4. Pengantin Pengganti
Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, Ainayya dan sopir tersebut akhirnya tiba di sebuah mension mewah bergaya klasik. Nayya yang selalu berfikir bahwa kediaman sang Ayah merupakan termewah menjadi tercengang saat pertama kali melihat penampakan mansion yang super mewah dan terdapat sebuah taman bunga yang lebar.
"Mari ikut saya, Nona." sang pelayan berucap.
Ainayya yang sedang terpana dengan kemewahan milik suaminya langsung terkejut saat mendengar perkataan pelayan tersebut. Dia bahkan merasa malu karena terlihat seperti gadis dari desa yang baru pertama kali melihat sebuah bangunan mewah.
"Baik," ucap Ainayya lalu keluar dari mobil.
Setelah wanita itu keluar. Sang pelayan pria langsung membawa Nayya menuju pintu utama yang bisa terbuka secara otomatis tanpa dibantu oleh orang lain.
Nayya kembali terpana sangat jauh berbeda dengan rumah milik keluarga Cannor.
"Sepertinya pria itu memang sangat kaya," bisik Nayya pelan Saat keduanya telah masuk.
Mereka di sambut oleh seorang pria paruh baya yang terlihat sangat rapi dan tegas.
Pria itu juga memakai pakaian mahal yang dibuat dari bahan terpilih. Nayya yang melihat hal itu menjadi bertanya-tanya apakah pria paru baya tersebut merupakan suaminya atau tidak.
"Kami sudah tiba, tuan Albert." seorang sang pelayan berucap sembari memberi hormat.
Ketika Nayya mendengar panggilan sang pelayan kepada pria paruh baya tersebut, dia menjadi terpana sekaligus gugup dan langsung berfikir bahwa pria tersebut merupakan suaminya.
"Baiklah. Kau boleh pergi dan untuk Nona. Mari ikut saya ke lantai 2," ucap Albert dengan penuh karisma.
"Baik, tuan." Nayya menjawabnya dan pelayan tersebut secara bersamaan.
Setelah itu, Ainayya berjalan mengikuti Albert dengan wajah pucat. Dia bahkan mulai berfikir negatif tentang pria yang ada di hadapannya. Nayya benar-benar ingin menangis ketika melihat suaminya yang masih dia tebak sendiri tanpa mencari tahu terlebih dulu mengajaknya naik ke lantai 2.
Karena kemewahan mansion tersebut, setiap tamu penting yang ingin naik ke lantai atas diberikan fasilitas lift dan untuk pelayan di berikan eskelator agar setiap tuan mereka memanggil, mereka bisa langsung datang.
"Apakah keluarga anda tidak memberikan pakaian bagus saat akan datang?" tanya Albert.
Ainayya yang tidak menyadari panggilan serta cara bicara Albert yang sopan padanya menjadi terkejut dan malu karena dia hanya menggunakan gaun milik bundanya yang usang serta warnya mulai pudar karena sering digunakan.
"Mereka memberikannya. Hanya saja pakaian itu sama sekali tidak pantas untuk di gunakan. Saya benar-benar tidak ingin di panggil wanita murahan ketika bertemu dengan anda tuan," jawab Nayya jujur.
Saat Albert mendengar perkataan Nayya. Entah mengapa dia menaruh sedikit rasa kagum dengan pendirian wanita itu yang lebih memilih menjaga kehormatannya dengan menggunakan pakaian usang dari pada menggunakan pakaian baru, namun terlihat seperti seorang wanita yang tidak baik.
Setelah 5 menit berlalu, keduanya akhirnya tiba di lantai 2. Ainayya melihat penampilan pada lantai tersebut, dia menjadi semakin terpana dan takjub karena ruangan tersebut lebih mewah dari pada lantai dasar.
"Apa anda ingin mengganti pakain terlebih dahulu atau tidak?" tanya Albert.
"Sepertinya tidak," ucap Nayya cemas. "Apa anda keberatan jika saya menggunakan pakaian seperti ini saat melayani anda?"
Nayya yang tidak tahu sama sekali siapa suaminya dengan berani mengatakan hal seperti itu pada Albert yang notabennya merupakan kepala pelayan di mansion tersebut.
Saat Albert mendengar ucapan Nayya. Dia menjadi terpana dan tertawa kecil ketika mengetahui bahwa wanita yang telah menjadi istri untuk tuan mudanya berfikir bahwa dialah yang menjadi suaminya.
"Apa anda berfikir bahwa sayalah suami anda?" tanya Albert.
"Bukankah seperti itu tuan," ucap Nayya bingung. "Apasaya salah berbicara? Atau suami saya yang sebenarnya adalah pria yang lebih tua dari anda." Nayya semakin tidak mengerti dengan kondisinya saat ini.
"Tidak. Anda tidak salah berbicara. Namun sayangnya saya bukan suami anda dan untuk penampilan suami Nona. Saya tidak bisa mengatakannya karena itu bukan hak saya," ucap Albert.
"Benarkah? Lalu dimana suami saya?" tanya Nayya.
"Dia sedang menunggu anda di ruang kerjanya. Jadi sekarang saya akan mengantar anda pergi ke sana. Apa anda ingin mengganti pakaian anda atau tidak?" tanya Albert sekali lagi.
"Sepertinya tidak. Saya ingin menampilkan apa adanya saya di hadapannya. Jika dia memang keberatan dengan penampilan saya yang kampungan maka saya rela dijadikan pelayan tanpa gaji di rumah ini."
Sang Bunda sudah memberitahunya bahwa dia harus menjadi dirinya sendiri di hadapan orang lain. Jika memang suka. Mereka akan menerimanya dengan tulus, tapi jika tidak maka dia akan menerima hal itu dengan iklas.
"Mengapa anda mengatakan hal seperti itu?" tanya Albert penasaran.
"Entah mengapa saya lebih baik menjadi pelayan di sini dari pada tinggal di rumah itu," ucap Nayya sedih.
Albert yang sudah tahu kehidupan Ainayya yang penuh luka menjadi prihatin dengan gadis muda tersebut.
Dia juga tidak bisa untuk tidak mencaci maki keluarga Javior atas kejahatan tidak manusiawai yang mereka lakukan pada Nayya. Bisa di bayangkan, seorang gadis muda tanpa ibu yang mendampinginya harus menerima begitu banyak rasa sakit dari keluarganya sendiri.
"Anda tidak perlu cemas, Nona. Saya menjamin bahwa hidup anda akan menjadi baik setelah tinggal disini."
"Terima kasih tuan. Saya juga ingin meminta maaf karena sudah berbicara tidak baik dan berfikir bahwa andalah suami saya," ucap Nayya malu.
"Tidak masalah nona. Kalau begitu, mari kita pergi ke kamar tuan muda. Tapi sebelum itu, bolehkah saya tahu mengapa ada luka di wajah dan lutut anda?"
"I - ni terjadi karena kesalahan yang tidak berhati-hati, Tuan."
"Apa anda yakın?"
"Ya, Tuan."
"Baiklah. Mari ikut saya."
Albert memutuskan tidak memperdebatkan luka tersebut karena bagaimana pun dia sudah tahu dari mana luka itu berasal.
Setelah itu, keduanya berjalan menuju kamar utama yang memiliki pintu lebar dan kokoh.
Sesampainya di sepan pintu, Albert mengetuk lalu memberitahu bahwa Nayya sudah tiba.
"Tuan, ini saya Albert. Nyonya Ainayya telah tiba," ucap Albert.
"Suruh dia masuk," ucap seorang pria dari dalam dengan suara berat.
"Baik tuan."
Setelah itu, Albert meminta Ainayya masuk ke dalam kamar tersebut. Dia juga memberitahu hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat berhadapan dengan tuan mudanya.
"Semoga anda berhasil, Nona."
Albert cukup puas dengan kepribadian Nayya yang tulus serta jujur.
Ainayya hanya bisa menganggukkan kepalanya lalu mulai masuk ke dalan kamar yang gelap serta terasa sangat dingin dan mencekam.
"Bisakah kau menekan saklar yang ada di sampingmu," ucap sosok yang menjadi suami Nayya.
"Bisa, Tuan."
Nayya langsung menekan saklar yang ada di diding dekat pintu, lalu melihat bagaimana penampilan asli kamar barunya bersama sang suami.