Bab 17 Terjadi Sesuatu Pada Chiara
Bab 17 Terjadi Sesuatu Pada Chiara
"Chia!" panggil Pangeran Ricci mencari.
Ia sudah melihat ke dalam kamar mandi, tidak ada siapa pun di dalam sana.
Pakaian Pangeran Ricci masih menggunakan baju tidur dan sudah keluar untuk mencari keberadaan Putri Chiara. Entah mengapa, hatinya merasa khawatir.
"Kau kemana Chia?" tanyanya mencari ke sekitar.
Ternyata Putri Chiara tengah berdiri di balkon sambil memegang setangkai bunga mawar. Ia terlihat tengah melamun sambil memutar-mutar batang bunga mawar itu.
Karena sudah menemukan Putri Chiara, Pangeran Ricci merasa lega. Ia pun kembali ke kamar dan pergi membersihkan diri. Ia harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor pemerintahan.
Saat keluar, ia melihat Putri Chiara sudah masuk ke dalam kamar.
"Chia," panggil Pangeran Ricci menghampiri Putri Chiara.
Putri Chiara hanya bergeming. Ia tidak menghiraukan panggilan suaminya.
Setelah selesai berpakaian, Pangeran Ricci melihat tidak ada istrinya di kamar.
"Mungkin sudah pergi ke ruang makan duluan," pikirnya.
Saat tiba di ruang makan, memang Putri Chiara sudah ada di sana. Perempuan itu duduk diam dengan sangat tenang. Tidak melakukan sesuatu yang aneh sedikit pun.
Senyuman Pangeran Ricci terbit karena ia merasa senang hanya dengan memandangi wajah Putri Chiara. Tidak ia sangka, ternyata kecantikan Putri Chiara semakin terlihat dengan jelas setelah ia hidup beberapa waktu bersama putri cantik itu.
Illona yang baru saja tiba dan melihat Pangeran Ricci tengah tersenyum kepada Putri Chiara, membuat dirinya kesal. Pagi-pagi sudah melihat pemandangan yang menyesakkan dada.
"Ricci, kau sedang apa?" tanya Illona membuat Pangeran Ricci segera mengubah wajah bahagianya.
Putri Chiara menoleh sekilas begitu terdengar suara Ilona menyebut nama Ricci.
***
Sarapan pagi bersama keluarga ini adalah suatu keterpaksaan buat Putri Chiara. Ia merasa lebih bebas makan bersama dengan Pangeran Ricci saat mereka berada di kamar. Tidak ada yang mengganggu dan hanya ada mereka berdua saja.
Pangeran Ricci begitu peduli dengan asupan yang akan ia makan. Bahkan, tidak jarang Pangeran Ricci akan memaksanya untuk makan lebih banyak supaya tidak kurusan.
Padahal, seorang putri haruslah memiliki tubuh yang ideal dan menjaga bentuk tubuhnya.
Berbeda dengan makan bersama-sama seperti ini. Pangeran Ricci hanya diam tidak bersuara sama sekali.
"Chia, kau kenapa? Tidak nafsu makan?" tanya Pangeran Hexa memperhatikan Putri Chiara makan sangat sedikit.
Putri Chiara menggelengkan kepalanya. Ia tidak semangat untuk menjawab pertanyaan Pangeran Hexa.
Di sebelahnya, Pangeran Ricci memandangi wajah Putri Chiara. Memang terlihat ada yang beda.
"Kau mau aku ambilkan sesuatu?" tanya Pangeran Ricci sedikit berbisik.
"Tidak perlu."
"Baiklah."
Setelah selesai sarapan, Putri Chiara bergegas pergi. Pangeran Ricci masih berbincang dengan anggota keluarga lainnya.
Langkah Putri Chiara begitu cepat hingga tiba di taman dekat dengan kamarnya. Putri cantik itu berhenti di dekat pohon cemara yang ada bangku khusus duduk santai di sana.
"Sangat membosankan," gumamnya.
"Hei!" sentak seseorang membuat Putri Chiara sangat terkejut.
"Hexa!"
"Kau kenapa Chia?" tanya Pangeran Hexa duduk di samping Putri Chiara.
"Bukan urusan kau!" ketus Putri Chiara menjarak dari Pangeran Hexa.
"Kau ada masalah?"
"Aku bilang ini bukan urusan kau, Hexa!" tegas Putri Chiara jengkel.
Putri Chiara bangkit dari duduknya lalu pergi kembali ke kamar. Tidak ada yang tahu masalah apa yang sedang menggangu pikirannya. Ia hanya tidak ingin diusik oleh siapa pun.
Terlebih lagi Putri Chiara tidak mau dekat-dekat dengan Pangeran Hexa. Ia masih teringat dengan perkelahian suaminya dengan Pangeran Hexa dan tidak ingin terjadi hal serupa lagi.
Pangeran Hexa masih berdiri di sana dengan menatap penuh kasihan pada Putri Chiara. Ia sangat ingin mempedulikan perempuan itu. Di hatinya, ada perasaan yang tidak akan mati untuk Putri Chiara. Hanya Putri Chiara yang mampu menarik perhatian dan fokusnya. Hanya perempuan itu.
"Apa Chiara ada masalah dengan Ricci? Apa Ricci memperlakukannya dengan tidak baik?" pikir Pangeran Hexa.
Segera pria itu pergi mencari Pangeran Hexa. Ia harus memastikan kalau Putri Chiara baik-baik saja. Kalau sampai benar Pangeran Ricci melukai hati Putri Chiara, maka ia tidak akan tinggal diam.
"Ricci!" teriak Pangeran Hexa dari belakang saat melihat sosok Pangeran Ricci berjalan dengan staf kerajaan di depannya.
"Kalian pergilah dulu," ucap Pangeran Ricci pada staf tersebut.
"Baik Yang Mulia," sahut para staf itu dengan hormat. Mereka pun pergi dari sana.
"Aku ingin menanyakan sesuatu. Kita bicara di tempat lain."
"Aku tidak punya waktu."
"Aku merasa ini sangat penting dibicarakan. Ayo," ajak Pangeran Hexa dengan sedikit memaksa.
"Untuk apa aku mendengarkan kau, Hexa?"
"Ini menyangkut Chiara!"
Pangeran Ricci sedikit terkejut mendengar nama Chiara disebutkan oleh Pangeran Hexa. apa yang terjadi pada Chiara?
Akhirnya, Pangeran Ricci ikut dengan Pangeran Hexa. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan khusus.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Ada apa dengan Chia?" tanya Pangeran Ricci tanpa basa-basi. Ia sudah sangat penasaran dengan pembahasan apa yang ingin Hexa katakan padanya. Menyangkut Putri Chiara pastilah sesuatu yang penting.
"Ada apa dengan Chiara?" tanya Pangeran Hexa membuat Pangeran Ricci tidak paham.
"Aku yang bertanya begitu pada kau, Hexa!"
"Aku melihat dia agak berbeda hari ini. Apa kau melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya? Apa kau bertengkar dengannya?" tanya Pangeran Hexa menyudutkan Pangeran Ricci.
"Apa-apaan kau! Aku tidak pernah menyakiti Chiara!"
"Lalu kenapa dia begitu? Aku sangat kenal Chiara. Dia adalah orang yang periang dan selalu tersenyum pada siapa pun yang dia temui. Tidak peduli siapa yang dia temui entah itu pelayan atau pejabat sekali pun, dia akan tetap berlaku ramah. Senyum sudah seperti jati diri dalam hidupnya. Dan … aku sama sekali tidak menemukan senyum di wajahnya sejak pagi tadi," tukas Pangeran Hexa berbicara panjang lebar.
Pangeran Ricci baru sadar dengan kata-kata Hexa. Ia tidak berpikir sampai sejauh ini saat melihat perubahan sikap Putri Chiara.
"Bagaimana aku tidak menyadari perubahan sikapnya?" tanya Pangeran Ricci pada dirinya.
"Kenapa? Kau diam sekarang, pasti memang ada sesuatu."
"Kau tidak perlu ikut campur. Chiara adalah istriku, jadi ini menjadi urusanku dan dia. Kau adalah orang luar, Hexa."
"Aku memang bukan siapa-siapanya, tapi aku adalah orang yang pernah berada di hatinya. Kau jangan lupakan itu, Ricci!" Pangeran Hexa menepuk pundak Pangeran Ricci lalu keluar dari ruangan tersebut.
Pangeran Ricci terpikir-pikir dengan kata-kata Pangeran Hexa. Apa benar ada sesuatu yang terjadi dengan Chiara?
***
Illona berjalan di depan kamar Pangeran Ricci dan Putri Chiara. Pintu dari kamar itu terbuka sedikit.
"Sedang apa perempuan itu?" tanyanya penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Putri Chiara.
Illona pun mengintip dan melihat apa yang dilakukan oleha Putri Chiara di dalam kamar.
"Wah, pagi-pagi sudah santai dan bermalas-malasan. Bagaimana menjadi seorang permaisuri jika seperti ini? Seharunya kan sibuk dengan pekerjaan, eh lupa kalau kau hanyalah pajangannya Pangeran Ricci. Kau sama sekali tidak mendapatkan kedudukan apa pun selain gelar seorang istri. Kasihan sekali," ejek Illona.
Putri Chiara masih kesal dengan kejadian semalam. Ia ingin menenangkan hatinya dengan berbaring. Namun, semua terganggu oleh kedatangan wanita busuk yang bertopeng wajah cantik itu.
Illona masuk ke kamar Putri Chiara tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu atau meminta izin.
"Tidak sopan sekali dia," gumam Putri Chiara.
"Hei, tiduran saja kau! Dasar pemalas!" umpat Illona kesal karena Putri Chiara tidak menanggapinya.
Putri Chiara mendelik sebal lalu bangkit dari posisi berbaringnya. Ia menatap Illona dengan tatapan datar.
Malas sebenarnya menanggapi wanita itu.
"Kau kenapa masuk ke kamarku?" tanya Putri Chiara.
"Aku tidak suka melihat orang bermalas-malasan."
"Ini kamarku dan kau tidak perlu ikut campur."
"Kau ini! Aku bisa saja membuat kau dipermalukan dan mengatakan kalau istri seorang pangeran malah bermalas-malasan di kamar saat pagi hari," gertak Illona.
Apa pun yang Illona katakan sama sekali tidak diambil pusing oleh Putri Chiara. Ia memang tidak melakukan pekerjaan apa pun selama tinggal di Kerajaan Elyora. Pangeran Ricci melarangnya untuk mengurusi urusan kerajaan. Lantas, siapa yang akan bisa memarahinya seperti ini?
"Hei! Kau tidak takut?" tanya Illona semakin geram dengan sikap tak acuh Putri Chiara.
***
Bersambung—