Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Fluffy Rose Cake

Bab 4 Fluffy Rose Cake

"Kau tidak terlalu terkejut seperti kemarin," ujar Helios pada Putri Chiara. Ia adalah pemuda tampan yang membawa roh Aubrey masuk ke dalam tubuh Putri Chiara.

"Tuan Helios, sebenarnya Tuan siapa?" tanya Putri Chiara gagap. Siapa bilang ia tidak terkejut atas kedatangan pemuda tampan yang terlihat seperti pangeran kerajaan, bahkan lebih bercahaya dan ketampanannya benar-benar mampu menyihir mata. Tidak hanya itu, kedatangannya juga sedikit aneh. Yang benar saja angin bisa membawanya ke sini? Sama seperti saat di padang rumput itu.Apakah Helios bukan manusia biasa?

"Helios, tentu kau pernah dengar nama itu, bukan?" tanya lelaki itu menatap lekat pada manik biru permata milik sang putri. Membuat detak jantung Putri Chiara menjadi cepat karena takut akan terjadi sesuatu padanya. Apalagi, di sini tidak ada siapa-siapa.

"Pernah, itu seperti nama—"

"Apa?"

"Malaikat!" seru Putri Chiara.Helios menanggapi dengan senyum yang mengembang.Wajah dengan pahatan sempurna itu menjadi sangat menawan.

Mata Putri Chiara membulat sempurna karena yang berdiri di hadapannya adalah seorang malaikat begitu tersadar dengan kata yang dilontarkannya dan Helios menanggapi kalau tebakannya benar. Bagaimana mungkin?

"Tuan tidak berbohong?"

"Kau pikir malaikat itu bisa berbohong?" tanyanya pada Putri Chiara dengan tatapan serius.

Lagi, jantung sang putri berdetakcepat. Tidak menyangka kalau ia bisa melihat rupa seorang malaikat dengan mata terbuka dan pernah merasakan pegangannya? Apa ini tidak di dalam dunia mimpi? Kenapa tidak sejak awal ia menyadari kalau Helios adalah seorang malaikat?

"Lalu, untuk apa Tuan Helios membuatku berada di tubuh Putri Chiara?" tanya Putri Chiara, yang merupakan pertanyaan dari rohnya Aubrey.

"Kau cukup melakukan semua sesuai rencana semesta. Aku ke sini ingin memberi hadiah untuk kau, Aubrey," ucap Malaikat Helios menyebut Putri Chiara dengan nama Aubrey. Saat itu juga, roh Aubrey dalam tubuh Putri Chiara menjadi kelihatan.Meski samar-samar.

Malaikat Helios memberikan sebuah kalung dengan mainan di tengahnya berupa benda pipih berbentuk lingkaran, ada simbol bunga seperti bunga mawar di tengah-tengahnya.

"Pakai ini saat kau perlu bantuanku. Aku akan datang jika kau menciumnya," jelas Helios membuat kening Putri Chiara berkerut.

"Apakah ini berhasil?" tanya Putri Chiara meragukan. Alisnya terangkat sebelah sambi memperhatikan kalung yang diberikan oleh Helios.

"Aku punya pasangannya, yaitu berupa cincin. Jika kau mencium benda pipih melingkar di kalung itu, maka cincinku akan menyala cahayanya. Jadi, gunakanlah ini dengan baik. Aku tidak bisa berada terus-menerus di dunia manusia untuk mengawasi dan melindungimu. Aku juga punya pekerjaan yang banyak.Jagalah diri baik-baik."Helios pun mengelus pelan kepala Putri Chiara.Sedikit perasaan hangat dirasakan oleh gadis yang awalnya takut dengan Helios.Perasaannya menjadi tenang begitu sentuhan dari tangan malaikat berwajah tampan itu membelai kepalanya.Tidak tahu kenapa, senyum manis pun mengembang di bibir Putri Chiara.

"Terima kasih Tuan," ucap Putri Chiara menerima dan menyimpan kalung itu.

Angin pun melingkari tubuh Helios setelah Putri Chiara menyimpan kalung tersebut. Perlahan, angin itu membuat tubuh Helios menghilang dari kamar Putri Chiara.

"Bagaimana mungkin aku bertemu dengan malaikat? Apakah ini mimpi?" tanyanya sambil mengeluarkan dan menatap kalung pemberian Helios. Masih di luar logikanya, tetapi nyatanya ia berada di tubuh orang lain saat ini.

***

Pagi hari, Putri Chiara terbangun setelah mendengar bisikan-bisikan aneh yang mengusik tidur nyenyaknya. Perlahan, ia mengerjapkan mata.

Pandangannya masih kabur, langit-langit kamar terlihat samar.

"Ah, aku sangat pusing," gumam Putri Chiara merasa kepalanya berdenyut-denyut, sakit sekali.

"Lady Chiara," teriak seorang pelayan, saat sang putri turun dari ranjangnya.

Pelayan itu langsung menyambut tubuh Putri Chiara yang hendak jatuh ke lantai. Segera ia memanggil para pelayan lain untuk membantu mengangkat ke atas tempat tidur kembali.

Bibi Camia pengasuhnya pun langsung mengecek kondisi Putri Chiara. Dirabanya kening sang putri, ternyata sangat panas.

"Putri demam."

"Cepat panggilkan tabib ke sini! Aku takut putri sampai kenapa-kenapa," ujar Bibi Camia menyuruh pelayan lain agar segera memanggil tabib untuk datang memeriksa kondisi Putri Chiara.

***

"Lady mau makan?" tanya Bibi Camia saat Putri Chiara bangun dari tidur. Sudah beberapa hari ini ia menolak untuk makan. Hanya minum air putih dan madu saja.

"Lady, kalau Lady tidak makan, maka Lady tidak akan bisa hadir di acara pernikahan Lady," ucap Bibi Camia membujuk supaya tuan putrinya mau untuk makan.

"Bi, aku tidak ada nafsu makan.Rasanya tenggorokanku sangat pahit," terang Putri Chiara.

Ibunda Ratu Aysila pun datang ke kamar putrinya. Tentu didampingi oleh para pelayannya yang memang selalu menemani kemana pun sang ratu pergi.

"Yang Mulia," ucap Bibi Camia sedikit mundur.

"Camia, tinggalkan aku dan putriku berdua," ujar Ratu Aysila menyuruh Bibi Camia keluar.Begitu pun dengan para pelayan yang mendampinginya.Hanya ada Ratu Aysila dan Putri Chiara di dalam kamar tersebut.

Ratu Aysila duduk di sebelah Putri Chiara berbaring. Tubuh Putri Chiara begitu lemah, entah apa sebabnya hingga tiba-tiba demam dan tidak mau untuk makan.

"Chia," panggil sang ratu dengan lembut. Dibelainya kepala sang anak penuh kasih sayang. Satu kecupan pun mendarat di kening Putri Chiara, membuat perasaan sang putri menjadi tenang. Kehangatan seorang ibu memang tidak bisa tergantikan. Meski saat ini yang berada dalam tubuh Putri Chiara bukanlah putri sebenarnya, tetapi ia tetap bisa merasakan getaran ikatan darah seorang ibu dan anak.

"Ibunda."

"Kau kenapa tidak mau makan, Sayang? Apa lidahmu begitu pahit saat makan?" tanya Ratu Aysila.

"Iya."

"Sini, duduk dulu." Ratu Aysila membantu sang putri untuk bangun. Diletakkannya bantal ke belakang sandaran tempat tidur dan dibuatnya Putri Chiara untuk menyandar ke sana.

"Bunda tidak mau sampai putri kesayangan Bunda kenapa-kenapa. Kau makan sedikit ya, Bunda sudah bawakan kue yang kau sukai sejak kecil," ucap Ratu Aysila mengeluarkan sebuah kotak yang ia bawa memang khusus untuk putrinya.

Kue yang dikeluarkan oleh Putri Aysila membuat Putri Chiara kaget. Kue itu berwarna merah muda, berbentuk seperti bunga yang mekar.

"Ini kue apa, Ibunda?" tanya Putri Chiara bingung.

"Ini Fluffy Rose Cake, kesukaan kau, Chia." Ratu Aysila menyuapi sedikit ke mulut Putri Chiara. Kue lembut sesuai namanya itu memang langsung hancur ketika masuk ke dalam mulut. Rasa manisnya di tambah aroma wangi yang menyeruak, membuat perasaan tenang dan tidak terasa, Putri Chiara pun memakannya hingga habis. Tentu hal ini membuat Ratu Aysila bahagia, anaknya mau makan kembali.

"Chia, jangan sakit lagi, Sayang," ucap Ratu Aysila dengan memandang lekat pada Putri Chiara. Ibu mana yang tega melihat anaknya dalam kondisi lemah seperti ini.

Begitu memperhatikan wajah sang ratu yang berlinangan air mata, membuat dadanya sesak. Tidak tega melihat wanita yang merupakan ibunda dari Putri Chiara itu menangis. Tubuhnya merespon untuk mendekat.

"Bunda, Chia akan sembuh.Bunda sering datang ke sini, ya. "Putri Chiara pun memeluk tubuh Ratu Aysila. Memeluk dengan erat.

Sedikit rasa rindunya pada ibu kandung yang telah tiada pun terbalaskan dengan memeluk ibunya dari Putri Chiara. Aubrey bersyukur karena bisa merasakan kasih sayang meski dengan cara berbeda. Ibundanya Putri Chiara akan ia anggap ibu kandung dan akan ia sayangi dengan segenap hatinya seperti ia menyanyangi ibunya sendiri.

***

Kabar Putri Chiara yang sakit sampai ke Kerajaan Elyora. Ratu Alya yang sebentar lagi akan menjadi ibu mertua dari Putri Chiara pun pergi ke Kerajaan Mahdiaz Rhode untuk melihat kondisi calon menantunya.

Pangeran Ricci tidak pergi ke sana karena banyak urusan yang harus ia urus. Terlebih lagi, ada sebuah aturan dalam kerajaan bahwa yang akan menikah tidak boleh bertemu setelah tanggal pernikahan ditetapkan hingga tiba hari pernikahan itu tiba. Makanya, yang berangkat ke Mahdiaz Rhode hanya Ratu Alya dan beberapa orang pengawal serta pelayannya.

Kedatangan Ratu Alya membuat putri tidak nyaman. Ia ingin sekali membongkar dan mengatakan kalau semua perbuatan Ratu Alya hanyalah sandiwara semata. Namun, ia bisa apa? Tidak ada bukti untuk menunjukkan apa yang dilakukan oleh Ratu Alya memang sandiwara.

"Lihat saja, setelah aku menjadi menantu Kerajaan Elyora, akan kubuatmenderita, Ratu Alya. Semua perbuatan jahat dan kejimu akan dibalas!" gumam Putri Chiara dalam hati menggebu-gebu. Sungguh, sudah tidak sabar ia untuk melakukan pembalasan pada Ratu Alya si ahli sandiwara dan licik itu.

***

"Huh, senangnya." Putri Chiara sekarang sedang duduk di taman bunga dekat dengan kamarnya. Taman yang memang dibuatkan oleh Raja Domenico untuk putri tersayangnya.

Setelah Ratu Alya balik ke Kerajaan Elyora, Putri Chiara ingin menyegarkan mata, katanya.Ia ingin melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai peralihan rasa kesal yang tidak bisa tersalurkan itu.

Saat memandangi bunga-bunga, Putri Chiara melihat ada seorang pangeran berkuda datang dari arah hutan yang tidak jauh dari keberadaan taman itu.

"Itu siapa?" tanyanya pada Bibi Camia.

"Mana Lady?" tanya Bibi Camia melihat ke arah di mana Putri Chiara melihat.

"Itu kan … sahabat Lady."

"Sahabat?"

"Siapa dia? Kenapa aku baru sekarang melihatnya? Dari kerajaan mana dia?Apa hubungannya dengan Putri Chiara? Untuk apa dia ke sini?"Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Putri Chiara. Ia tidak tahu siapa pemuda berkuda putih yang datang ke sana. Seingatnya pakaian itu … seperti pakaian khas dari Kerajaan Elyora.

***

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel