Pertemuan pertama
Bandara
Seorang lelaki tengah duduk sembari memainkan ponselnya yang kurang lebih dua puluh menit berada di tempat itu merasa sedikit bosan. Hingga akhirnya memilih untuk memasukkan kembali ponsel itu di dalam saku, kemudian menikmati rokok elektriknya. Namun baru beberapa hisap tiba-tiba dari kejauhan seorang wanita bertubuh sexy datang menghampirinya langsung memeluk begitu erat membuatnya terkejut.
"Sorry Honey, you have waited a long time because of me," bisik wanita itu.
"Hampir dua jam aku duduk disini seperti orang gila. Lagian kenapa lama sekali sih Vel? Bukannya udah sampai daritadi ya?" Tanyanya dengan nada kesal.
Lelaki itu bernama Andreas Wilson seorang milyarder pertama di Jakarta pusat. Memiliki kekasih seorang model sekaligus mengusaha brand luar negeri sehingga membuatnya terpaksa harus menjalankan hubungan jarak jauh bersama sang kekasih yang bernama Velin Yuhard, putri tunggal sekaligus model terkenal di seluruh dunia karena kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki.
Wanita ini hampir di katakan sempurna karena semua kelebihan yang dimiliki. Sehingga membuat Andreas begitu tergila-gila terhadap pasangannya ini.
"Sudah dong jangan manyun gitu, sorry Honey. Janji setelah ini aku traktir makan deh, gimana setuju gak?" Bujuknya terhadap sang kekasih.
Seketika Andreas memeluk tubuh Velin begitu sensual sembari berbisik. "Please stay with me tonight. I feel like I miss you so much," bisiknya dengan nada menggoda Velin.
Mendengar ucapan itu sang kekasih terkekeh pelan sembari mengangguk pelan. Velin tidak bisa menolak permintaan kekasihnya, sebab tidak dapat di pungkiri bahwa dirinya juga sangat merindukan sang kekasih.
Sudah pukul sembilan malam, namun mereka memutuskan untuk singgah ke hotel. Agar berpuas untuk melepas rindu yang terpendam selama tiga bulan ini. Berada tidak jauh dari Bandara merupakan pilihan Andreas agar bisa segera beristirahat bersama sang kekasih.
Setelah melakukan registrasi dan pemesanan kamar, kini mereka pun di arahkan untuk menuju kamar tersebut. Sementara supir pribadinya di minta untuk pulang.
"Honey aku mandi dulu ya!"
"Buruan gih! Jangan lupa pakai parfum dan ganti pakaian yang bagus ya Baby, kita makan malam di restauran hotel," pinta Andreas.
Velin hanya mengangguk sembari melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebagai seorang model yang menjaga kebersihan diri, ia paling tidak bisa jika setelah dari luar langsung istirahat. Mandi merupakan ritual yang sangat berharga baginya.
Tidak memerlukan waktu yang lama, dengan berdandan seadanya tetapi memberikan kesan cantik natural dengan balutan dress bunga berwarna merah maroon. Ia melangkahkan kakinya begitu anggun dan mempesona menuju ke restauran hotel yang bertepatan di balkon lantai lima itu.
"Andre,"
"Baby, cepat sekali kamu datang? Padahal aku belum selesai menyusun lilin ini,"
Velin tersenyum manis sembari duduk di bangku dengan bantuan Andreas.
"Sejak dulu sampai sekarang kamu tidak pernah berubah ya Andreas, selalu manis dan romantis. Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta kepadamu?" Ucapnya nampak speechless terhadap perlakuan kekasihnya.
"Seorang princess yang sangat cantik ini harus menjadi ratu di tangan raja yang tepat. Aku rela menghabiskan seluruh hartaku hanya untuk membuatmu bahagia Velin," ucapnya sembari memeluk tubuh sang kekasih dari belakang.
"Emm.. Baby, tutup kedua mata kamu sebentar, aku ada sesuatu buat kamu,"
"Oh oke,"
"Dah, sekarang kamu boleh buka kedua mata kamu dan menunduklah!" Perintah sang suami.
Velin pun menundukkan kepalanya, seketika senyuman merekah sempurna menghiasi bibir ranum itu. Kalung silver dengan liontin permata merah muda, menggantung sempurna pada leher jenjang dan putih mulus milik Velin. Permata merah muda asli memberikan kesan kemilau yang manis di kulit Velin.
"Kamu sudah gak?" Tanya Andreas penuh dengan harapan.
Velin pun seketika mengangguk bersemangat. "Cantik, aku suka kok Andre. Thanks ya! Kamu selalu buat aku bahagia,"
Malam kini telah larut, mereka terhanyut di dalam kemesraan masing-masing. Pelukan hangat keduanya membawa sebuah kecupan singkat pada wajah Velin. Di tambah lagi aroma tubuh yang nampak begitu khas membuat Andreas tidak bosannya untuk mengendus leher Velin. Sebagai seorang lelaki normal, bohong jika ia tidak tergoda dengan kecantikan sang kekasih, apalagi body tubuh yang begitu sempurna membuat gairahnya semakin meningkat.
Andreas menggendong tubub Velin masuk kedalam kamar hotel dan menutup pintu balkon dengan rapat. Tidak lupa Andreas juga mematikan lampu, membiarkan kedua mata mereka yang berbicara di dalam kegelapan malam ini. Meskipun samar-samar tetapi Andreas masih bisa melihat dengan jelas wajah cantik itu, ia menghabiskan malam yang dingin ini dengan bercinta guna mencurahkan rasa kasihnya terhadap sang kekasih.
Rasa rindu yang menggebu membuat mereka terhanyut hingga tertidur pulas. Dalam keadaan masih berpelukan erat.
Keesokan harinya mereka bersiap untuk kembali ke rumah, Andreas membantu Velin untuk mengemasi barang bawaannya yang akan dibawa pulang malam ini. Namun karena kasihan melihat sang kekasih maka Velin meminta Andreas untuk turun kebawah terlebih dahulu untuk menunggu supirnya.
Begitu pintu lift terbuka, ia yang tengah fokus memainkan ponselnya tiba-tiba menabrak seseorang di depannya. Hingga hal itu membuatnya terkejut dengan cepat memasukkan ponsel kedalam saku celana.
"Astaga, kamu gapapa?" Tanya Andreas sembari berjongkok sejajar dengan anak balita cantik di depannya.
Anak itu nampak diam dan menunduk takut. Andreas mengetahui itu pun tersenyum kemudian membawa anak kecil itu kedalam pelukannya.
"Uncle, I'm sorry beautiful, don't be afraid, uncle, I'm not bad," ucapnya lembut sembari mengusap rambut anak kecil itu secara pelan.
"Yes, I also apologize for carelessly walking without looking ahead," jawabnya dengan nada bergetar hendak menangis.
"Ssttss! Anak cantik gak boleh menangis dong," ucap Andreas sembari mengusap air mata yang mengalir pada kedua pipi anak kecil itu.
"Bahasa inggris kamu sangat bagus, siapa nama kamu?" Tanyanya lagi.
"Amira,"
"Nama yang cantik seperti orangnya. Kamu mau kemana cantik?" Tanyanya lagi begitu ramah.
Namun belum sempat menjawab tiba-tiba seorang lelaki datang menghampirinya terlihat seperti khawatir karena telah berpisah dengan anak kecil itu.
"Amira, ternyata kamu disini. Pulang yuk! Nanti keburu siang," ajak lelaki itu dan di turuti oleh Amira.
Pandangan mata Andreas tidak lepas dari pemuda yang menggendong anak kecil itu. Ia merasakan ada yang aneh ketika menatap kedua mata gadis, terlihat begitu sejuk dan menenangkan.
"Sorot mata itu.."
"Andreas, puas aku mencarimu. Kenapa masih disini? Supir kamu sampai telfon aku loh, katanya nomor kamu tidak aktif," ucap Velin yang datang secara tiba-tiba.
"Astaga, aku lupa Velin. Ponselku baru saja jatuh dan sekarang mati, mungkin nanti aku akan memperbaikinya. Sekarang aku antar kamu pulang dulu," ucapnya dengan nada lemah.
"Kenapa sih? Kamu aneh tau gak?"
"Ah enggak, mungkin hanya lelah. Sudah yuk!"
Bersambung...