Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Shok

Bab 4 Shok

Pagi harinya Killian sudah berberes hendak pergi bekerja. Dia memakai baju kerjanya yang biasa ia kenakan. Ia menemui Maudy yang sedang berkutat di dapur, istrinya itu sedang memasak sarapan pagi untuk mereka.

Maudy mendapat kecupan di wajah, ia sedikit kaget dengan orang yang melakukan itu. Maka ia melihat orang yang melakukan itu padanya. Killian hanya mampu tersenyum kecil dipandangi oleh istrinya seperti itu.

Masakan Maudy sudah tertata rapi di atas meja. Maudy membalikan piring suaminya dan menaruh nasi beserta lauknya. Ia melayani Killian seperti biasa tidak ada beban. Maudy berusaha santai dengan apa yang ada di pikirannya.

Terlebih saat ini hidupnya masih sangat tegang membuat Maudy harus membungkam rapat bibirnya agar jangan sampai bertanya perihal yang dia lihat kemarin. Mengingat itu kini membuat sedikit pikiran Maudy jadi takut menatap suaminya.

"Aku akan ke kota nanti, pekerjaan menyuruhku untuk membeli sesuatu. Apa kau mau menitipkan sesuatu untuk kubeli?" tanya Killian yang hendak berangkat.

"Sepertinya aku tidak sedang membutuhkan sesuatu saat ini, pergilah dan hati-hati di jalan. Aku akan melakukan kegiatan pembersihan rumah hari ini."

"Apa kau tidak mau menitipkan makanan kesukaanmu--- aku tahu kau sangat suka donat coklat berlumer kemarin yang kita makan. Apa kau tidak mau lagi?" Tawar Killian pada istrinya itu. Baru kali ini Maudy menolak tawarannya. Dan baru kali ini juga Maudy merespon nsangat tidak bersemangat. Biasanya Maudy pasti akan heboh kalau tau dirinya ke kota. --Killian akan banyak dapat pesanan dari istrinya itu walaupun hanya untuk sekedar makanan.

"Aku sedang tidak mood makan makanan yang manis-manis saat ini. Gigiku sedikit sensitif mungkin ini karena hujan juga. Pergilah sekarang sebelum kamu terlambat. Pulang tepat pada waktunya ya," kata Maudy melepas suaminya itu yang akan pergi ke kota. Killian pun segera berangkat dan mengecup kepala istrinya penuh dengan kelembutan. Dia segera menuju mobilnya yang sudah ia taruh di depan rumah tadi.

Maudy melambaikan tangannya melepas suaminya itu untuk bekerja. Banyak hal yang harus ia cari tahu hari ini. Apalagi mengenai suaminya itu. Maudy butuh secepatnya mengetahui siapa suami tercintanya itu.

Maudy memutuskam mencari tahu dari kamarnya terlebih dahulu. Ada laci spesial yang Killian jadikan tempat penyimpan barangnya khusus di sana. Maka Maudy segera ke kamar mereka dan mencarinya-- yang Maudy temukan hanya berkas-berkas seles penjualan di sana. Itu artinya Killian tidak menaruhnya di tempat itu.

Kini wanita itu memikirkan di mana biasanya suaminya itu menyimpan barang-barangnya. 'gudang' tiba-tiba Maudy mengingat gudang. Dimana tempat ini adalah tempat kesukaan Killian menyimpan semua barang-barang miliknya. Termasuk barang yang tidak terpakai. Maudy segera ke sana.

Maudy keluar dari kamar dan mencari kunci gudang. Setelah menemukan kunci gudang Maudy turun satu lantai lagi dan kini ia tiba di depan pintu berwarna coklat yang sudah sedikit usang. Gudang itu sangat sempit. Bahkan bisa di bilang hanya maut satu orang saja.

Dia-- Maudy belum pernah masuk ke sana. Maka ketika tau bahwa gudang itu sangat sempit dan panas dia menyesal telah masuk kesana. Tapi dia masih sangatlah penasaran dengan Killian. Lelaki itu yang sering masuk ke gudang ini. Maka dengan paksa Maudy masuk ke dalam sana.

Kini ia telah membongkar semuanya. Tapi, belum ada satu pun hal yang mencurigakan yang Maudy dapat kan. Maudy terus mencari hingga mungkin rasa penasaran yang dimiliki olah dirinya hilang. Terakhir yang Maudy dapat hanya sebuah album foto yang sudah sangat usang. Bahkan bagian depannya sudah robek dan bahkan hilang sebagian lagi.

Tangan Maudy membolak-balikan album foto yang ada di sana. Sebagian tampak sangat tidak jelas namun yang terlihat jelas itu adalah foto Killian dengan seorang gadis bermana Shanaz. Foto-foto ini pun merupakan foto Killian dulu saat masih duduk di bangku kuliah.

Maudy sedikit kenal dengan Shanaz perempuan itu adalah teman dekat Killian dulu sewaktu kuliah di salah satu kampus ternama. Nama kampus ltu adalah kampus Pelita. Mungkin kalau Maudy mau mendapat sesuatu tentang Killian maka orang yang tepat untuk Maudy tanyain adalah Shanaz.

Maudy diam.

Masih diam dan terus berpikir.

Ia terus memutar otaknya hingga pada akhirnya ia mengingat sesuatu yaitu dia mengingat rumah Shanaz. Dulu Maudy sempat mengunjungi rumah gadis itu sewaktu berpacaran dengan Killian. Dan pasti gadis itu masih di sana.

Maudy memilih untuk bergegas. Ia bergerak untuk mandi. Setelah selesai mempersiapkan diri nya agar segera berangkat ke rumah Shanaz. Rumah Shanaz cukup jauh kira-kira memakan waktu satu jam lebih. Kalau berangkat sekarang masih ada waktu pulang sebelum Killian kembali.

Dia-- Maudy hanya menggunakan sedikit polesan bedak di wajahnya lalu langsung segera menuju pintu keluar. Maudy mempunyai motor metic, dia akan menggunakan itu ke rumah Shanaz.

Killian pernah melarangnya menggunakan motor itu. Semenjak menikah Maudy tidak lagi menggunakannya karena mereka lebih sering menggunakan mobil milik Killian. Lagian Killian selalu membawa ke mana pun yang Maudy mau

Namun, kini ia butuh motor itu. Benda yang terbuat dari besi itulah yang akan membawa ke rumah Shanaz. Dan Maudy telah berangkat hampir lima menit yang lalu.

Beberapa menit kemudian Maudy telah tiba di rumah gedung berlantai dua. Ini rumah Shanaz teman perempuan Killian waktu kuliah dulu. Rumah itu nampak tidak terurus bahkan---

Maudy melihat bahwa Rumah itu nampak kosong tidak ada penghuninya. Demi memastikan sendiri, Maudy masuk ke dalam rumah itu dan melihat siapa yang ada di rumah itu. Di sana hanya ibu Shanaz yang Maudy jumpai.

Memegang satu foto yang sudah di bingkai di suatu Frame. Matanya menetes kan air mata yang bisa Maudy yakini bahwa wanita paruh baya itu menangis. Ya, wanita itu sedang menangis memandangi frame foto yang ada di genggamanannya.

Maudy mengucapkan salam sebelum masuk, wanita yang Maudy kenal sebagai ibu Shanaz itu menoleh kearahnya. Melihat Maudy yang mendekat berjalan kearah dirinya.

Perlahan wanita paruh baya itu menurunkan frame yang dia pegang. Memicingkan mata ke arah Maudy dan memastikan lagi penglihatannya. Akhir-akhir ini mata wanita itu sudah sangat rabun. Tidak ada lagi yang mengurusnya setelah kepergian Shanaz anaknya.

Kaki Maudy melangkah mendekati wanita itu menyalaminya. Dia pun menjelaskan siapa dirinya kepada wanita itu. Maudy bercerita bagaimana dia kenal dengan Shanaz. Dia juga mengenalkan suaminya Killian yang berteman baik dengan Shanaz anak ibu itu.

Tiba-tiba Maudy dibuat kaget oleh si ibu. Dia menangis setelah Maudy menceritakan segalanya.dia---

Bahkan nampak sangat sedih sekali kelihatannya. Membuat Maudy bingung. Maudy pun bertanya.

"Apa ibu baik-baik saja? Kenapa ibu menangis?"

"Shanaz telah meninggal dua bulan yang lalu. Dia meninggal secara mengenaskan. Sampai sekarang kasusnya masih di selidiki pihak yang berwajib. Hati ibu hancur anak ibu satu-satunya kini telah pergi jauh. Ibu di tinggalkan sendiri di sini olehnya," kata ibu dengan nada yang menyedihkan. Maudy yang mendengarnya pun ikut syok.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel