" Putri Chiara baru saja ingin memarahi Ricci, tetapi bibirnya sudah terkunci, tidak bisa berucap lagi. Ia hanya bisa bermain peran untuk bersandiwara dengan baik.
Ada baiknya ia menunjukkan kalau hubungannya dengan Ricci adalah atas dasar suka sama suka, bukan karena embel-embel lainnya.
Namun, sedikit aneh dengan yang Ricci lakukan kali ini. Beda dengan yang dilakukannya saat mereka menikah. Ini sepertinya memanfaatkan situasi.
Putri Chiara pun menggigit lidah Pangeran Ricci yang telah memanfaatkan dirinya dengan alasan semua orang menyaksikan.
***
Pesta telah usai. Putri Chiara melepas kepergian Ayahanda dan Ibundanya yang kembali lagi ke kerajaan mereka.
Walaupun dirinya hanya selama satu bulan kurang lebih berada di Kerajaan Mahdiaz Rhode, tetapi Putri Chiara sudah merasa kalau kedua orang tua itu begitu menyayanginya. Membuat dirinya tetap merasakan kasih sayang orang tua.
"Ayahanda, Ibunda, Chia pasti akan merindukan kalian," ungkap Putri Chiara memeluk kedua orang tuanya dengan air mata yang berlinang.
Sebagai wanita yang sudah menikah, sudah seharusnya tinggal di tempat suaminya tinggal. Begitu pula dengan seorang putri yang dinikahkan dengan pangeran, maka sang putri akan tinggal di keraajan tempat suaminya tinggal.
"Kau baik-baik di sini, Nak. Pintu kami selalu terbuka untuk kau saat kau rindu untuk bertemu dengan kami," ujar Raja Domenico.
"Ibunda juga akan mengirimkan Fluffy Rose Cake kesukaanmu di setiap menjelang bulan purnama," ucap Ratu Aysila.
Putri Chiara menganggukkan kepalanya. Pasti ia akan datang suatu hari ke sana lagi, saat dirinya telah berhasil membuat Ratu Elyora mendapat balasan atas kejahatan yang dilakukan pada orang tua dan juga adik-adiknya. Ia juga akan membuat Ratu itu membayar semua kejahatan yang selama ini telah dilakukannya, tidak hanya pada keluarga mereka, tetapi juga pada semua pelayan yang berhadapan dan tidak disukainya.
Putri Chiara terus menatap keluar sampai kedua orang tuanya tidak terlihat lagi. Satu persatu dari anggota keluarga Kerajaan Elyora pun masuk kembali ke dalam.
"Chia, ayo masuk," ajak Pangeran Ricci merangkul Putri Chiara.
"Aku bisa sendiri," tolak Putri Chiara menepis tangan Pangeran Ricci. Dirinya masih kesal dengan penipuan kecil yang Pangeran Ricci lakukan setelah dansa kemarin itu.
***
Bersambung