Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Mencari Tahu

Bab 5 Mencari Tahu

Maudy tidak mendapat apa pun mengenai siapa sebenarnya suaminya itu-- Killian. Dia bahkan telah kecewa datang ke tempat Shanaz. Bukan kabar mengenai Killian yang dia dapat melain kan kabar Shanaz yang meninggal dengan tragis.

Kini wanita itu semakin curiga pada Killian. Maudy curiga bahwa apa yang sedang ia pikirkan mengenai suaminya itu benar. Bahwa dimana mungkin saja suaminya itu adalah komplotan mafia yang mungkin menghilang dari suatu kota dan mungkin sedang berlindung di sini!

Itu artinya Maudy telah salah menikahi orang. Suaminya Killian bukan orang baik yang seperti dia pikirkan. Maudy benar-benar ada sedikit penyesalan menikah dengan Killian kenapa dulu dia tidak saling kenal dulu, kenapa dia tidak bertanya dulu tentang seluk beluk Killian itu bagaimana. Lalu bagaimana hidup Maudy selanjutnya.

Ternyata, Maudy bukan orang yang mudah menyerah. Dia gadis yang akan selalu mencari tahu mengenai siapa pun yang ia rasa curigai. Termasuk suaminya Killian. Dia harus tau siapa suaminya itu saat ini sebelum dia terlambat mengetahui dan akan berujung pada penyesalan yang mungkin akan dia sesali sampai seumur hidupnya.

Maka Maudy meraih ponsel miliknya dari dalam tas. Ponsel silver dengan keluaran terbaru itu langsung berselancar di sosmed milik Maudy. Sebisa mungkin dia mencari orang-orang terdekat dengan Killian.

Maudy akhirnya menemukan seorang pria di beranda pertemanannya. Ridwan teman kuliah Maudy dulu. Mungkin dengan berbicara dengan Ridwan memungkinkan dia mendapatkan sedikit celah tentang Killian. Sedikit saja mungkin!

Tapi ada sedikit rasa ragu pada hati Maudy untuk menghubungi pria itu-- Ridwan adalah pria yang banyak bicara serta selalu saja membuat Maudy marah karena nya. Bahkan Maudy sempat membenci pria itu karena Ridwan pernah menyukai Maudy!

Dulu Maudy sengan menolek Ridwan. Setiap kali pria itu mendekat maka Maudy akan memutuskan untuk menjauh. Tapi kini jika ia menelpon pria itu maka harga diri Maudy seolah-oleh akan terinjak-injak.

Persetan dengan harga diri. Maudy tetap menghubungi Ridwan dan akan bertemu dengan pria itu kalau bisa.

"Hallo Ridwan? Ini aku Maudy apa ada waktu bicara sebentar dengan kamu?"tanya Maudy dengan ponsel di bawah telinga.

"Boleh, dimana? Aku juga lagi istirahat makan siang," jawab Ridwan di sebrang sana. Maka Maudy mengatakan jika mereka akan bertemu di dekat kampus mereka dulu. Mumpung Maudy sedikit dekat dengan tempat itu. Kalau ketempat Ridwan mungkin akan sangat jauh lagi pula ke kantin dekat kampus akan lebih baik dan lebih dekat dari tempatnya kini berada.

Setelah Ridwan mengiyakan ajakan Maudy barulah sambungan terputus. Maudy mematikan ponselnya lalu memasukkan kembali kedalam tasnya. Maudy kembali ke motor nya dan segera menuju ke tempat kuliahnya dulu.

****

Maudy telah menunggu Ridwan lebih dari lima belas menit. Bahkan jus jeruk yang dia pesan tadi sudah hampir habis setengah. Maudy belum memesan makanan karena ia masih menunggu Ridwan. Rencana wanita itu pun mau mengajak Ridwan makan di sini siang ini sekalian mengobrol tentang Killian.

Sebuah tangan kekar memegang pundak Maudy membuat gadis itu sedikit kaget. Dia mendongak dan mendapati pelakunya ialah Ridwan sendiri. Lelaki itu sedang tersenyum kearahnya.

Ridwan segera berjalan ke depan mengambil kursi yang berada di depan Maudy lalu duduk di sana. Ridwan sempat menggeser kursi nya agar dekat dengan Maudy. Tetapi, gadis itu menolak dan malah menyuruh Ridwan menjauh. Lelaki itu pun memilih menuruti permintaan Maudy wanita yang pernah di taksir olehnya itu.

"Mau pesan makanan dulu atau mau langsung bicara?" Tanya Ridwan sedikit menaik turunkan alisnya bertanya pada Maudy.

"Makan dulu. Kalau waktu kamu masih ada. Kalau tidak ada ya apa boleh buat," jawab Maudy dengan santainya.

"Oke, kita pesan makanan dulu." Ridwan menyearahkan buku menu kehadapan Maudy lalu satu untuknya. Ia pun menulis makanan yang akan dia makan siang ini. Ia menunggu Maudy untuk memilih makanan yang ada pada buku menu tersebut. Maudy pun telah memilihnya. Ia segara memanggil petugas restoran agar mendekat dengan mereka.

Ridwan telah memesan makanan. Ini adalah kesempatan bagi Maudy menanyai pria itu. Sebagai basa-basi Maudy pun bertanya kabar Rudwan bagaimana.

"Apa kabar kamu Wan. lama ya kita gak jumpa."

"Iya. Lama seklai. Sudah hampir dua tahun ya kalau tidak salah dan sekarang saat bertemu kamu sudah menikah saja," ucap Ridwan dengan sedikit nada sedih.

"Namanya jodoh Wan--"

"Kamu kapan nikah?" Tanya Maudy kembali.

"Belum tahu nih, sepertinya jodoh aku masih jauh. Aku itu menunggu kamu dari dulu. Setelah kamu menikah aku baru sadar kalau penantian aku itu sia-sia. Aku menunggu jodoh orang ternyata," Maudy sedikit menyesal menayakan itu. Sudah tau kalau Ridwan menyukainya malah menanyakan hal itu segala pula lagi!

*****

Makanan yang mereka pesan pun datang. Itu sebagai penyelamat untuk Maudy dari ucapan Ridwan. Bukan bermaksud mengingatkan kembali, tetapi bagi Maudy hal seperti itu memang tidak layak di ingat. Bagi Maudy kenangan hanya tinggal kenangan, tidak boleh diumbar-umbar kembali.

Bukan bermaksud untuk mengutarakan isi hati yang sempat menghilang, hanya saja bagaimana jika Ridwan masih mengukir perasaanya. Bagaimana kalau Maudy seperti orang yang menyakiti pria itu lagi! Maudy tidak mau di cap sebagai orang yang suka menyakiti seseorang orang. Maudy lebih senang sebagai orang yang di sakiti orang.

Makanan mereka tinggal setengah, Ridwan dan Maudy banyak bercerita. Tetapi yang paling banyak bicara di sini adalah Ridwan. Pria itu masih sama seperti dulu tidak ada berubahnya. Namun yang membuat kaget Maudy adalah pekerjaan Ridwan sekarang itu bekerja di partai Rakyat berdaulat. Dan seperti anak itu sekarang sangat banyak bicara.

Di tengah-tengah Ridwan berbicara, Maudy pun memotong ucapan Ridwan yang memegah-megahkan dirinya di hadapan Maudy. Sungguh Maudy sangat tidak suka dengan cara Ridwan berbicara makanya Maudy memotongnya. Maudy akan bertanya mengenai Killian sekarang pada Ridwan.

"Wan, apa kamu kenal dengan Killian anak kampus pelita Nusantara dulu?" Tanya Maudy pada Ridwan.

Ridwan terdiam. Ada gelagat aneh dan juga wajah Ridwan tiba-tiba pucat. Seketika iu juga lidah pria itu kaku tidak bisa menjawab pertanyaan Maudy.

"Apa kau mengenalnya?"

"Aku adalah istri Killian, dia adalah suamiku. Kami telah menikah dua Minggu yang lalu. Bahkan aku belum tahu mengenai dirinya semua. Jika kau mengenalnya apakah kau mau memberi tahuku?"

"Aku hanya ingin tahu saja siapa dia. Aku ini istri yang bodoh yang tidak tau mengenai siapa suaminya." Maudy sedikit terkekeh dengan ucapannya sendiri.

Ridwan masih diam. Tidak bicara.

Kini keringat Ridwan malah turun membasahi tubuhnya. Ridwan benar-benar seperti orang yang ketakutan. Membuat Maudy ingin sekali tahu dan penasaran dengan apa yang akan pria itu jawab. Maudy menunggu tapi apa yang terjadi, dia malah di suruh pergi oleh Ridwan.

"Pergi sekarang. Aku tidak mengenal dan mengetahui siapa suami kamu itu. Aku tidak mengenalnya sama sekali." Ucap Ridwan dengan nada takut.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel