Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Mengintip Tetangga Baru

“Yas, ayo, udah selesai belum dandannya?” tanya Nyonya Rina, ibu Naren yang tampil dengan gamis warna hijau tosca berpadu padan dengan warna senada ditambah aksesori bros warna merah ruby menambah cantik penampilan wanita berusia 50 tahun ini.

“Iya, Bu. Tyas sudah selesai. Maaf menunggu Ibu lama.” Ucap Tyas yang tak kalah cantik dengan sang mertua. Istri Naren itu menggunakan abaya Arab hitam dengan motif garis kuning lurus di tengah-tengah serta kerudung warna pastel dan riasan ringan yang tak menghilangkan kecantikan alami yang telah dimiliki oleh istri Sebastian Narendra Gunawan itu.

"Masya Allah, cantiknya istriku-" ucap Naren terpukau melihat sang istri yang biasanya tampil buka-bukaan kini menjelma layaknya wanita Arab yang cantik dan memukau.

"Ih, apaan sih, Mas, malu tau!" Pipi putih sedikit chubby milik Tyas segera merona mendengar pujian sang suami.

"Kalian mau ke mana?" tanya Pak Ndaru, ayah Naren yang sedang memainkan burungnya.

"Lho, Ayah lupa, ya? Ibu kan udah bilang mau ke tetangga baru kita itu, diundang selametan, Yah." Jelas Ibu membetulkan kerudungnya. "Gimana kerudung Ibu? Udah oke, kan?" tanyanya pada Tyas.

"Oke … oke, Bu." Kedua jempol Tyas langsung diacungkan.

'Aku penasaran, siapa sih tetangga baru yang mereka bilang. Perasaanku rumah kosong yang dekat dari rumahku ya si cewek seksi gemoy itu.' Gumam Naren sambil terus berpikir menerawang.

"Ren, Naren … Naren!" panggil sang Ibu sedikit menaikkan intonasi suaranya.

"Eh, y-ya, Bu."

"Malah bengong, kamu mau ikut ndak ke rumah tetangga baru kita?"

"Enggak, Bu. Naren capek, mau istirahat. Mumpung hari Minggu, hehe," kekeh Naren.

"Ya sudah. Tyas, tolong kamu bawa bolu yang ada di meja makan, ya. Ga enak kalo kita lengang kangkung aja ke rumah tetangga."

"Iya, Bu."

Tak lama setelah sang istri dan ibunya pergi ke rumah tetangga yang mengundang mereka selametan, Naren juga ikut beranjak dari ruang tamu keluarga sementara sang ayah masih sibuk dengan burungnya.

"Mau ke mana kamu, Ren? Main kabur aja."

"Kamar, Yah. Badan Naren capek, pegel-pegel semua." Ujar Naren sambil melemaskan otot-otot tangannya.

"Kebanyakan kali kamu semalem," celetuk Ayah.

"Kebanyakan ngapain, Yah?"

"Halah, pake pura-pura bego! Laki-laki kalo terlalu banyak ngeluarin, malah lemes, jangan sampe tuh dengkul kamu kopong gara-gara ngeluarin terus." Kekeh sang Ayah sambil memberi siulan burungnya.

"Ih, Ayah. Tenang aja, Naren kan kuat dan lagipula ada rahasianya, jadi Naren ga akan pernah lemes meski udah berkali-kali 'main'." Balas Naren terkekeh.

"Yaudah sana kalau mau ke kamar, ganggu Ayah mainin burung aja."

Naren hanya tersenyum simpul mendengar ucapan sang Ayah sambil menggelengkan kepala. Di kamar, Naren yang penasaran akan undangan yang diterima istri dan ibunya, iseng-iseng menggeser pintu jati yang langsung mengarah ke balkon kamarnya. Mata coklat hitam milik Naren segera menyasar bak elang yang tengah mengintai buruannya. Tepat, tajam, akurat, dan ketika mata itu telah mendapatkan buruannya, ia dengan cepat menangkapnya!

Pas ketika Naren melihat ke arah timur rumahnya, pria itu melihat keramaian dari rumah tingkat berwarna merah bata dengan pemanas di atasnya serta genteng warna merah yang ditanami beberapa pohon hias dalam pot di lantai atas rumah yang selama dua bulan ini tertulis tanda ‘DIJUAL’. 

‘Bukankah itu rumah di mana aku melihat wanita seksi itu kemarin? Apa jangan-jangan-’

Tanpa pikir panjang, Naren keluar dari kamarnya dengan terburu-buru dan menuju rumah yang letaknya hanya dua rumah dari kediamannya.

‘Benar ini tempatnya! Jadi, si wanita seksi itu tinggal di sini? Siapa ya kemarin namanya-” Naren mencoba meraba seluruh badannya mencari ponsel miliknya.  “Ah, sial! Kenapa pakai ketinggalan sih tuh ponsel di kamar!” gerutunya kemudian mengintip dari balik pohon palem yang tak jauh dari rumah Tante Vina.

Sementara itu, di dalam kediaman Tante Vina, para ibu-ibu komplek tempat Tante bertempat tinggal tampak terperangah dengan semua koleksi guci dan tas ber-merk yang bukan abal-abal apalagi kalengan! Gucci, Dior, Prada, YSL, hingga Hermes, dijadikan pajangan oleh sang empunya rumah di lemari kaca yang tinggi samping kanan-kiri ketika para tamu baru masuk ke dalam rumahnya, sedangkan tak jauh dari lemari kaca, terdapat beberapa guci warna-warni nan cantik mempesona mata berdiri dengan kokoh di pojok rumah mewah dengan lampu kristal besar dan indah.

"Rumahnya besar dan bagus, ya. Suami saya belum tentu mampu belikan saya rumah kaya gini!" celetuk salah satu ibu-ibu komplek sambil mengibaskan kipasnya.

"Iya, ya, Jeng. Apik (bagus) banget rumahnya. Kaya istana! Padahal waktu pak Pandu masih tinggal di sini, rumah ini kaya biasa-biasa aja, bahkan kaya ga diurus. Penasaran deh saya, siapa sih pemilik benda-benda kaya gini, artis apa, ya?" celetuk seorang wanita berkonde di sebelahnya.

Tyas dan sang mertua hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan mereka yang masih tercengang dan terperangah. Sejujurnya, Tyas pun sedikit 'kaget' melihat isi rumah sang tetangga baru yang ternyata di luar dugaan, namuj karena gengsi, ia tak mau menunjukkannya.

"Selamat siang, selamat datang ibu-ibu semuanya."

Suara lembut nan merdu bagai biduanita menyapa para tamu undangan acara selamatan dari tangga yang sedang dituruni. Seorang wanita yang mengenakan abaya warna abu-abu dan beberapa perhiasan mewah serta wajah glowing bak artis K-Pop, tersenyum dengan mengembang berbaur dengan para undangan.

"Maaf, menunggu lama. Perkenalkan, nama saya Raquela Vina Anandita, atau disapa Vina. Saya adalah pemilik rumah ini dan terima kasih atas kedatangan ibu-ibu sekalian yang bersedia meluangkan waktunya untuk hadir di istana mini saya." Ujar Tante Vina menepuk kedua tangannya hingga semu gelang emas dan perak miliknya bergoyang.

"Jadi dia pemilik rumah pak Pandu? Masih muda, ya. Tapi, lihat aja pakaian dan perhiasannya, kaya toko mas berjalan." Bisik-bisik dua wanita tepat di belakang Tyas dan mertua.

'Jadi ini tetangga baruku? Norak banget, sih dandanannya! Kaya biduanita mau manggung!' cibir Tyas dengan ekspresi malas.

"Selamat siang, terima kasih karena telah mengundang kami di kediaman Anda. Saya Ibu Rina, istri dari Bapak Ndaru selaku RT di sini dan selamat datang ya, Mbak Vina." Ucap Rina sembari memberikan kue bolu pada Vina.

"Terima kasih Bu RT atas sambutan dan kedatangannya." Balas Vina dengan memamerkan deretan gigi putih bersih dan senyum manisnya.

Setelah setengah jam lamanya acara selamatan rumah Vinna, sang empunya rumah 'open house' rumah mewahnya. Para tamu dibuat kagum dengan kolam renang mini di taman belakang, gazibu mini yang cukup nyaman, serta beberapa peralatan senam yang terpajang di taman belakang.

"Mbak Vinna ini suka olahraga, ya? Kok da alat senam di sini?"

"Iya, Bu. Kebetulan, saya adalah pelatih senam. Kalau misalnya Ibu-ibu mau senam, nanti bisa masuk sanggar saya. Saya kasih harga spesial." Kekeh Tante Vina dengan gaya ala-ala sosialita.

Tyas mulai tak suka dengan tetangga barunya. Menurutnya, tetangga barunya kali ini sangat di luar dugaan! Muda, cantik, kaya, untung saja ia tak jadi minta tolong sang suami untuk membawakan kue yang dipesan sebelumnya. Kalau tidak ….

Dengan muka masam, Tyas terus memperhatikan tingkah laku tetangga barunya, Rina, sang ibu mertua juga tak luput dari 'tebar pesona' wanita itu. Layaknya sahabat yang tak bertemu lama, Vina dan Rina langsung akrab, bahkan Rina langsung menyuruh sang menantu untuk mengikuti kelas Vina.

"Kamu harus ikut juga, lho, Tyas. Senam itu bagus, lho. Selain untuk membuat badan tetap sehat, segar, enak dipandang suami, sama satu lagi-" bisik sang mertua.

"A-apa, Bu?" tanya Tyas mendekati sang mertua.

"Bikin suami betah di ranjang." Senyum sang mertua.

Sontak, semua tamu yang ada di sana tersenyum-senyum mendengar ucapan Rina, sementara Tyas menahan malu dan hingga wajahnya memerah layaknya udah rebus yang terlalu lama di panci.

"Kenapa mesti malu, Mbak. Saya juga kalo misalnya punya pasangan, bakal senam, apalagi senam buat si itu tu-" Vina mengedipkan sebelah matanya sambil mendekati Tyas.

"I-tu tu siapa ya, Mbak?" Tyas sedikit risih dengan kata-kata Vina.

"Masa Mbak ga tau, sih. Miss V kita-lah, Mbak. Kalau ga dijaga dan dirawat, bakal ga enak dan ga keset." Kelakar Vina disambut gelak tawa lainnya, termasuk sang mertua.

Tyas merasa dipermalukan dalam acara itu! Ekspresinya benar-benar sangat tak nyaman berada di lingkungan orang-orang yang menurutnya terlalu vulgar.

'Menyesal aku ikut dengan Ibu ke sini! Lebih baik aku di rumah, memanjakan Mas Naren timbang harus mendengar ocehan dan celetukan tak berguna macam ini!' gerutu Tyas.

Vina yang melihat ekspresi tak senang Tyas, sekali lagi mendekati wanita polos itu dan berkata, "Mbak bukannya yang suaminya nabrak saya, ya?" 

"Hah? Yang mana, ya, Mbak?" Tyas sedikit terkejut.

"Yang waktu olahraga tempo hari dan Anda mengatakan jika saya 'agak' gatal, murahan, dan binal."

Tyas langsung mendelikkan kedua matanya. Tak percaya jika dia akan ke rumah wanita yang pernah diumpatnya secara diam-diam. "I-itu Anda?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel