Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Burung Mleyot

Tyas masih memikirkan ucapan Vina kala dia bertemu dengan janda seksi itu dan mengatakan sesuatu yang masih dianggapnya tabu, maklum, meskipun Tyas adalah seorang pramugari di maskapai internasional, tapi wanita itu sebenarnya adalah wanita yang masih polos jika berhubungan soal seks, terlebih maskapai tempatnya bekerja saat ini adalah maskapai yang menuntutnya menutup aurat. Sehingga tak heran jika wanita cantik berkulit putih porselen itu risih mendengar ucapan Vina yang terlalu terbuka.

"Aku benar-benar menyesal ikut ibu ke rumah tetangga baru itu. Omongannya benar-benar bikin aku geli dan jijik!" kesal Tyas sambil membuka internet di ponselnya dan tak sengaja ia menemukan artikel kesehatan dan … bingo! Mata wanita cantik itu mendelik dan mulut menganga ketika membaca headline dari artikel tersebut yang menulis tentang senam untuk menjaga miss-V tetap sehat, kesat saat berhubungan intim.

"Artikel macam apa ini! Gila!" Tyas langsung mematikan ponselnya dan tak sengaja melempar dengan kencang.

"Eitsss, kenapa dilempar Sayang ponselnya? Ini mahal, lho. Tuh, liat kameranya aja ada empat. Sayang kan kalo sampe rusak." Naren yang baru selesai mandi dan masih handukan segera mengambil ponsel sang istri dan meletakkannya di meja rias. "Ada apa, sih? Kok kayaknya sedang kesal-" Naren mendekati sang istri dan duduk di sebelahnya membelai rambut hitamnya yang wangi aroma sampo vanila.

"Wangi rambut kamu enak banget, ya. Pake sampo apa sih, Sayang?” Naren mulai mendekatkan tubuhnya ke sang istri sambil memberi kode ‘panas’.

“Aku lagi capek, Mas. Nanti ajalah kalo mau ‘main’.” Sahut Tyas memajukan bibirnya tak senang.

“Hhh, padahal sengaja mandi malem biar wangi pas ‘main’, malah-” Naren berdiri dan melepas handuknya di depan sang istri.

“MAS!!!” pekik Tyas langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Apaan sih pake teriak segala! Bikin kaget aja!” Naren sedikit kesal dan terkejut akan pekikan sang istri.

“Lagian kamu! Main buka-bukaan aja! Malu tau!” sahut Tyas masih menutupi wajahnya yang kemerahan.

“Hhhh, kita kan udah nikah, Sayang. Kecuali kalo belum nikah … baru kamu boleh ngomong kaya gitu. Lha, kita udah nikah, apalagi yang mesti ditutupi?”

“Tapi kan-”

“Sudah, Mas capek! Mau tidur!”

Tanpa basi-basi lagi, Naren segera mengambil posisi tidur dan membelakangi sang istri memeluk guling warna biru dan mematikan lampu tidurnya.

‘Hhhh, apa Mas Naren marah ya aku tak melayaninya?’ gumam Tyas melihat sang suami yang dingin dan ketus.

Tyas juga ikut merebahkan dirinya dan terlentang diapit sebuah guling besar di tengah-tengah. Sambil menghela napas, Tyas bergumam, ‘Apa aku besok coba ke tetangga baru itu, ya-’

***

Kediaman Tante Vina,

“Ah-” Desahan nikmat yang keluar dari bibir tipis berselimut lipstik tebal milik Tante Vina memenuhi kamar yang warna pink dengan wallpaper bunga mawar warna pink pula. Kamar yang harum, ranjang peraduan yang nyaman dan empuk, jendela yang tertutup rapat, nikmat mana lagi yang akan didustakan oleh dua pasang makhluk Tuhan yang sedang bercinta ini.

Ed, pria brondong yang memiliki perawakan orang Barat menjadi brondong kesayangan Tante Vina kala sang tante memerlukan wadah untuk menyalurkan hasrat seksualnya yang lama tak ia dapatkan dari mantan suami yang telah pergi dengan selingkuhannya.

Berbalut pakaian tidur warna hitam menerawang serta pakaian dalam warna senada dan berenda, membuat ‘rudal’ besar Ed menegang dengan sempurna. Wangi aroma lavender yang disemprotkan ke tubuh Tante Vina membuat Ed tak lagi dapat menahan keinginannya untuk segera bercinta dengan sang tante binal.

“Kau tampak menggoda Sayang malam ini.” Ucap Ed kala bibir serta lidahnya bermain di antara lipatan dan kelok tubuh sintal sang tante

“Ah, sepertinya kamu juga sudah tegang ni, Sayang. Besar dan panas juga panjang. Langsung masukin, ya-” pinta Tante Vina berbisik mesra sambil megang ‘rudal’ besar milik Ed yang tak lagi mampu disembunyikan di dalam celananya.

“Masa langsung, sih. Ga seru, ah, Sayang. Kayak biasalah…foreplay dulu, disayang dulu, baru deh..si ‘dedek’ aku masukin.” Ucap Ed kini menjilati leher jenjang sang tante hingga membuatnya tak berhenti mendesah. 

“Kita lagi ga di hotel, Sayang. Gimana kalo nanti ada yang curiga?” tanya Vina sembari mendesah.

“Makanya aku ga bawa mobilku, kan? Biar ga ada yang curiga, Sayang. Ayolah-” Ed memutar tubuh Vina menghadap padanya dan memintanya untuk melakukan ‘pemanasan’ sebelum mereka ‘bermain.’

“Ah, yes, di situ, Sayang … ah, bener di situ, Sayang.” Ed dengan suara desahnya tak mampu menyembunyikan kenikmatan dari lumatan mulut Tante Vina. Berkali-kali mulut si tante membuat otak Ed tak sinkron dengan alam sadarnya. Lumatan dan jilatan Tante Vina benar-benar membuat brondong muda ini seperti di-reload kembali.

“Ah, kamu memang yang terbaik, Vina. Ga salah jika aku pilih kamu, mantan suami kamu aja yang ga bisa buat kamu puas dan bergairah.”

“Jangan buat mood-ku ancur deh! Aku udah lupain dia, mau dia ngapain kek bukan urusan aku agi! Yang penting kamu harus selalu ada untukku, ya, Sayang.” Vina langsung melancarkan serangannya secara bertubi-tubi, membuat Ed dengan cepat mengeluarkan cairan di dalam batang miliknya.

“Sekarang giliranku.” Ed menggendong tante Vina ke ranjang peraduan dan merebahkan tubuh sintal sang tante dengan lembut, pahatan indah layaknya dewi Yunani terpampang dengan begitu jelas di depan mata Ed yang sedang kelaparan dan langsung liar.

Lidah panjang dan panas milik sang brondong mampu membuat sang tante berada di singgasana langit ketujuh, tepat dan menggugah birahi. Tante Vina tak dapat mengelak jika Ed memiliki sex appeal yang tak mampu ditolak oleh wanita manapun.

“Oh, Ed. Aku suka caramu melayaniku. Aku suka bagaimana kau ‘memandikanku’ dengan lidahmu. Aku suka dengan gaya bercintamu. Sekarang, bisakah kau memberikanku milikmu? Aku ingin milikmu memenuhi perutku, aku ingin semua cairanmu menyembur mengenai perutku, biar kurasakan panasnya milikmu, Ed.” Vina semakin menggila.

“Akan kau dapatkan semuanya, babe!”

Ed langsung ‘menghajar’ Vina xdengan ‘rudal’ besarnya, menggoyang-goyangkan, naik-turun tubuh sang lelaki membuat Tante Vina mengerang sepuasnya,

“Sayang, jangan kencang-kencang! Nanti ada yang denger, gimana?”

Namun, Tante Vina bergeming dan dia semakin menikmati tempo permainan Ed.

***

Sementara itu, Tyas yang sejak tadi tak bisa tidur hanya melihat-lihat ponselnya dan berselancar di jejaring sosial miliknya. Chat antar sesama teman pramugari membuatnya sedikit melupakan sikap sang suami dan tetangga barunya. Hingga Tyas mendapat sebuah pesan dari seorang pria dengan memakai pakaian pilot tempatnya bekerja.

“Aku merindukanmu, kapan kita akan bertemu?”

Tyas langsung keluar dari jejaring sosial miliknya. Dia tak berani membuka lagi salah satu aplikasi pesan yang ada di dalam ponselnya. Wajah pucat karena terkejut membaca isi salah satu pesan tersebut membuat Tyas memilih untuk mencoba memejamkan matanya.

Kembali ke rumah Tante Vina, waktu telah menunjukkan puku 04.00. Ed yang tampak kelelahan setelah bercinta semalaman dengan Vina tertidur pulas di atas ranjang peraduan milik sang tante. Vina yang masih terjaga dan selesai membersihkan dirinya membangunkan sang brondong dengan ciuman dalam dan lembut di bibir lelaki perawakan bule tersebut.

“Engghhh,”

“Sayang, Ed-” Vina terus menjulurkan lidahnya, merangsek ke dalam rongga mulut Ed dan memainkan lidahnya.

GREP!

Dengan cepat, Ed melingkarkan tangannya ke pinggang ramping tante, mendekapnya dan membalas ciuman sang tante dengan liar.

“Ummm … Ed, ummm-” Vina tak mampu berkata setelah Ed membalas ciuman Vina dan kini tombak perkasa milik Ed bangun kembali. Vina yang merasakn ada sesuatu yang ‘menyundul’ organ kewanitaannya segera menarik diri dan mendorong tubuh Ed.

“Hei, what’s wrong, babe? Why you push me?” tanyay Ed bingung.

Vina melirik ‘rudal’ milik Ed yang berdiri tegak 90 derajat dan memegangnya. “Oh, fuck! Yes, babe, kamu memang tahu apa yang aku inginkan-” ucap Ed memejamkan matanya sambil berfantasi ria. Vina yang masih memegang ‘rudal’ besar, tegang, dan panas milik Ed menyeringai dan langsung menekannya dengan keras hingga Ed teriak dan membuka matanya.

“Vina! Apa yang kamu lakukan? Sakit tahu!” kesal Ed mengelu-elus ‘rudal’ miliknya.

“Tak usah banyak tanya! Cepat pakai pakaianmu dan segera pergi dari rumahku! Mumpung belum banyak orang yang bangun jadi kamu masih bisa pergi dengan leluasa.” Jelas Vina melemparkan pakaian Ed ke sang empunya.

“Oke … oke, aku paham! Tapi bagaimana dengan ini?” Ed menunjuk ‘rudalnya’ yang menegang dan membesar.

“Hhhhhh, oke … oke! Berbaring, cepat!” perintah Vina dengan ekspresi kesal. Bak profesional, sang tante kemudian memperagakan gerakan mengulum dan melumat juga menjilat dengan lihainya pada batang perkasa milik Ed sang brondong. Cepat dan mengenai sasaran! Begitulah cara Tante Vina bekerja. 

“Ayolah, kenapa ga keluar, sih! Lama amat!” kesal Tante Vina melihat jam telah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Suara ayam berkokok pun mulai terdengar meskipun dia tinggal di dalam perumahan yang terbilang cukup elit di kota Pelajar.

“Auw! You bite my ‘bird’!” jerit Ed mendesis.

“Sengaja!” balas Vina kesal.

“Hhhh, kenapa, Sayang? Kok kamu kaya ga selera gitu, sih?” 

“Gimana mau selera! Udah jam berapa ini? Gimana kalau orang-orang liat kamu! Mereka taunya kan aku tinggal sendiri!” Kesal Vina sambil mengulum batang perkasa Ed dengan menggerutu.

“You can put men into the car. Don't you have a ride? Kenapa mesti repot, sih?!” Ed ikut-ikutan kesal.

“You fucking crazy boy! Mana mungkin aku memasukkanmu ke dalam mobil sementara dua rumah dari rumahku adalah rumah pak RT!” Vina yang kesal langsung melepaskan tangannya dan membiarkan ‘burung’ Ed menegang tanpa diobati.

“Ya, terus apa urusanku? Aku kan ga kenal mereka dan mereka ga ada hubungannya sama yang kita lakukan sekarang, Sayang. Ayolah … masih tegang dan ‘bernyanyi’ nih.” Goda Ed sambil menggesek-gesekkan ‘burung’ tegangnya.

“Jangan sampai aku menendang burungmu hingga mleyot, ya! Aku sedang tak ingin bercinta dan jangan paksa aku! Sebaiknya kau segera pergi dari sini atau ….

Suara bel rumah Vina tiba-tiba berbunyi pukul 05.15 menit. Waktu yang sangat pagi bagi seseorang untuk bertamu.

“Kau dengar itu? Ada seseorang yang membunyikan bel rumahku-”

“Biarkan saja. Lebih baik kita selesaikan urusan kita yang sekarang.” Ed terus memaksa Vina agar mau melayaninya dan …

GREP!!

Sang Tante langsung meremas ‘burung’ Ed dan seketika sang brondong teriak dengan kencang hingga Vina terpaksa membekap mulutnya dengan tangannya.

“DIAM! Nanti kita digerebek!” Melotot Vina ke arah brondongnya.

Ed mengangguk tanda mengerti. Sambil menahan sakit ‘burungnya’, Ed duduk dengan sedikit anggun menahan rasa ngilu dan sakit sementara sang tante keluar kamar menuju pintu utama kediamannya.

Bunyi yang semakin kencang dari suara bel rumah Vina membuat wanita seksi itu bergerak cepat menuruni tangga lanti dua rumahnya.

“Iya, sebentar. Duh, ga sabaran banget, sih! Siapa yang ga punya etika sih pagi-pagi ke rumah orang!” Tante Vina menggerutu sepanjang turun dari tangga.

Tangannya langsung membuka gagang pintu warna kuning emas. 

“Selamat pagi.”

“Anda? Mau apa pagi-pagi ke rumahku?”  tanya Vina terkejut ketika tahu siapa yang datang sepagi buta ke rumahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel