Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Ketakutan Salimar dan Rosalinda

Bab 8 Ketakutan Salimar dan Rosalinda

Salimar dan Rosalinda yang baru saja terlelap, terpaksa bangun. Tidur keduanya terganggu oleh gedoran di pintu kamar mereka.

Mengucek kedua matanya, Salimar beranjak duduk.

"Siapa sih, yang gedor pintu seperti itu," gerutu Salimar kesal.

"Sudah, bangun sana. Buka pintunya biar dia berhenti. Aku masih ngantuk, Salimar." sergah Rosalinda dengan suara serak.

Rosalinda mendorong lemah tubuh Salimar. Salimar melemparkan selimut ke arah temannya. Menurunkan ke dua kakinya ke lantai, gadis itu berjalan ke arah pintu dengan terhuyung.

Dok! Dok! Dok!

"Sebentar!" seru Salimar menghampiri pintu kamar.

Setelah pintu terbuka, terlihat dua orang pria berbadan besar berdiri di depan kamar mereka.

"A-ada apa kalian ke sini?" tanya Salimar tergagap.

Bukannya menjawab pertanyaan Salimar, kedua lelaki itu menerobos masuk ke dalam kamar.

"Dimana Rosa?" tanya pria itu sembari mencari-cari ke sekeliling ruangan.

Salimar yang ketakutan segera beringsut masuk ke dalam kamar.

"A-ada di dalam. Sudah tidur," ucap Salimar gemetar ketakutan.

Salah satu pria itu mendorong Salimar ke arah dalam dengan kasar.

"Bangunkan dia. Bawa Rosa ke sini, cepat!" Perintah pria itu.

Salimar bergegas menuju ke arah dalam. Masuk ke dalam kamar, Salimar segera membangunkan temannya.

"Linda, bangun. Mereka mencarimu, Linda. Cepat bangun!" Dengan menggoyangkan tubuh gadis itu, Salimar berusaha untuk membuat Rosalinda segera bangun.

"Ada apa sih? Kenapa mengganggu tidurku," kesal Rosalinda.

"Itu di depan ada para penjaga. Mereka memanggil kamu dan aku. Cepat! Kalau tidak, mereka bisa marah," pekik Salimar tak sabar.

Mendengar hal itu, seketika mata Rosalinda terbelalak lebar. Rasa kantuknya hilang seketika. Berganti dengan kecemasan dan ketakutan.

"Ada masalah apa lagi, Salimar? Kenapa mereka sampai datang kemari?"

"Aku juga tidak tahu. Cepatlah ... lebih baik kita keluar sekarang," ujar Salimar gelisah.

Dengan memberanikan diri, kedua gadis itu keluar menemui para penjaga klub. Hati mereka berdebar kencang. Antara penasaran dan juga ketakutan. Sesampainya di ruang tamu, mereka berdiri diam saling berpegangan tangan dengan erat.

"A-ada apa kalian mencariku?" Rosalinda memberanikan diri untuk bertanya pada kedua lelaki seram itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Rosalinda, mereka segera menyeret Salimar dan gadis itu keluar dari ruangan tersebut. Menutup pintu kamar itu dengan kasar.

Mendapat perlakuan seperti itu, sontak saja membuat Salimar dan Rosalinda terkejut setengah mati. Mereka ketakutan. Namun berusaha untuk berontak.

"Kenapa kalian menarik kami seperti ini? Apa salah kami?!" pekik Salimar tak terima.

"Tunggu dulu. Jelaskan dulu kenapa kalian melakukan hal ini pada kami berdua? Mau dibawa ke mana kami ini?!" teriak Rosalinda berusaha melepaskan cengkraman tangan pria itu di lengannya.

Merasa terusik dengan teriakan dan pekikan mereka, salah satu dari pria itu segera membentak dengan dingin.

"Diam! Atau kalian akan kami bunuh!" bentak pria itu melontarkan ancaman.

Seketika kedua gadis itu terdiam kaku. Mereka bungkam karena rasa takut yang menguasai mereka.

Melihat para gadis yang diam dan tenang, lelaki itu segera melanjutkan perjalanan menuju ke ruangan sang Bos.

'Ya Tuhan, apa lagi ini? Aku merasa menyesal, melarikan diri dari rumah. Aku ingin pulang dan bertemu dengan Ayah,' rintih Salimar menyesal di dalam hatinya.

'Tuhan, jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kami. Lindungi kami, ya Tuhan," do'a Rosalinda di dalam hatinya.

Kedua gadis itu di dorong masuk ke dalam ruang pribadi milik sang Bos. Sementara para penjaga itu segera membungkuk hormat pada sosok pria yang berdiri membelakangi mereka semua.

"Bos, kami sudah membawa mereka berdua ke sini," lapor salah satu dari pria besar itu.

Sosok itu perlahan memutar tubuhnya menghadap ke arah mereka semua. Terlihatlah sosok seorang pria bertubuh besar dengan perut sedikit membuncit dan wajah gemuk penuh lemak.

Salimar dan Rosalinda bergidik ngeri. Melihat seringai di wajah pria itu. Seakan mereka melihat air liur yang menetes dari bibir tebal pria yang dipanggil Bos oleh para penjaga.

"Jadi ini, gadis pelayan baru yang berani membuat keributan di hari pertama kerja," ujar Bos pria itu tenang.

"Benar, Bos Dony. Gadis yang berambut panjang itulah pelayan baru di klub kita. Lalu yang satunya adalah gadis yang memasukan dia untuk kerja di sini," terang penjaga itu pada sang Bos.

Dony beranjak mendekati kedua gadis tersebut. Tatapan matanya yang tajam, menelusuri tubuh kedua gadis itu dengan intens. Membuat Salimar dan Rosalinda ketakutan juga risih.

Ada seringai jahat yang terbentuk di sudut bibir Dony, ketika melihat lekukan tubuh ranum di depannya. Sebelum tawa mesumnya keluar.

"Berani sekali kalian membuat kekacauan di dalam klub milikku, Hah?!" Dony menjepit dagu Salimar dengan ibu jari dan telunjuknya. Menarik ke dekat wajahnya yang mengeluarkan amarah.

"Seharusnya kau layani pelanggan dengan baik. Bukannya membuat keributan dengan mereka dan membuat kerugian di sini," desis Dony dingin.

"T-tapi mereka tak sopan, Bos. Mereka keterlaluan dan arogan," sahut Salimar berani.

Mata Dony semakin memerah. Memperlihatkan amarahnya yang kian tersulut. Cengkraman di dagu Salimar juga kiat menggerat. Membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Tidak sopan? Kau merasa mereka tidak sopan? Sementara kau sendiri tak becus kerja di sini!" ujar Dony menyentak kasar cengkramannya hingga terlepas dari dagu Salimar. "Kalian itu cuma pelayan. Jadi tugas kalian untuk melayani mereka dengan baik. Bukannya melunjak seperti ini. Paham!"

Salimar memegangi rahangnya yang kesakitan. Tak mampu untuk membalas ucapan dari lelaki di depannya itu. Hingga dia mendengar Rosalinda menjawabnya.

"Kami memang pelayan, tapi bukan berarti mereka bisa merendahkan kami seenaknya, Bos. Kami di sini kerja, bukan meminta-minta," tukas Rosalinda geram.

"Dan kalian lupa ... di mana kalian bekerja?! Kalian kerja di klub malam seperti ini, itu artinya kalian siap memberikan pelayanan seutuhnya pada siapa pun pelanggan yang membutuhkannya." Jari telunjuk Dony mengarah lurus ke wajah Rosalinda yang memucat. "Ingat. Kalian juga untung ... karena mereka selalu membayar lebih dan memberikan tips yang lumayan untuk kalian," sergah Dony murka.

Sontak saja kedua gadis itu mendongak ke arah Dony. Rosalinda tak menyangka kalau bos Dony akan berkata seperti itu secara blak-blakan. Dengan cemas, dia melirik ke samping. Ke arah Salimar.

Ada raut terkejut bercampur ngeri di wajah Salimar. Rosalinda juga melihat tubuh gadis itu semakin bergetar hebat. Untuk menenangkan temannya, Rosalinda meraih tangan Salimar dan menggenggamnya erat.

'Maafkan aku, Salimar. Inilah yang aku takutkan selama ini.' Sesal Rosalinda pada Salimar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel