pertemuan tidak terduga
Hotel Wilstons
Sejak pagi tadi Yesika melakukan pertemuan dengan beberapa client penting di Jakarta, sampai pada pukul empat sore client terakhir meminta untuk mengulur waktu pukul enam malam. Tetapi sudah hampir satu jam Yesika berada di Restauran dan client tidak kunjung datang. Sampai pada akhirnya tepat pukul tujuh malam mendapatkan kabar bahwa client sedang berada di hotel Wilstons, sehingga memintanya untuk menemui sang client. Tetapi kebetulan malam ini Bram ada keperluan mendadak bersama dengan papahnya, sehingga meninggalkan Yesika terlebih dahulu.
"Nona Yesika, saya pergi menghampiri pak Arman terlebih dahulu. Apabila urusan orang sudah selesai maka bisa menelpon saya,"
"Baiklah Bram terima kasih,"
Yesika melangkahkan kakinya memasuki ke hotel tersebut, tetapi sebelum itu pergi ke resepsionis terus lebih dahulu untuk menanyakan nomor kamar yang diberikan oleh klien. Karyawan itu pun mengantarkannya untuk pergi ke ruangan yang ditujukan oleh dirinya.
Tanpa ragu ia pun membuka pintu kamar hotel tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat sekelompok para lelaki sedang mabuk di dalam kamar tersebut dengan bertelanjangkan dada, hal itu membuatnya beberapa kali mengajak ponsel dan memastikan apakah ruangan yang ditujukan benar.
"Sepertinya aku tidak salah ruangan, tetapi kenapa banyak lelaki di dalam kamar hotel ini? Apa maksud dan tujuan dari klien ini?" Tanyanya kepada diri sendiri.
Pada saat ia hendak bergegas pergi dari ruangan yaitu tiba-tiba dua pemuda datang menghampirinya kemudian menariknya masuk ke dalam. Ia memberontak, mencoba untuk mengecewakan diri dari sekelompok pemuda itu tetapi usahanya sia-sia. Para pemuda itu jauh lebih banyak daripada dirinya, sehingga sangat sulit untuk melawan tenaga lelaki.
"Nona cantik, akhirnya kamu datang juga,"
"Tolong lepaskan saya! Apa maksud Anda meminta saya untuk mendatangi tempat ini? Apa maksud dari perbuatan anda?" Tanyanya dengan nada marah.
Pemuda itu tersenyum sembari menatap sinis ke arah Yesika. "Wanita cantik sepertimu sangat sayang sekali jika tidak dipermainkan," ujarnya sembari mempelai tubuh Yesika.
"Jangan menyentuhku! Menjauh dari tubuhku, atau Saya akan melaporkan kalian semua ke polisi,"
Seketika gelak tawa terdengar nyaring memenuhi ruangan tersebut.
"Hahaha..!! Ancaman macam apa itu Nona? Lakukan saja jika kau berani!" Tegasnya.
Sekelompok lelaki itu menyeretnya dan menitinya tepat di atas kasur. Sementara ia dibawa sana memberontak sembari berteriak sekuat tenaga berharap bahwa ada seseorang yang mendengarnya. Kebetulan pintu terbuka sehingga suara itu terdengar dari luar, pergerakan cepat dari pemuda itu kini sudah membuka jas yang ia kenakan hingga menyisakan kemeja dalam.
"Tolong..!! Lepaskan saya..!!"
"Diam! Atau nyawamu akan habis di tanganku!" Tegasnya.
"Tolong jangan lakukan itu saya mohon..!!"
"Tubuhmu begitu harum, sexy dan menggoda. Bagaimana mungkin sebagai seorang lelaki tidak tertarik dengan kecantikanmu ini Nona,"
Di saat yang bersamaan jemari itu mulai membuka satu kancing paling atas tubuh Yesika, tiba-tiba pintu terbuka lebar dan menampilkan tiga sosok pemuda Tengah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam. Lima pemuda menarik Yesika untuk menjauh. Dua pemuda itu melakukan penyerangan terhadap para lelaki yang berada di setiap sisi Yesika. Begitu mereka lemah dan fokus dengan pertarungan satu pemuda yang mendobrak pintu itu pun menarik Yesika kemudian membawanya keluar dari ruangan tersebut.
Langkah kaki Yesika terhenti tepat di parkiran hotel itu bersama dengan lelaki tampan bertubuh kekar. Nafasnya memburu, keringat bercucuran, serta pucat pada wajahnya. Ia masih syok dengan kejadian yang menimpanya baru saja, sehingga menimbulkan hening fokus dengan pikiran masing-masing.
"Apakah anda baik-baik saja nona? Tidak ada yang terluka kan? Atau ada yang sakit?" Tanyanya terlihat tenang tetapi mampu menyentuh hati Yesika.
Yesika mengangguk. "Saya benar-benar tidak menyangka bahwa banyak lelaki bajingan di Indonesia, kejadian ini benar-benar membuat saya trauma," keluh Yesika kesal.
Pemuda itu seketika mengernyitkan dahinya. "Siapa nama anda?"tanyanya.
"Panggil saja Yesika,"
"Oh iya terima kasih atas bantuan anda. Jika tidak ada anda mungkin saya sudah habis di terkam oleh para lelaki buaya tadi. Kalau boleh tahu saya harus memanggil anda dengan sebutan apa?" Tanya Yesika sembari menatap manik mata tegas dan tenang.
"Yunus!"
Beberapa kali Yesika menghubungi Bram tetapi tidak mendapatkan jawaban dari sopirnya itu. Sementara Yunus tidak tega meninggalkan dirinya begitu saja setelah kejadian ini sampai pada akhirnya pemuda itu memilih untuk mengantarkan dirinya pulang pastinya atas izin dari sang empunya.
"Yunus, apakah saya tidak merepotkan Anda? Kebetulan jarak rumah saya dengan hotel ini sangat jauh," ucapnya mencoba untuk memastikan.
Namun pemuda yang ada di hadapannya itu justru malah tersenyum manis akan tidak ada beban.
"Tidak masalah, kemanapun anda pergi pasti saya juga akan mengantarkan. Lagian pula di sini tidak ada taksi, semakin lama berada di sini semakin berbahaya," tukasnya sembari memasang sabuk pengaman.
"Baiklah jika tidak merepotkanmu,"
Sepanjang perjalanan hanya musik yang terputar di dalam mobil itu tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka keduanya sama-sama fokus dengan kegiatan masing-masing. Yesika nampak canggung dengan lelaki yang ada di sampingnya saat ini, sehingga memilih untuk memainkan ponselnya.
Sementara Yunus sepanjang jalan terus mengingat jalan yang di tunjukkan oleh Yesika. Sampai memasuki sebuah area komplek, barulah ia mengernyitkan dahinya. Laju mobil yang pelan membuat Yesika mendongakkan wajahnya untuk memastikan jalan yang di lalui mereka benar.
"Berhenti!"
"Why?"
"Sepertinya saya berhenti disini saja. Terima kasih Yunus sudah mengantarkan saya, dan sekali lagi minta maaf karena terus merepotkan anda," ucapnya dengan ramah keluar dari mobil.
Yunus yang mendengar itu masih penasaran. Sehingga menatap Yesika penuh dengan keheranan.
"Dimana rumah kamu? Apa tidak sebaiknya saya antar sampai pekarangan rumah?" Tanyanya.
"Ini sudah sampai di pekarangan rumah saya. Mau mampir dulu? Tapi mungkin tidak ada orang di dalam soalnya sedang keluar semua," tukasnya.
Yunus tidak sebodoh itu. Sampai akhirnya memilih untuk berpamitan kepada Yesika, dan melajukan mobilnya keluar dari pekarangan komplek. Ia merasa ada yang janggal setelah keluar dari area tersebut beberapa kali ia menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat rumah megah tersebut.
"Rumah itu seperti tidak asing bagiku. Itu kan rumah pak Arman? Miliarder kaya raya yang selama ini menjadi topik pembicaraan. Tetapi siapa wanita itu? Bukankah selama ini pak Arman tidak memiliki Putri?" Tanyanya dengan kebingungan.
"Ah sudahlah, mungkin keponakan atau kerabatnya yang kebetulan lagi menginap di rumah tersebut. Secara kan rumah megah tidak berpenghuni, sangat disayangkan sekali," ucapnya pada akhirnya.
Setelah kepergian Yesika dari Indonesia, bisnis yang didirikan oleh pak Arman itu semakin berkembang pesat, terkenal dan sangat di gemari. Semua itu berkat upaya Yesika yang terus mendorong bisnis di Indonesia dengan menggunakan metode bisnis luar negeri. Orang lain hanya mengetahui bahwa pak Arman seorang pengusaha kaya raya yang tinggal sebatang kara tanpa memiliki pewaris.
Semua itu dilakukan karena demi menjaga keadaan putrinya dari serangan para musuh yang berbahaya. Tidak banyak yang mengetahui tentang latar belakang Yesika.
Bersambung...