Bab 6 Ciuman Perpisahan
Bab 6 Ciuman Perpisahan
"Langitnya indah," ucap Putri Chiara begitu mereka tiba di atas bukit.
"Ya, seindah Lady yang ada di sebelahku ini," timpal Pangeran Hexa. Keahlian seorang Hexa adalah memuji dan merayu. Namun, itu hanya ia lakukan pada Putri Chiara. Khusus untuk Putri Chiara saja. Entah apa alasannya juga tidak diketahui.
"Anak panahku mana?" tanya Pangeran Hexa kemudian.
"Aku simpan."
"Kenapa tidak dibawa kembali?"
"Karena … aku ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan."
Pangeran Hexa menghela napas, lalu turun dari kudanya. Ia menghampiri Putri Chiara dan mengulurkan tangan supaya sang putri turun dari atas kuda juga.
"Chia, jika kau ingin menyimpannya, tidak masalah. Namun, anak panah tidak akan ada gunanya tanpa busur," jelas Pangeran Hexa sambil membantu Putri Chiara turun.
"Aku tidak punya busurnya dan juga belum belajar memanah," terang Putri Chiara.
"Kau mau aku ajari?" tawar Pangeran Hexa.
"Sungguh kau mau mengajariku memanah?" Putri Chiara menanggapi dengan antusias. Ia bukan belum mempelajari ilmu memanah, tetapi sang ayah, Raja Domenico tidak mengizinkan putrinya untuk berlatih. Ia tidak ingin Putri Chiara mengalami kesusahan.
"Terima kasih Hexa," ujar Putri Chiara terlihat begitu senang. Ia pun kemudian mendudukan diri di rerumputan yang menghampar di bukit ini. Sambil menatap ke langit dengan pemandangan bulan yang tampak begitu dekat.
Malam semakin larut. Tidak terasa, mereka sudah lama menghabiskan waktu.
"Hexa, aku harus pulang," ujar Putri Chiara tersadar kalau ini sudah lewat dari waktu yang ia katakan pada Bibi Camia saat pamit pergi ke sini.
"Ah, iya. Aku akan mengantar kau pulang."
"Nanti kau baliknya bagaimana, Hexa?"
"Aku lelaki, jangan khawatir," ujar Hexa sambil menepuk pelan pundak Putri Chiara.
"Baiklah," ucap Putri Chiara menyetujui.
Hubungan kedua sahabat itu semakin akrab dengan janji yang membuat mereka terus berjumpa di hari-hari tertentu. Persahabatan mereka sangat indah.
Hingga pada suatu hari, saat Pangeran Hexa dan Putri Chiara sudah sama-sama dewasa, keduanya berjumpa di taman yang berada tidak jauh dari kediaman Putri Chiara, taman bunga yang biasa Putri Chiara bertemu dengan Pangeran Hexa. Setelah sekian lama tidak berjumpa, akhirnya hari pertemuan pun akan membawa sahabat itu pada kenangan lama. Putri Chiara sibuk dengan pekerjaannya sebagai putri, sedangkan Pangeran Hexa kebetulan melakukan misi perdamaian dengan daerah-daerah taklukan kerajaannya.
Namun, siapa sangka kalau hari pertemuan yang mereka nanti, malah mengantarkan pada renggangnya hubungan keduanya. Mereka tidak bisa saling baik-baik saja.
"Hexa, kau semakin tampan," puji Putri Chiara sambil melempar senyum.
"Kau sudah pandai memujiku sekarang."
"Masa hanya kau saja yang bisa memujiku, tentu aku juga bisa," ujar Putri Chiara lalu berjalan menuju kolam yang ada di taman itu.
Cahaya bulan purnama begitu terang benderang. Kedua orang itu seperti bermain teater yang disoroti oleh lampu sorot, bedanya lampu yang menyoroti mereka adalah lampunya alam, cahaya si dewi malam.
"Chia," panggil Pangeran Hexa meraih kedua tangan Putri Chiara. Ditatapnya mata biru permata milik putri dengan lekat.
"Aku ingin mengatakan sesuatu," sambungnya membuat Putri Chiara menebak-nebak apa yang ingin disampaikan oleh sahabatnya itu.
"Aku menyukaimu, Chia." Seketika jantung Putri Chiara berdetak cepat. Matanya membulat mendengar pernyataan yang Pangeran Hexa ucapkan. Bagaimana mungkin Pangeran Hexa menyukainya? Bukankah hubungan antara mereka hanyalah sebatas sahabat?
Segera Putri Chiara menarik tangannya. Ia pun mengalihkan pandang ke arah lain.
"Chia, apa kau …."
"Hexa, kita bersahabat!"
"Iya, tapi aku menyukai kau, Chia!"
"Kita tidak bisa saling menyukai lebih dari sahabat!"
"Bisa Chia, karena aku juga mencintai kau, sangat mencintai. Lebih dari aku mencintai diriku sendiri," ungkap Pangeran Hexa membuat Putri Chiara tidak dapat berkata-kata. Sang putri pun bungkam.
"Chia, apakah selama bertahun-tahun kita bersahabat, tidak adakah sedikit pun perasaan kau padaku?" tanya Pangeran Hexa pada Putri Chiara penuh harap. Bola mata berwarna hazel itu mengatakan perasaan yang jujur dari dalam lubuk hati.
"Tidak Hexa, aku tidak mempunyai perasaan apa pun," gumam Putri Chiara dalam hatinya. Namun, saat ia bergumam seperti itu, ada sesuatu yang menusuk-nusuk di dalam hati, ada sakit yang ia tidak tahu kenapa ia bisa merasakannya.
"Aku harus apa?" tanya Putri Chiara di dalam hatinya.
"Apakah alasan kau tidak mau membalas perasaanku adalah karena aku berasal dari Kerajaan Elyora?" tanya Pangeran Hexa.
Kerajaan Elyora adalah kerajaan yang terkenal dengan Ratu Alya si penguasa yang jahat. Segala cara ia halalkan untuk bisa mencapai tujuannya. Namun, di kerajaan Mahdiaz Rhode, Ratu Alya bersikap baik.
"Aku … tidak punya perasaan padamu," ucap Putri Chiara berbohong. Ia bahkan menyesali kata-kata yang ia lontarkan. Ia tidak mau masuk ke dalam kerajaan dan satu istana dengan ratu busuk itu. Ia pernah pergi ke Elyora dulu dibawa oleh Pangeran Hexa, dan sesampai di sana ia mengetahui betapa jahat dan kejamnya Ratu Alya. Banyak pelayan dari mereka yang dibunuh di tempat jika tidak patuh terhadap perintahnya.
"Maaf Hexa," ucap Putri Chiara dengan sangat menyesal.
"Tidak apa-apa. Aku juga tidak mau kau masuk ke dalam neraka itu. Kau terlalu baik untuk berada di sana," ucap Pangeran Hexa dengan lemah. Berat hatinya mendengar penolakan dari bidadari pujaan hati. Mungkin bersahabat tetap bisa mereka lakukan, tetapi untuk hubungan yang lebih dari itu tidak akan terjadi.
"Maafkan aku," ucap Putri Chiara lagi. Kali ini ia menangis tersedu-sedu saat mengatakan ucapan maaf.
Pangeran Hexa langsung panik begitu Putri Chiara menangis.
"Chi-a," ucapnya mencoba menenangkan. Dibawanya Putri Chiara ke dalam dekapannya dan dipeluknya erat gadis itu.
"Aku tidak bisa membalas perasaanmu, Hexa," ujar Putri Chiara di dalam pelukan Hexa.
"Tidak apa-apa, Chia. Aku mengerti."
Mereka lalu saling melepas pelukan. "Berjanjilah padaku akan satu hal," ucap Pangeran Hexa sambil mengusap sisa air mata yang membasahi pipi lembut milik sang putri.
"Apa?" tanya Putri Chiara menatap serius kepada Pangeran Hexa.
"Jika suatu hari nanti datang lamaran dari Kerajaan Elyora, jangan pernah kau terima. Karena sekali masuk ke sana, kau tidak akan bisa keluar. Ratu Alya begitu kejam. Aku saja menyesal lahir di kerajaan yang dikelilingi oleh orang-orang jahat itu …."
"Lalu?" tanya Putri Chiara menunggu kelanjutan ucapan dari Pangeran Hexa.
"Sekali pun itu adalah aku yang melamar, kau harus menolak, karena aku adalah sahabat dan tetap begitu hingga kita tua nanti. Kau berhak hidup dengan pria di luar sana, pria yang tidak akan mendatangkan masalah untuk kau, Chia. Aku mencintai dengan setulus hatiku. Berjanjilah Chia," ujar Pangeran Hexa dan langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh Putri Chiara.
"Kau benar-benar yakin?" tanya Pangeran Hexa memastikan.
"Aku janji dan tidak akan menikah dengan pangeran mana pun dari Kerajaan Elyora. Jika itu terjadi, maka persahabatan kita akan putus," ucap Putri Chiara menunjukkan jari kelingkingnya.
"Haruskah menautkan jari kelingking?" tanya Pangeran Hexa tidak yakin. Hal ini hanya dilakukan ketika mereka masih kanak-kanak. Apakah janji seperti ini masih berlaku?
"Iya, memangnya ada cara lain untuk mengikat janji?" tanya Putri Chiara dengan polosnya.
"Ada."
"Memangnya apa?" tanya Putri Chiara penasaran.
Pangeran Hexa menarik putri semakin dekat dengannya. Dekat dan kian dekat.
Hembusan napas keduanya beradu. Pangeran Hexa ataupun Putri Chiara sama-sama merasakan hawa panas yang keluar dari hidung mereka. Mata keduanya terkunci, hanya memandang satu sama lain.
Hal pertama yang mereka lakukan sepanjang persahabatan yang sudah mereka jalin bertahun-tahun lamanya. Pangeran Hexa melakukan itu karena sudah sejak lama ia menginginkan dan merasakan bagaimana manisnya bibir yang selalu tersenyum mekar untuknya. Bukan apa-apa, anggaplah ini sebagai pengikat janji sekaligus perpisahan. Karena Pangeran Hexa akan merelakan Putri Chiara suatu hari nanti dengan pria yang dijodohkan oleh Kerajaan Mahdiaz Rhode, oleh Ayahandanya Putri Chiara.
Putri Chiara melakukannya dengan sadar. Sangat sadar! Ia tidak menyangka ternyata ia dan Pangeran Hexa melakukan itu. Pengalaman pertamanya, juga pengalaman pertama buat Hexa.
"Chia, maafkan aku telah mengambil pengalaman pertama yang seharusnya kau beri untuk pasangan kau nanti. Namun, biarkan ini menjadi milikku yang akan kau kenang seumur hidup. Supaya kau tidak lupa kalau aku adalah lelaki pertama yang mencintai kau, Chia," gumam Pangeran Hexa dalam hatinya.
"Jika saja kau bukan dari Kerajaan Elyora, mungkin aku akan menerima dengan senang hati. Sangat senang, Hexa." Putri Chiara juga bergumam dalam hatinya.
Apa boleh buat, semua terjadi tanpa rencana. Sekarang, Putri Chiara yang dikendalikan oleh roh Aubrey menerima Pangeran Ricci yang merupakan anggota keluarga Kerajaan Elyora. Apa jadinya dengan janji yang pernah terucapkan antara Putri Chiara dan Pangeran Hexa jauh sebelum hal ini terjadi?
***
Bersambung—