Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5. Bercinta Gila, menakutkan

Ia menghirup aroma tubuh Amelia dalam-dalam sebelum memberikan kecupan, jilatan, dan gigitan-gigitan kecil nan gemas di leher itu. Amelia mengerang nikmat saat ia mulai mengisap leher itu hingga meninggalkan ruam merah di beberapa tempat. Calvin melepaskan salah satu cengkeramannya dari tangan Amelia saat bibirnya mencumbu leher itu. Ia pun mulai melepaskan salah satu kancing teratas dari piyama Amelia , kemudian membukanya sedikit agar bibirnya bisa menjelajah lebih jauh lagi.

Amelia mengerang nikmat saat bibir Calvin mulai menciumi tulang selangka wanita itu sebelum bergerak semakin ke bawah, hampir menuju belahan payudara. Tangan Amelia yang terbebas dari cengkeraman Calvin mulai bergerak menyentuh lengannya yang terbungkus lengan panjang baju tidurnya. Belaian yang disertai remasan kuat saat bibir Calvin mencumbu di sekitar belahan payudara Amelia , seakan menekankan bahwa wanita itu menginginkan yang lebih dari sekedar cumbuan liar. Tubuh Amelia yang melengkung pun mendukung setiap erangan nikmat yang meluncur dari bibir wanita itu.

Calvin menghentikan cumbuannya sejenak, lalu mengangkat kepala dan menatap Amelia yang saat ini terlihat begitu pasrah di bawah kuasanya. Amelia , yang mengerut terkejut saat dirinya berhenti tiba-tiba, menatapnya dengan tatapan sayu penuh gairah, seakan memohon padanya untuk kembali mencumbu. Dengan terpaksa, Calvin melepaskan tangannya yang lain, yang masih mencengkeram tangan kanan Amelia , lalu menopang tubuhnya sejenak dengan kedua tangan.

Ia tahu apa yang ada di pikiran Amelia saat ini. Wanita itu menginginkannya, sama seperti dirinya. Tapi, ada satu hal yang mengusik dan menahannya untuk melanjutkan semua ini.

Ia menatap wajah Amelia yang membalasnya dengan raut bingung disertai tatapan yang menggelap penuh gairah. Ingin rasanya ia kembali melanjutkan apa yang sudah ia mulai. Namun, Amelia belum tahu apa yang akan terjadi pada tubuh indahnya jika berhubungan seks dengan Calvin . Amelia belum tahu seliar dan sekasar apa Calvin saat berhubungan seks.

Di satu sisi, Calvin sangat menginginkan tubuh Amelia menjadi pelepasannya saat ini. Namun di sisi lain, ia tiba-tiba mengkhawatirkan keselamatan Amelia . Calvin bahkan tidak tahu apakah Amelia sanggup mengikuti tempo dari setiap teknik yang ia lakukan demi memuaskan dirinya.

Dulu—lama sekali—Calvin tidak pernah memedulikan bagaimana perasaan si wanita. Apakah si wanita akan menikmatinya atau tidak? Apakah si wanita menolak dan terluka setelah berhubungan seks dengannya? Calvin tidak pernah peduli. Sama sekali tidak peduli, karena wanita tersebut pasti akan mati di tangannya.

Tapi sekarang, Calvin tidak ingin hal itu menimpa Amelia . Ia tidak ingin Amelia meregang nyawa hanya karena memuaskan gairahnya. Calvin ingin Amelia tetap hidup agar bisa memuaskan gairahnya berkali-kali. Calvin ingin agar Amelia terus mengerang dan mendesah nikmat bahkan dengan caranya yang terkasar sekali pun.

“Calvin ,” panggil Amelia lemah dan mendayu, seakan membujuknya untuk kembali melanjutkan cumbuan itu. Tidak, Calvin tidak berniat untuk berhenti. Ia sudah bertekad sejak awal untuk tetap berhubungan seks dengan Amelia . Hanya saja, entah mengapa Calvin sangat mengkhawatirkan kondisi tubuh Amelia setelah memuaskan gairahnya.

“Calvin ,” panggil Amelia serak penuh gairah sembari membelai dada Calvin dengan lembut. Tubuh Calvin bergetar nikmat, memuja belaian Amelia . Sial! Ia bahkan belum membuka pakaiannya, tapi belaian itu seakan menembus dan membelai kulitnya secara langsung. Sentuhan Amelia begitu mudahnya menyetrum seluruh saraf dalam tubuhnya hingga menggila dan tak terkendali.

“Calvin ,” panggil Amelia lagi dengan raut memelas.

“I can’t do this, Amelia . Seharusnya ..., aku tidak bisa melakukannya padamu. Kamu ..., aku akan melukaimu,” ucap Calvin serak dan tegang, berniat menjelaskan pada wanita itu.

“Kenapa?” tanya Amelia pelan disertai belaian lembut di wajah Calvin yang malah membuatnya menggemeretak kuat. Mata Amelia menatap Calvin dalam-dalam, seakan mencari jawaban dari pertanyaan itu.

“Aku tidak bisa melakukannya dengan lembut,” ucap Calvin melalui sela-sela giginya saat berusaha menjelaskan. Amelia tampak berusaha mengartikan apa yang ia katakan, namun kerutan bingung di wajah wanita itu membuat Calvin semakin menggemeretakkan gigi, hingga ia merasa mampu menghancurkan gigi-giginya dalam sekejap.

“Aku bermain kasar,” lanjut Calvin tipis.

“K-kasar?” ulang Amelia pelan, tampak berusaha mengartikan kata-kata tersebut di dalam kepalanya.

“Kasar dan menyakitkan,” tambah Calvin tegas yang membuat mata Amelia semakin membesar karena gairah. Calvin tidak tahu apakah Amelia pernah berhubungan intim dengan cara kasar, liar, dan penuh siksaan. Calvin juga tidak tahu apakah Amelia memutuskan pergi di tengah permainannya karena takut. Namun yang pasti, jika ia sudah memulai, tak akan ada yang bisa menghentikannya. Tidak ada!

“A-apa itu akan sangat ..., menyakitkan?” tanya Amelia lemah dengan semburat merah muda di pipi yang menandakan bahwa wanita itu mulai memikirkan beberapa adegan liar dalam kepalanya. Oh, tidak. Ini bukan seliar yang biasanya di pikirkan orang-orang. Ini ..., lebih liar, lebih kasar, batin Calvin geram. Belaian Amelia beranjak dari wajah Calvin , lalu bergerak turun ke bawah hingga berhenti tepat di dadanya.

“Sangat menyakitkan,” geram Calvin yang mulai tak kuasa menahan gairah karena tangan Amelia membelai dadanya dengan lembut. Belaian yang mampu melumpuhkan akal sehatnya dalam sekejap.

Tanpa diduga, Amelia mengangguk pelan. Calvin tersentak kaget, bahkan matanya terbelalak liar melihat anggukan itu. Ia tidak tahu apakah Amelia menginginkan dirinya hanya untuk menambah pengalaman baru dalam berhubungan intim, atau hanya sekedar pelampiasan rasa ingin tahu akan dirinya, atau hanya demi mengalihkan pikiran wanita itu dari barisan teror yang selama ini menghantui. Calvin benar-benar tidak tahu.

Tapi yang pasti, saat ini Calvin tidak peduli apa alasan di balik anggukan itu. Setidaknya, ia sudah mengingatkan wanita itu sebelumnya. Meskipun sebagian dari dirinya menolak untuk menyakiti tubuh Amelia , tapi saat ini gairah benar-benar lebih mendominasi tubuhnya dibandingkan kewarasannya, atau pun ..., rasa belas kasihannya.

Ia menatap Amelia dalam-dalam. Seketika itu pula, darahnya berdesir sepuluh kali lebih cepat, memompa jantungnya lebih kuat, dan mendorong gelombang gairah semakin tinggi hingga rasa panas terasa seperti membakar tubuhnya. Calvin akan melakukannya. Ia tidak akan berhenti sekarang. Tidak akan.

Tangan kanannya bergerak menuju bawah bantal, lalu menarik keluar pisau kesayangannya. Mata Amelia terbelalak takut melihat keberadaan pisau itu, sementara senyum liar nan dingin tersungging di bibir Calvin . Ia tahu, Amelia pasti akan ketakutan melihat pisau kesayangannya. Tapi itulah yang ia inginkan, melihat Amelia ketakutan, menikmati tubuh itu dengan baluran darah, dan melampiaskan gairahnya dengan setiap cara terkasar yang akan membuatnya semakin merasa puas.

“Are you ready?” tantang Calvin dengan seringai liar bak pembunuh berdarah dingin yang selalu menghiasi wajah tampannya setiap kali berniat membunuh korbannya.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel