Bab 5 Malaikat Penyelamat
Bab 5 Malaikat Penyelamat
Lelaki berbadan tegap dan juga kekar itu tiba di taman Putri Chiara. Tepat saat itu juga ternyata Putri Chiara tengah bersantai menikmati pemandangan.
Putri Chiara memandangi pangeran yang dikatakan oleh Bibi Camia adalah sahabatnya. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Karena ia memang tidak tahu mengenai lelaki itu sama sekali.
“Selamat sore Tuan Putri,” sapanya dengan membungkukkan badan.
“Selamat sore,” tanggap Putri Chiara membalas sapaan pangeran berwajah tampan dengan rambut sedikit ikal, berwarna cokelat gelap.
“Bi, bisa tinggalkan aku dan Chia berdua?” tanya lelaki itu pada Bibi Camia.
“Baik Pangeran,” sahut Bibi Camia langsung menyetujui.
“Bibi pergi kemana?” tanya Putri Chiara menahan lengan Bibi Camia jangan pergi meninggalkannya.
“Lady, Bibi tidak akan ikut campur tentang Lady dan juga Pangeran Hexa,” sahut Bibi Camia sambil mengelus pipi Putri Chiara. Senyum Bibi Camia menyiratkan kalau lelaki yang mendatanginya adalah lelaki baik.
Setelah Bibi Camia pergi, Putri Chiara dan Pangeran Hexa duduk bersama-sama.Mereka duduk berhadap-hadapan.Teh telah disajikan oleh para pelayan untuk mereka berdua nikmati. Suasana sore yang indah kala itu membuat perasaan Putri Chiara teduh.
“Chia,” panggilnya hanya dengan menyebut nama panggilan akrab.
“Ya,” sahut Putri Chiara dengan menatap lekat ke manik hazel milik Pangeran Hexa. Sesuatu terasa bergetar di dalam hatinya, tetapi tidak tahu itu apa. Rasa penasaran mencuak dalam pikirannya.Siapa Pangeran Hexa sebenarnya.
“Kau kenapa melihatku seperti itu? Apakah aku semakin tampan?” tanya Pangeran Hexa dengan percaya dirinya.
“Ah bukan.Aku hanya tidak ingat dengan siapa Pangeran,” ujar Putri Chiara.Ia memakai kesempatan lupa ingatannya sebagai tameng melindungi diri dan menanyai siapa sebenarnya Pangeran Hexa yang ada di hadapannya ini.
Pangeran Hexa berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati Putri Chiara dan mengajak sang putri untuk berdiri. Kemudian, Pangeran Hexa menuntun Putri Chiara pergi ke tempat di mana ada kolam di dekat taman tersebut.
“Di sini adalah taman yang penuh dengan kenangan kita, kolam ini juga salah satu saksi persahabatan kita, Chia.”
“Maaf, karena aku tidak bisa mengingatmu,” tutur Putri Chiara dengan menundukkan kepala.
“Aku tidak masalah kau tidak ingat padaku, Chia. Namun, satu hal yang aku sesalkan, kenapa kau menerima lamarannya Pangeran Richard?” tanya Pangeran Hexa dengan nada sedikit tinggi.
“Maksud kau—apa?” tanya Putri Chiara tidak paham.
“Chia, apa kau lupa dengan janji yang kita buat? Apa kau benar-benar tidak ingat sama sekali?” tanya Pangeran Hexa memegangi lengan Putri Chiara dengan kuat.
“Aku tidak tahu, Hexa.Aku tidak ingat apa pun!” bentak Putri Chiara berusaha lepas dari genggaman tangan yang begitu kuat. Sepertinya Pangeran Hexa mengerahkan semua tenaga untuk menggenggam tangan sang putri. Raut wajah Putri Chiara jelas sekali menahan rasa sakit. Ditambah tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih, membuat ia menjadi begitu lemah.
Putri Chiara menangis.Aubrey si pengendali roh ditubuh Putri Chiara pun tidak paham kenapa dia menitikkan air mata.
Pangeran Hexa membawa Putri Chiara dalam pelukannya.“Maafkan aku Chia,” ucapnya sambil mengelus punggung Putri Chiara lembut.
“Tidak, lepaskan aku!” bentak Putri Chiara, tetapi ada perasaan aneh yang menyelimuti, ia merasa kalau tubuhnya tidak mau lepas dari pelukan Pangeran Hexa. Ingin memeluk lebih erat dan aroma tubuh Hexa seperti sudah biasa masuk ke dalam penciumannya.
“Ada apa sebenarnya denganku?” tanya Putri Chiara tidak paham.
Pangeran Hexa kemudian melepaskan pelukan. Diusapnya bekas air mata di pipi Putri Chiara.
“Aku bisa sendiri,” ucap Putri Chiara menolak.
Pangeran Hexa benar-benar merasa kalau Putri Chiara yang ada di hadapannya adalah orang yang berbeda. Sangat jauh perbedaannya dengan putri yang ia kenal.
“Chia, kau ….”
“Jangan bicara, aku tidak suka dengan orang yang kasar,” ujar Putri Chiara melarang Pangeran Hexa untuk berbicara.
“Kau boleh marah padaku, Chia.Namun, aku juga sangat marah karena kau mengkhianati janji kita.Kau pengkhianat!” sesal Pangeran Hexa.
Sangat ingin Pangeran Hexa membawa Putri Chiara berada dalam dekapannya dan mengecup kening putri nan cantik itu. Sahabat terbaiknya, yang hubungannya sudah terjalin sejak mereka masih kanak-kanak.Keduanya sering bertemu di hutan dulu.Perlahan, mereka pun membuat janji untuk bertemu setiap awal bulan saat pagi hari. Khusus malam bulan purnama, keduanya akan bertemu di sebuah hutan, menghabiskan malam dengan bercerita banyak hal.
Pertemuan-pertemuan mereka tersimpan rapat dan tidak diketahui oleh kedua pihak kerajaan.Baik itu Kerajaan Mahdiaz Rhode maupun Kerajaan Elyora.
Pangeran Hexa adalah saudaranya Pangeran Richard, tetapi beda ibu. Ibunya Pangeran Hexa hanyalah seorang selir dari bangsawan biasa. Kedudukannya tidak terlalu penting, tetapi ia berhasil mendapatkan posisi yang bagus atas kerja kerasnya dalam militer. Ia sangat jarang berada di kerajaan karena lebih suka berkelana dan pergi berperang. Makanya, banyak dari rakyat Elyora tidak mengenal Pangeran Hexa ini.
Awal mula mereka kenal ketika Putri Chiara bermain dengan Clovis, kuda hitam kesayangannya ke Hutan Orchid. Di sana, Putri Chiara biasa menunggangi kuda untuk melepaskan rasa bosan berada di dalam istana.
Tidak sengaja mereka bertemu ketika ada yang ular yang menghalangi jalannya Tuan Putri. Ular itu berukuran cukup besar, entah apa nama dan jenisnya, tidak diketahui oleh Putri Chiara.
Putri Chiara bingung harus meminta bantuan pada siapa. Hari semakin gelap, jika ia tidak kembali pulang, maka Ayahanda dan Ibundanya pasti khawatir dan tidak akan membolehkannya pergi ke hutan bersama Clovis lagi.
Saat dalam keadaan kacau tidak tahu harus bagaimana, tiba-tiba sebuah anak panah melesat, tepat mengenai kepala dari ular itu. Putri Chiara mundur begitu sang ular bergerak ke sana ke mari karena kesakitan.
“Aku telah memanah kepalanya, dia akan mati dalam waktu 10 menit.Ayo, pergi dari sini,” ajak seseorang terdengar oleh Putri Chiara yang kebetulan juga mengendarai kuda.
Seorang laki-laki dengan kuda putih, memiliki busur dengan anak panah dan penampilannya yang terlihat anggota keluarga kerajaan, tetapi bukan dari kerajaannya.Saat itu, Putri Chiara belum mengenal Pangeran Hexa.Mata biru permatanya terpana melihat sosok lelaki yang menjadi pahlawan yang telah menyelamatkan hidupnya.
“Ayo Clov, pergi dari sini!” seru Putri Chiara menyuruh Clovis bergerak cepat. Langkah kaki kuda itu pun akhirnya bisa menyusul kuda sang pahlawan.
“Aku tidak menyangka akan bertemu bidadari di tengah hutan,” celutuk Pangeran Hexa sambil mengatur kudanya untuk berjalan pelan.Mereka sudah jauh dari tempat ular itu berada. Putri Chiara lupa kalau tujuannya adalah pulang kembali ke istana, tetapi malah pergi bersama pahlawan yang menyelamatkan hidupnya.
“Aku juga tidak menyangka bertemu dengan malaikat penyelamat di tengah hutan yang jarang di tempuh oleh orang-orang,” sahut Putri Chiara.
“Kau siapa?” tanya Putri Chiara penasaran.
“Pangeran masa depanmu,” jawabnya dengan sedikit menggoda. Wajah Pangeran Hexa yang hanya terlihat dari samping pun tampak begitu tampan. Putri Chiara menjadi semakin penasaran dengan sosok lelaki yang ia baru temui itu.
“Berhenti!” titah Putri Chiara menghentikan kuda milik Pangeran Hexa dengan menyalipnya.
Pangeran Hexa seketika langsung mengerutkan dahi karena terkejut.
“Aku tidak suka orang yang menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang tidak pasti,” ujar Putri Chiara. Karena sang putri memang tidak suka dengan orang yang berbelit-belit. Ia lebih suka dengan orang yang berkata apa adanya dan berterus terang.
Pangeran Hexa menarik sudut bibirnya hingga lengkungan seperti bulan sabit pun terbit di wajahnya yang rupawan.
“Aku Hexa,” ujar sang pangeran sambil mengulurkan tangannya.
“Oh,” tanggap Putri Chiara tanpa membalas jabat tangan tersebut. Putri Chiara minggir dari depan Pangeran Hexa, lalu bergerak mendekat ke samping.
“Aku Chia,” balas Putri Chiara sambil menepuk pundak Hexa. Kemudian, ia mengambil sebuah anak panah yang berada di tas punggung Pangeran Hexa.
“Aku balik dulu, datanglah nanti ke sini di malam bulan purnama!” teriak Putri Chiara dengan menyuruh kudanya berlari cepat.Pangeran Hexa masih belum sadar sepenuhnya. Kata-kata Putri Chiara bagaikan sebuah perintah yang wajib untuk ia lakukan.
“Apa yang dia maksud supaya aku datang di malam bulan purnama ke tempat ini?” pikir Pangeran Hexa sambil menatap ke arah di mana sang putri menghilang.
“Chia, nama kau sungguh bagus.Aku akan datang dan kita akan bertemu lagi, Lady.” Pangeran Hexa pun berlalu dari tempat itu.
Setelah hari di mana pertemua pertama mereka, Pangeran Hexa bersiap-siap untuk pergi ke Hutan Orchid untuk menemui bidadari yang ia selamatkan dari ular buas. Mata biru permata milik bidadarinya itu sungguh memikatnya hingga setiap malam hanya Putri Chiara yang datang menjadi pemanis bunga tidurnya.
Pagi hari, Pangeran Hexa akan terbangun dengan hati gembira. Ia menjadi berbeda dari dirinya yang biasa.
“Kau mau kemana Hexa?” tanya Ibundanya Pangeran Hexa saat lelaki itu bersiap-siap di depan kudanya.
“Mau pergi ke hutan, Bunda,” jawab Pangeran Hexa.
“Menjelang malam begini?” tanya ibunya khawatir.
“Bunda tidak perlu khawatir. Putramu adalah ksatria hebat,” ujarnya membanggakan diri.
“Hati-hati, Nak.”
Pangeran Hexa berangkat dengan semangat. Hingga saat malam tiba, ia pun datang ke tengah-tengah hutan.
“Aku tidak terlambat, kan?” tanya seseorang mengagetkan Pangeran Hexa yang tengah melamunkan bidadari cantiknya.
“Chia,” ucap Pangeran Hexa dengan senyum yang mekar.
Putri Chiara mengenakan pakaian yang berbeda dari penampilan sebelumnya, saat ia dan pangeran Hexa awal bertemu. Rambut cokelat panjangnya diikat dan ia menggunakan jubah berwarna coklat tua.
“Berpakaian tidak seperti putri pun, kau tetap cantik,” puji Pangeran Hexa.
“Kau terlalu pandai memuji. Aku susah payah untuk datang ke sini, huh.” Putri Chiara mengehela napas.
“Ayo ke atas sana,” ajak Pangeran Hexa mengarahkan Putri Chiara untuk naik ke atas bukit. Jalanan hutan tidak gelap sama sekali karena ada cahaya dari bulan purnama yang begitu besar dan benderang.
***
Bersambung