Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Di Sambut

Ruangan yang disebut kamar itu terlihat sangat luas dan mewah bagi Nayya yang tinggal di sebuah kamar kecil. Meskipun mewah, namun Nayya juga merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di kamar tersebut tapi tidak tahu apa itu.

"Apa kau sudah selesai?"

Pertanyaan itu membangunkan Nayya dari lamunannya. Dia bahkan malu karena sudah melupakan sosok pria tampan bak dewa yunani sedang duduk di sebuah sofa mahal nan mewah berwarna hitam.

"Ma-maafkan saya, Tuan." Nayya terlalu gugup ketika mata pria itu menatapanya sangat tajam.

"Apa aku terlihat sangat mengerikan?"

Ingin rasanya Nayya mengatakan 'ya'. Namun tidak berani karena takut pria itu menjadi marah.

Tatapannya yang tajam membuah jiwa Nayya sangat ketakutan. Bertahun-tahun hidup dengan keluarga monster bahkan tidak bisa membuatnya tidak gugup di hadapan suami barunya.

"Ti-tidak, tuan. Ada tidak menakutkan."

Terdengar suara tawa dari pria itu membuat Nayya semakin merutuki kebodohannya. Tampaknya kebohongan tentang tidak menyeramkan dapat terlihat sangat jelas. Nayya benar-benar tidak pandai berbohong.

"Kau tahu, wajahmu tidak bisa berbohong. Siapa pun pasti akan tahu jika kau sedang ketakutan. Tapi setidaknya kau masih ingat untuk menjaga nyawamu sehingga memilih berbohong."

Nah, benarkan? Nayya memang tidak pandai berbohong. Suami barunya saja dapat melihat dengan jelas kebohongan dari wajahnya.

"Maafkan saya, karena jarang bertemu dengan orang asing. Saya menjadi sangat tertutup hingga membuat saya takut akan bertemu banyak orang."

"Aku paham itu, lalu sekarang perkenalkan dirimu padaku. Bagaimana pun mulai saat ini kau akan tinggal dan kita pasti sering bertatap muka." ada sedikit nada ramah dalam ucapan pria itu.

"Nama saya Ainayya Hikari Salvina. Bunda mengatakan bahwa nama itu memiliki arti cahaya kedua mata yang bijaksana. Bunda juga mengatakan bahwa aku adalah cahaya di mata bunda."

Mungkin karena akhirnya ada yang menanyakan namanya membuat Nayya menjadi sangat antusias sehingga lupa jika lawan bicaranya perduli atau tidak akan makna dibalik nama tersebut.

Pria yang sedang duduk santai di sofa tersenyum. Dia tidak menduga jika Nayya bisa menjadi sangat antusias ketika dirinya menanyakan nama.

"Nama yang bagus. Ibumu pasti sangat benar akan hal di balik nama itu. Semoga kau memang menjadi cahaya yang bijaksana."

Ainyya menjadi gugup karena secara tidak sengaja mengungkapkan arti di balik nama pemberian bundanya. Lupa jika dirinya sedang berdiri di hadapan pria dingin dan asing.

"Maaf jika saya lancang bercerita yang tidak penting."

"Tidak masalah. Perkenalkan namaku Albara Demian Dominic. Dan mulai sekarang nama itu harus kau ingat agar kau tidak lupa jika kau sudah menikah."

Nayya kagum akan nama Bara. Mungkin karena pria itu memiliki darah campuran Eropa serta Indonesia membuat nama itu sangat sesuai dengan penampilannya.

"Apa ada pertanyaan?"

"Ada. Kenapa anda begitu mudah menerimaku? Seharusnya saat ini anda membunuh atau membuangku kejalanan."

Nayya tahu jika Bara sadar bahwa dirinya bukan Pavina, wanita yang akan menjadi istri aslinya.

"Mengapa kau sangat ingin di bunuh atau di buang?"

Diberikan pertanyaan kembali membuat Nayya bingung. Bingung harus menjawab apa karena dia juga tidak mengerti mengapa dirinya mengatakan hal seperti itu.

"Seharusnya saat ini anda marah karena istri anda yang sebenarnya bukan saya. Bukankah membohongi serta mempermainkan pernikahan adalah hal yang jahat."

Bara tertawa. Entah mengapa dia merasa beruntung memiliki istri yang jujur dan tidak suka akan sebuah drama. Mungkin saja ketika mereka bercara. Dia membuatnya lebih tertarik sehingga tidak membuat curiga. Tapi malah sebaliknya. Hal yang dilakukannya mengungkapkan sebuah perbuatan yang mungkin akan mengakibatkan kematian di hari pertama.

"Aku tidak perduli. Lagi pula kau sudah berada di sini dan aku pikir kau lebih pantas menjadi istriku. Selain kau lebih cantik dari wanita manja itu, kau juga cukup bisa di andalkan menjadi nyonya yang baik."

Di puji oleh pria setampan Bara membuat Nayya tersipu malu. Meskipun sudah banyak yang memujinya. Namun pujian Bara terdengar lebih membanggakan.

"Terima kasih. Lalu dimana saya akan tinggal?" tanya Nayya.

"Tentu saja di rumah ini. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kau sudah resmi menjadi nyonya Dominic," jawab Bara.

"Bukan seperti itu. Maksudku adalah dimana aku akan tidur. Di kamar mana?" tanya Nayya.

"Albert akan menunjukkan kamar untukmu. Sekarang katakan padaku, dari mana luka yang ada di wajahmu dan juga di lututmu berasal?" jawab dan tanya Bara sembari menatap luka di wajah dan lutut Nayya.

Nayya terkejut, dia tidak menduga Bara akan memperhatikan luka tersebut.

Ketika dia akan membuat sebuah kebohongan. Bara dengan tegas melarang wanita tersebut berbohong

"Jangan pernah berbohong. Jika sampai aku tahu, maka kau akan mendapatkan hukumannya."

"Baiklah. Saya akan jujur," ucap Nayya sejenak. "Sebelum datang ke sini. Vina memukulku. Begitu juga dengan tuan Javior.ereka memukulku lalu mendorongku ke luar dengan paksa sehingga lututku tergores lantai yang kasar."

Bara yang mendengarnya mengangguk, lalu dia langsung menghubungi Javior di hadapan Nayya membuat wanita tersebut ketakutan.

Nayya tidak menduga jika suaminya melakukan hal semacam itu.

"Hallo, Tuan Bara." Javior menyapa Bara dengan ramah.

"Hallo. Sepertinya anda sudah merasa sangat hebat."

Javior terkejut. Dia akhirnya paham bahwa Bara marah padanya. Entah itu karena pergantian pengantin atau luka yang di alami oleh Nayya.

"Apa maksud anda, Tuan?"

Javior berpura-pura tidak paham. Dia berusaha menutupi kesalahnya.

"Mengapa anda bertanya pada saya? Bukankah seharusnya anda tahu jawabannya."

"Saya memang benar-benar tidak paham maksud anda, Tuan."

"Benar-benar ahli dalam memanifulasi. Apa ini yang sudah di ajarkan oleh istri anda, Tuan Javior? Bebohong dan berpura-pura bodoh denganku."

Javior, Lia, Vina dan Leonal menjadi takut. Mereka tahu jika Nayya sudah berkata jujur pada Bara. Ingin rasanya mereka memukul Nayya, tapi sayangnya itu tidak bisa karena kini Nayya sudah tidak lagi tinggal bersama mereka.

"Jangan dengarkan anak itu, Tuan. Dia sengaja melakukan hal seperti itu agar bisa menjadi pengantin pengganti putriku. Bahkan dia juga melukai putriku."

"Putriku? Apakah Nayya bukan putrimu? Mengapa kau sangat mempertegas jika wanita yang ada di sampingku bukan putrimu!"

Nah lihat, sekarang Javior semakin gugup. Dia terjebak dalam kebohongannya sekarang.

Akhirnya sadar bahwa Bara bukan pria yang bisa dia kalahkan atau bahkan bohongi dengan mudah.

"Bukan seperti itu, Tuan. Saya hanya..."

"Baiklah. Karena aku sudah mengalami banyak kerugian. Maka mulai sekarang kerja sama kita batal. Jangan hubungi aku lagi atau datang ke perusahaanku. Aku juga tidak ingin ada keluarga Cannor mengganggu hidup wanita yang kini menjadi istriku."

Javior yang ingin menjawab langsung gagal karena Bara memutuskan sambungan telepon dengan cepat. Ingin rasanya dia membunuh Nayya, putri tidak berharganya.

"Apa gagal, Sayang? " taya Lia cemas.

"Ya. Anak sialan itu mengatakan semuanya pada pria jelek itu."

"Kurang ajar. Vina harus memberikan hukuman padanya, Ayah!"

Vina sama sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatannya. Baginya, apa yang sudah dia lakukan pada Nayya adalah benar dan apa yang Nayya lakukan selalu salah.

"Jangan. Pria itu sudah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengganggunya. Jadi, mulai sekarang lupakan saja. Masih banyak waktu lain untuk mengajak perusahaan hebat bekerja sama."

"Mengapa perusahaan kita tidak saling bekerja sama, Ayah? Perusahaan keluarga Moxa juga tidak kalah dengan perusahaan pria itu." Lionel memberikan usulan.

Usulan Leonal langsung disambut rasa terima kasih oleh Javior. Dia bahkan merasa bodoh karena tidak ingat jika memiliki calon besan yang kaya.

"Baiklah. Karena sudah seperti ini, maka aku akan pulang dan memberitahu ayah tentang kerja sama kita."

"Sampikan terima kasih ayah pada keluargamu dan tanyakan pada mereka kapan kalian akan datang melamar Vina."

"Pasti, Ayah."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel