Bab 15 Alasan Di Balik Pernikahan
Bab 15 Alasan Di Balik Pernikahan
Malam harinya, Putri Chiara dipanggil untuk makan malam bersama dengan keluarga kerajaan. Putri Chiara sebelum ini selalu makan berdua dengan Pangeran Ricci di kamar meraka. Kalau tidak ada Pangeran Ricci, Putri Chiara akan makan sendirian.
Kali ini Putri Chiara pergi ke tempat makan bersama dengan Pangeran Ricci.
"Chia, kau sudah datang," sambut Ratu Alya.
"Iya Ibunda," sahut Putri Chiara berusaha bersikap hormat dengan setulus hati.
"Ayo duduk."
Putri Chiara pun duduk bersebelahan dengan Pangeran Ricci. Keduanya saling memandang layaknya pengantin baru yang sedang dalam masa manis-manisnya.
Tidak lama kemudian, datanglah seorang wanita yang tadi siang dia lihat disambut oleh kerajaan dan juga Pangeran Ricci. Putri Chiara merasa kesal melihat wanita itu. Namun, ia berusaha menyembunyikannya supaya tidak terlalu kelihatan kalau sebenarnya ia sedang kesal.
"Illona, kenalkan ini adalah Chiara, istri dari Ricci," ucap Ratu Alya memperkenalkan Putri Chiara pada Illona.
"Oh, dia." Illona menganggapi dengan nada sombong, seolah Putri Chiara itu rendah kedudukannya daripada dirinya. Padahal, jika ia tahu, kedudukan Putri Chiara jauh lebih tinggi daripada ia yang bukan siapa-siapa itu.
Illona bisa berada di Kerajaan Elyora hanya karena bibinya adalah seorang ratu, kalau tidak, mungkin belum tentu akan berada di sana. Kesombongan dan sikap angkuh menjadi watak yang tidak pernah lepas dari diri Illona.
"Chia, Illona adalah sepupunya Ricci." Ratu Alya pun menjelaskan pada Putri Chiara kalau Illona adalah sepupunya Ricci.
Putri Chiara menyunggingkan senyum menatap Illona, sedangkan Illona menatap dengan sinis.
"Kau telah merebut Ricci dariku, lihat saja!" gumam Illona dalam hatinya.
"Ibunda, kenapa selama ini aku tidak melihat Illona di sini?" tanya Putri Chiara.
Apakah kedatangan Illona ini ada hubungan dengan pernikahannya?
Putri Chiara merasa kalau Illona adalah orang yang akan menjadi musuhnya di dalam kerajaan ini. Ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan bisa jeli dengan keadaan.
"Illona pergi belajar ke kerajaan lain selama beberapa bulan, dan sekarang ia sudah menyelesaikannya. Jadi, ia akan tinggal dan menetap di sini," jelas Ratu Alya.
"Oh, begitu. Baiklah. Salam kenal Illona," ucap Putri Chiara dengan ramah.
"Kau kenapa Illona? Jangan bersikap seperti itu! Baik-baiklah dengan Chiara!" Ratu Alya mengingati keponakannya untuk hormat pada Putri Chiara. Saat ini mereka berada di hadapan beberapa anggota keluarga kerajaan yang lain. Tidak mungkin ia membiarkan watak buruk keponakannya tersebut terlihat oleh orang-orang.
Illona mendengus kesal sambil menghentakkan sendok yang ia pegang. Putri Chiara tersenyum miring dalam sepersekian detik. Dipikirnya ia tidak paham dengan karakter Illona yang baru saja bertemu di pertemuan pertama. Ia sudah bisa menebak kalau Illona memang tidak menyukainya.
"Ricciku, tolong ambilkan buah apel yang di dekatmu itu," pinta Illona memanggil Pangeran Ricci dengan panggilan suamiku.
Langsung saat itu juga kening putri Chiara berkerut hingga membentuk lapisan yang sangat banyak. Bagaimana mungkin di depannya ada seorang wanita dengan begitu berani memanggil Pangeran Ricci dengan panggilan seperti itu? Seolah Pangeran Ricci adalah miliknya Illona.
Putri Chiara tanpa sadar membulatkan matanya begitu melihat Pangeran Ricci mengambilkan buah apel permintaan Illona.
"Apa hubungan mereka sebenarnya?" batin Putri Chiara bertanya.
"Kenapa kau memanggil Ricci begitu?" tanya Putri Chiara memberanikan diri.
"Kenapa? Kau cemburu? Kau seharusnya sadar diri, kau sudah merebut calon suamiku!"
"Calon suami?" tanya Putri Chiara bingung.
Saat itu juga, Ratu Alya tampak menyeringai beberapa saat. Namun, ia segera mengalihkannya dan berusaha menjelaskan perihal yang sebenarnya.
"Chia, kau jangan salah paham. Illona memang seperti itu memanggil Ricci. Bahkan, terhadap Hexa pun dia juga begitu. Dia menganggap Ricci dan Hexa adalah calon suaminya, jadi mereka berdua adalah miliknya."
"Maaf Ibunda Ratu, aku tidak merasa begitu," sanggah Pangeran Hexa tidak terima. Dirinya selalu menolak Illona memanggil dengan panggilan seperti itu.
"Kau memang tidak masuk kategoriku, Hexa."
"Memang tidak! Karena yang pantas memanggilku begitu hanya satu orang, yaitu Chiara. Kau ingat, kan Chia, saat kita dulu begitu dekat? Bagaimana kau memanggilku dengan manja, hanya kau yang bisa memanggil seperti itu," ujar Pangeran Hexa membuat Putri Chiara langsung tersedak. Pangeran Hexa bahkan secara terang-terangan menatap dengan penuh makna kepada Putri Chiara.
"Kau bicara apa? Jangan mengganggu istriku!" bentak Pangeran Ricci marah pada Pangeran Hexa.
"Memang itu kenyataannya. Ah, aku lupa kalau Chia lupa ingatan. Kalau dia ingat bagaimana jadinya, ya?"
"Kau jangan ikut campur dalam urusan rumah tanggaku, Hexa!" bentak Pangeran Ricci dengan amarah yang sudah memuncak.
Karena marah, Pangeran Ricci sampai lupa dengan keadaan Putri Chiara. Segera dia memberikan air pada Putri Chiara dengan membantu putri itu minum. Pangeran Ricci begitu peduli pada Putri Chiara membuat Illona yang sejak tadi memperhatikan pun menjadi tambah kesal.
"Dasar tukang drama," sindiri Illona.
"Siapa yang kau bilang tukang drama?" potong Pangeran Ricci.
"Kau membelanya Ricci?"
"Tentu, dia adalah istriku. Kenapa aku tidak membelanya?"
Illona langsung berdiri dari duduknya dan pergi dari meja makan dengan perasaan yang sangat kesal. Ingin sekali ia menumpahkan makannya pada wajah Putri Chiara yang sudah merebut calon suaminya itu. Sejak kecil, Illona sudah berambisi untuk menjadi istri Pangeran Ricci dan kemudian hidup sebagai seorang ratu menggantikan Bibinya. Namun, semua menjadi berubah, tidak sesuai dengan mimpinya.
Kepergian Illona dibiarkan oleh orang-orang begitu saja. Tidak ada yang mengejar wanita itu.
Putri Chiara merasa senang karena Pangeran Ricci membelanya dan lebih memedulikan dirinya dibanding Illona. Berarti Pangeran Ricci masih bisa menjaga martabat dirinya sebagai seorang istri.
"Aku sudah kenyang," ucap Pangeran Hexa langsung bangkit dari duduknya.
Kemudian, beberapa anggota keluarga yang lain pun juga begitu.
"Ibunda, kami pamit," ucap Pangeran Ricci sambil mengajak Putri Chiara untuk bergandengan kembali ke kediaman mereka.
"Iya."
Setelah semua orang pergi, baru Ratu Alya pergi ke kamarnya Illona.
"Illona, Bibi datang," ucap Ratu Alya penuh kelembutan.
"Bibi kenapa ke sini? Bibi tidak sayang lagi dengan Lona," ucap wanita itu memajukan bibirnya ke depan. Membuat bibirnya jelek seperti paruh bebek.
"Lona, kau harus bisa bersabar sedikit, ya."
"Bibi! Aku baru pergi beberapa bulan saja, Bibi sudah menikahkan Ricci dengan Putri jelek itu! Apa bagusnya dia? Cantik aku, pintar, dan juga berbakat."
"Lona, kau harus mengerti. Chiara itu adalah satu-satunya jalan penyelamat untuk kerajaan Elyora. Pernikahan dengannya hanya dilakukan untuk menyelamatkan ekonomi kerajaan kita," jelas Ratu Alya.
"Apakah Bibi berkata jujur?"
"Kau tidak percaya dengan Bibi?"
"Aku percaya, tapi … aku masih kesal, Bi! Apalagi melihat Ricci begitu peduli dengan dia!" ketus Illona.
"Kau tidak usah khawatir. Kau akan tetap menjadi istrinya Ricci. Bibi sudah menyiapkan rencana untuk kau, Lona. Kau adalah keponakan kesayangan Bibi, maka kau akan dapatkan apa yang kau inginkan."
"Terima kasih, Bibi!"
"Iya, sama-sama, Sayang."
"Bibi memang selalu baik padaku. Sejak kecil dia selalu peduli dan memberikan apa yang aku mau. Aku mempunyai dukungan, jadi dapat dipastikan kalau putri kampungan itu akan kutendang keluar saat aku menjadi permaisurinya Ricci," gumam Illona. Ia tersenyum bangga karena merasa dirinya hebat dengan apa yang ia punya saat ini.
Di tempat lain, Pangeran Ricci dan Putri Chiara tidak melepaskan gandengan tangan mereka.
Hangat tangan Pangeran Ricci membuat Putri Chiara merasa ada yang beda dengan dirinya. Sekilas, ia pun diam-diam memandangi wajah tampan itu dari samping.
"Aku senang kau membelaku seperti tadi," celutuk Putri Chiara.
"Sudah jadi tugasku untuk melindungi dan aku tidak mau dicap sebagai suami yang tidak bisa menjaga martabat istri," ucapnya dengan penuh wibawa.
"Terima kasih, Ricci."
"Kau tidak perlu berterima kasih."
"Aku hanya ingin berterima kasih. Supaya kau terus membantuku dan tidak pernah lelah untuk membantuku."
"Selama kau berada di dekatku, maka aku akan selalu membantu kau, Chia," ucap Pangeran Ricci di dalam hatinya.
***
Bersambung--