Direktur utama
Amira Group
Perusahaan yang bergerak di bidang fasion ini ramai menjadi perbincangan banyak pembisnis beberapa waktu ini. Brand yang terkenal dengan fasion yang cantik dan menarik selalu melauncingkan produk baru dengan desain yang sangat luar biasa. Tidak hanya terkenal di Indonesia saja melainkan di seluruh luar negeri, namun sampai detik ini mereka tidak mengetahui pemilik perusahaan yang banyak inovasi itu. Sehingga menimbulkan rasa penasaran mereka yang belum terungkap sampai saat ini.
Pagi ini seorang wanita cantik dengan setelan jaz hitam dan rok span di atas lutut melangkahkan kakinya memasuki perusahaan Amira Group. Banyak pasang mata yang menatap kagum maupun heran terhadap wanita itu, banyak juga yang menyapanya.
"Yesika, sudah sampai rupanya. Padahal papah baru saja hendak menjemputmu di bawah," ucap seorang lelaki paruh baya.
Beliau adalah pak Arman, pengurus perusahaan Amira Group orang tua Yesika pemilik perusahaan yang selama ini menyembunyikan identitas aslinya.
Wanita berusia 30 tahun itu baru saja pulang dari Inggris, yang berniat ingin tinggal selamanya di Indonesia untuk mengurus perusahaannya sendiri. Semua itu pastinya atas permintaan kedua orang tuanya yang tidak ingin berada jauh dari putrinya. Pasalnya selama kurang lebih sepuluh tahun tinggal di luar negeri membuat mereka khawatir jika putrinya tidak mau kembali ke Indonesia. Lagian pula sang papah juga sudah tua, sehingga ingin istirahat.
"Bram, kumpulkan semua karyawan di ruangan meeting," perintahnya kepada pemuda yang saat ini menjadi asisten Arman bernama Bram.
"Baik pak, saya akan memberikan pengumuman,"
Dua puluh menit menunggu sembari mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan luas dan strategis yang akan menjadi ruangannya pada masa yang mendatang, tiba-tiba Bram datang dan meminta mereka untuk turun kebawah bertemu dengan seluruh karyawan.
"Selamat pagi semuanya! Maaf jika mengganggu waktu kerja kalian. Adapun tujuan saya meminta waktu kalian untuk memberikan informasi penting terkait kekuasaan perusahaan Amira Group,"
Suasana di ruangan itu nampak begitu tegang. Sehingga tidak ada suara sama sekali yang terdengar, mereka serius dalam menyimak pembicaraan dari pak Arman.
"Mulai detik ini saya akan mengundurkan diri dari perusahaan dan akan di gantikan oleh Yesika, putri saya sekaligus pemilik asli dari perusahaan Amira Group ini,"
"Untuk waktu dan tempat saya persilahkan untuk Yesika yang berbicara!" Ucap sang papah begitu memberikan waktu untuk putrinya.
Senyuman manis serta tatapan mata tajam namun terkesan berwibawa membuat kagum semua orang. Mereka nampak begitu takut kepada Yesika, namun ketika senyuman ramah itu tercipta nampaknya mereka mulai menyukai Yesika.
"Apa yang disampaikan pak Arman benar, saya yang akan mengurus secara langsung perusahaan ini. Mungkin peraturan dan cara kerja akan berubah, dan mungkin ada sedikit perbedaan cara memimpin, serta memerlukan waktu untuk beradaptasi. Mohon kerja samanya," ucapnya begitu ramah.
Mereka pun nampak berantusias bekerja sama dengan Yesika. Terlihat dari banyaknya pertanyaan dari para karyawan yang memakan kurang lebih tiga puluh menit untuk melakukan pengenalan ini. Hingga pada akhirnya selesai, Yesika dan pak Arman kembali ke ruangan pribadi untuk memberikan berkas penting.
"Papah sedang menjalankan proyek baru yang lumayan banyak, mungkin setelah berpindah tangan bisa melanjutkan atau mungkin membatalkan sesuka hati kamu," ucap sang ayah.
Yesika pun mengangguk patuh. "Pah, sepertinya Yesika butuh asisten perempuan untuk membantu mengurus segala keperluan sehari-hari. Selama ini Yesika tidak terbiasa dengan lelaki jadi mungkin kehadiran Bram sedikit mengganggu Yesika," jelasnya mencurahkan isi hatinya.
"Baiklah nanti papah akan carikan asisten wanita. Mungkin Bram dapat beralih jadi supir pribadi kamu," ucapnya.
"Pukul dua siang nanti akan ada pertemuan dengan client di hotel Gionrs, biar Bram yang menemanimu untuk meeting. Hanya sekali ini saja, setelah mendapatkan pengganti nanti tidak bersamanya,"
Satu kali mungkin tidak masalah baginya. Lagian pula sudah lama tidak berada di Indonesia membuatnya lupa daerah Jakarta.
**
Meeting hanya berlangsung selama kurang lebih dua puluh menit, dan kini mereka sudah berpindah ke restaurant untuk menemui Client keduanya. sembari menunggu Client ia juga menyeleksi calon asisten barunya yang dikirimkan oleh papahnya. Hingga tanpa sadar client pun datang dan fokus dengan metting yang berlangsung tiga puluh menit lamanya.
"Huft! Akhirnya selesai juga metting,"
"Bram, saya pergi ke kamar mandi sebentar ya! Kamu boleh tunggu disini atau di mobil terserah kamu," ucapnya berpamitan.
"Baik bu saya akan menunggu disini," jawabnya dengan ramah.
Ia bergegas untuk buang air kecil di kamar mandi. Tidak lupa juga merapihkan pakaian, serta rambut yang sudah lepek selama seharian bekerja. Tetapi kecanikan Yesika tidak pernah pudar karena cantik alami tanpa make up, wajah yang begitu segar di cermin dengan senyuman selalu merekah sempurna menghiasi wajah cantiknya itu.
"Perfect!" Gumamnya pelan.
Pada saat ia tengah sibuk memasukkan make up di dalam tasnya sembari berjalan tidak sengaja seseorang menabraknya dari belakang hingga membuatnya terkejut. Beruntungnya tidak sampai jatuh.
"Maafkan saya tidak sengaja nona,"
Terdengar suara berat dan dingin yang membuatnya seketika menolehkan kepalanya kearah samping. Menatap kearah pemuda bertubuh kekar, kulit putih bersih, tampan dan menawan. Namun beberapa detik kemudian ia menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap lelaki itu.
"Apakah anda baik-baik saja?" Tanyanya lagi.
Yesika mengangguk. "Sorry, I'm in a hurry Excuse me!" Ucapnya bergegas pergi.
"Tapi nona-"
"Suara itu nampak tidak asing, tetapi siapa?" Gumam pemuda itu tertegun.
Sesampainya di meja bertuliskan nomor dua itu Yesika bergegas mengajak Bram untuk segera ke parkiran untuk pulang. Bram pun menuruti permintaan Yesika, tetapi sepanjang perjalanan hanya terdiam seribu bahasa sembari menatap jalanan dengan tatapan kosong.
"Bu Yesika, kita pulang ke apartemen atau kerumah pak Arman ya bu?" Tanya Bram berhati-hati.
"Kerumah papah aja Bram," jawabnya.
Hanya singkat, kemudian keadaan kembali hening. Bram yang merasa ada sedikit keaneh dari bosnya itu mencoba untuk memberanikan diri untuk bertanya berniat untuk mencairkan suasana agar tidak dingin.
"Emm.. maaf bu Yesikan, apakah ada masalah dengan client?"
"Maaf jika saya lancang untuk bertanya kepada bu Yesika, tetapi tidak masalah jika-"
"Bram, apakah di Jakarta ada perusahaan yang bernama Reaswilson?"
Sontak Bram mengernyitkan dahinya. "Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi bu? Tidak jauh dari perusahaan Amira Group," jawabnya.
"Apakah perusahaan itu masih berdiri sekarang?" Tanyanya lagi.
"Saat ini sedang menduduki rekor pertama perusahaan terbaik di Indonesia bu. Apakah bu Yesika mengenal pemiliknya?"
Dengan cepat Yesika menggelengkan kepalanya. "Tidak! Hanya mendengar saja, banyak iklan yang mengatakan bahwa perusahaan itu bagus. Aku hanya penasaran saja memang seberapa hebatnya perusahaan itu, sampai-sampai semua orang mengakuinya,"
Bersambung...