Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Janda Seksi Penggugah Birahi

Sebuah mobil merah menyala ber-plat luar kota pelajar berhenti di sebuah kafe di daerah tempat nongkrongnya anak-anak gaul kota itu. Hingar bingar musik serta riuhnya para kawula muda tak membuat wanita yang baru saja turun dari mobil sedan Eropa tersebut kalah cetar dengan mereka. Justru sebaliknya! Dengan rok mini warna pink, sneaker putih, serta kemeja tipis warna putih yang memperlihatkan dalaman warna hitam dan dua gundukan gunung kenyal yang buat pusing para lelaki normal atau hidung belang.

Wanita dengan rambut sepinggang hitam lebat itu pun duduk di tengah-tengah kafe yang memang tak pernah sepi pengunjung. Mata haus belaian wanita cantik para kaum adam pun langsung tertuju pada wanita itu kala ia duduk melipat kakinya, memperlihatkan betis ramping kecil putih mulus tanpa bulu-bulu.

“Sendirian aja, ni? Mau aku temenin, ga?” 

Salah seorang pemuda mendekati wanita itu dengan penuh percaya diri.

“Boleh, duduk aja. Ga ada yang larang kok,” ucap wanita itu dengan suara manjanya.”

“Suara kamu seksi, deh. Boleh tau ga nama kamu siapa?” Pemuda itu menyodorkan tangan ke wanita itu. Belum sempat merasakan lembutnya tangan wanita itu, tiba-tiba seorang pria dengan tubuh atletis, perawakan bule, wajah sugar daddy, kulit kecoklatan masuk ke dalam kafe tersebut dan menghampiri sang wanita.

“Hey, babe. Dah lama nunggu?” Pria itu langsung menyambar pipi kanan-kiri dan bibir sang wanita.

“Ih, kamu nakal, deh! Ngapain sih pake cium bibir segala, malu tau ada anak kecil di situ.” Tunjuk wanita itu menyeringai.

Pria kekar itu langsung melirik ke arah pemuda yang mengajak kenalan tadi dan seketika nyalinya ciut dan menyingkir dari hadapan keduanya.

“Dia siapa?” tanya pria yang kini jadi pusat perhatian para kaum hawa di kafe itu.

“Bukan siapa-siapa. Hanya anak kecil yang mungkin ingin ‘dibangunkan’-” Goda sang wanita dengan genitnya mulai menggerayangi sang pria.

“Plis, deh! Kalo mau open BO jangan di sini! Ke hotel sana! Jijik tau ga!” salah satu pengunjung kafe tersebut terlihat kesal dengan kelakuan sang pria dan wanita.

“Tau, tuh! Macam wanita gatel yang ga pernah dibelai ama lelaki aja!” nyinyir pengunjung yang lain.

Bukannya marah, namun si wanita malah dengan santai tersenyum menanggapi dan berkata, “Kalian iri karena ga bisa kaya aku? Body-ku bagus, kulitku juga terawat dengan sangat baik, dan aku punya banyak uang, dusta mana lagi yang mau aku ingkari?” sindir wanita itu langsung menarik lengan kekar sang pria meninggalkan kafe tersebut ke parkiran mobil.

“Kamu lagi sehat, kan Vin?” tanya pria itu saat mereka tiba di parkiran mobil.

“Pake mobil kamu aja, deh Ed. Jangan mobilku!” ucap wanita yang tak lain dan tak bukan Tante Vina, janda seksi yang sedang digilai Naren.

“Oke. Trus, gimana mobilmu?”

“Gampanglah, aku bisa suruh supir nanti buat ambil. Ayuk, ah. Udah ga tahan, nih pengen dimasukkin!” godanya dengan suara manja.

“Pinter banget sih kamu mancing-mancing birahiku. Aku juga udah ga tahan-”

Keduanya tak perlu menunggu lama! Tante Vina dan pria yang dipanggil Ed tersebut langsung meninggalkan kafe dan mencari tempat untuk mengeluarkan nafsu liarnya. Sepanjang jalan, jemari Vina tak pernah berhenti menggerayangi bagian-bagian sensitif sang pria. Dengan cekatan dan layaknya seorang profesional, lembutnya sentuhan tangan Vina membuat batang keperkasaan milik Ed tegak lurus 90 derajat! Vina, dengan segala sex appeal yang dimilikinya, mampu membuat pria mana pun dengan mudah jatuh ke dalam lumpur kenikmatan yang dibangunnya.

“Jangan ditahan, Sayang. Sudah keras banget, tuh. Emang kamu ga pusing apa?” Vina meremas, menjamah, mengelus batang keperkasaan milik sang pria yang masih terbalut pakaian utuh.

“Vina, tahan dulu, donk. Bentar lagi sampe hotel. Aku juga lagi nyetir. Ntar kalo kenapa-kenapa gimana?” Ed mulai tak fokus menyetir melihat Vina yang terus menggoda batangnya.

“Kamu apa ga pusing, Sayang? Kita nepi aja dulu, daripada kamu pusing. Tuh, lihat muka kamu udah pucet, ayolah, kita nepi aja dulu, ya atau-” 

“Atau apa? Jangan macem-macem, Sayang. Ini lagi rame jalanan. Apa kamu ga takut ada yang liat?” Ed mulai panas dingin.

“Kaca mobil kamu kan gelap, mana mungkin keliatan. Udah, ah. Aku udah ga tahan! Aku mau sekarang!” Tanpa izin dari sang empunya, Vina langsung membuka resleting sang pria dan … voila! Sebuah daging setengah matang ukuran jumbo siap untuk ‘disantapnya!’

‘Benar-benar wanita seksi, cantik, tapi sinting! Bisa-bisanya dia saat aku sedang mengemudi, dia-’ Ed melihat Vina di samping tempat duduk supir membungkukkan badan sambil menjilat, mengulum, meremas batang tegak miliknya hingga pria itu benar-benar tak berdaya.

Kaca mobil milik pria itu memang gelap, namun tetap saja Ed merasa khawatir kalau-kalau ada yang ‘iseng’ melihat apa yang sedang mereka lakukan di dalam mobil, terlebih hari masih siang.

“Vina, Sayang-”

Namun panggilannya tetap tak digubris! Malah sang tante dengan lahapnya terus mengulum dan menjilat batang miliknya yang masih mengeras. “Oh, fuck! Yes, baby, right there!” tanpa sadar Ed mendesah menikmati tiap jilatan lidah panas sang janda seksi.

“Oh, you make me hard, Vina! Aku udah ga tahan lagi!” Kali ini, Ed langsung melajukan mobilnya kencang dan mencari tempat ‘sementara’ untuk meredakan pusing di kepalanya. 

Tak lama, mereka tiba di hutan tengah kota yang cukup rimbun dan sepi karena memang jam-nya orang kerja. Hanya ada beberapa yang melewati tempat itu. Vina yang masih menempelkan mulutnya di batang perkasa milik Ed langsung ditarik paksa dan mulailah sang arjuna melahap dan melumat liar bibir seksi tante Vina yang penuh dan menggiurkan.

“Umm, ah, Ed-”

“Ssst, jangan berisik, Sayang. Kita belum sampai hotel. Nanti kalo ada yang denger gimana?” bisik Ed kini menggerayangi leher jenjang bagian belakang putih mulus sang janda. “Ah, Ed … ayolah, kapan giliranku? Aku tak tahan lagi. Aku ingin segera-”

Ed menjilati cuping kenyal putih milik janda seksi itu dengan lahapnya. Sesekali saliva jatuh ke leher Vina, namun karena birahi telah menyelubungi keduanya, seberapa banyak pun cairan dari mulut yang jatuh, tak akan digubris.

Vina yang telah sampai di puncak birahinya, memaksa melepas kancing baju Ed. Pria itu mencoba menahan, namun Vina yang tak tahan lagi terus memainkan jemarinya, meringsek ke dalam dada hangat sang pria, mengalungkan tangan di kedua lehernya dan merasakan panasnya batang perkasa milik Ed.

“Ayolah, Sayang, masukkan … aku sudah tak tahan!” Vina terus memegangi batang milik Ed. “Sangat panas, lho, ini. Apa kau tak ingin melakukannya? Ayolah-”’ pinta Vina seraya menggigit lembut dagu lancip dengan rahang yang keras dan kuat Ed

Ed pada akhirnya menyerah dan menuruti kemauan sang janda seksi. Panasnya batang milik Ed benar-benar seperti neraka yang menggoda, panas-panas nikmat! Itulah yang dirasakan oleh Vina sekarang.

"Ah-" desahan dan udara berembun karena AC mobil yang terus-menerus dinyalakan, membuat kaca mobil tersebut serasa berada di daerah pegunungan. 

Vina dan Ed yang sedang menjajaki posisi enak mereka tiba-tiba dikejutkan dengan suara seperti langkah kaki yang mendekati mobil keduanya. Karena hari masih cukup terang, maka dengan mudah orang akan mengetahui keberadaan mereka.

"Sedang apa kalian di sana!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel