Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

"Kalo udah sayang mah susah, begonya ke akar-akar meskipun disakiti gimana juga tetap aja sayang"

❇❇❇

Suara entakan kaki dari seorang gadis kini memenuhi koridor. Nesa gadis itu kini tengah berjalan kearah kelasnya sesekali ia bersenandung ria.

Di depan kelasnya sudah ada temannya yang sedang bercanda bersama, terlihat Ervina sudah mulai ceria lagi dengan bercanda bersama ke empat temannya yang lain.

"Yudaaaa, lo kapan balik? Oleh-oleh mana?" tanya Nesa sambil menyodorkan tangannya pada Yuda, Yuda juga cukup famous karena ia ketua tim karate dan laki-laki itu baru saja datang dari luar kota jadi lah beberapa hari ini ia tidak masuk.

"Lupa gue, tar gue traktir aja deh," ucapan Yuda yang mendapat dengan dari Nesa.

"Lumayan lah uang gue utuh," ucap Ervina yang mendapat anggukan dari temannya yang lain.

"Lah, lo ikutan juga? Biasanya lo bucin ini," ucap Yuda menimpali Ervina.

"Yah lo ketinggalan info, dia udah putus cuy," ucap Dino dengan tawanya mengejek Ervina.

"Haha Nesa lo ada temen ngejomlo," tawa Yuda yang malah mengejek Nesa membuat Nesa kesal.

"Mati lo sono," ucap Nesa sambil menoyor kepala Yuda.

"Dia mah bentar lagi udah gak jomlo lagi Yud, udah proses dia sama si ketos," ucap Mahendra yang kali ini menimpali Yuda.

"Wah gila, gue gak masuk tambah berkembang aja lo," ucap Yuda sambil mengacak rambut Nesa membuat rambut Nesa berantakan.

"Gigi lo berkembang, ancur dah rambut gue." Nesa membenarkan rambutnya dengan menyisir menggunakan jari-jarinya.

"Jadi udah sampe mana prosesnya?" tanya Dino dengan menaik turunkan alisnya.

"Proses apaan? Gue sana dia cuma temenan dia lagi suka sama cewek," ucap Nesa menghela nafasnya berat. Semua temannya langsung tertawa mendengar ucapan Nesa.

"Kasian banget njir nasib lo berdua," ucap Dino masih dengan tawanya.

"Nesa mending kita pergi yuk, kesel gue sama mereka bertiga," ucap Ervina lalu menarik tangan Nesa untuk masuk ke kelasnya.

***

Nesa dan keempat temannya kini tengah berada di kantin mereka sibuk bercanda bersama sesekali ada saja adu mulut di antara mereka.

"Guys bentar lagi kan udah mau ulangan kenaikan kelas, nanti nge mall dulu lah kuy," ajak Dino yang mendapat anggukan setuju dari teman Nesa yang lain.

"Kuy lah lagi bosen juga," ucap Ervina menimpali.

"Pulsek kuy langsung," ajak Yuda lagi.

"Gue nanti balik sama Arka," ucap Nesa dengan dengusan, tidak mungkin ia mengajak Arka.

"Ya udah sih ajak aja, sekalian lo jalan bareng," ucap Ervina dengan menaik turunkan alisnya.

"Gak, gak gue udah nebeng banyak mau lagi," ucap Nesa menolak.

"Ya udah nanti lo balik sama gue dulu," ucap Yuda menawarkan.

"Ok lah," ucap Nesa.

"Er, tar anterin gue ke IPA dulu ya mau ngasih tau Arka," ucap Nesa yang mendapat anggukan dari Ervina.

***

"Eh, Nesa mau cari Arka ya?" tanya Cintya teman Nesa sekaligus teman sekelas Arka.

"Iya Cin, panggilin dong minta tolong," ucap Nesa yang mendapat anggukan dari Cintya setelahnya gadis itu langsung masuk ke kelasnya untuk memanggil Arka.

Tak beberapa lama Arka keluar dari kelasnya dengan senyuman di wajahnya.

"Kenapa Nes?" tanya Arka setelah berada di hadapan Nesa.

"Nanti gue gak balik sama lo dulu ya," ucap Nesa dengan senyumannya.

"Emang kenapa?" tanya Arka menaikkan sebelah alisnya.

"Nanti gue mau jalan dulu sama teman gue," ucap Nesa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

bsaat melihat Nesa bersama sahabat cowoknya.

"Kalau gitu gue balik dulu ya," ucap Nesa setelahnya ia langsung pergi bersama Ervina. Arka masih berdiri di tempatnya, menatap punggung Nesa yang mulai menjauh setelah Nesa menghilang di balik koridor baru ia masuk kedalam kelasnya.

****

Seperti yang sudah mereka rencanakan kini Nesa dan keempat temannya itu sudah berada di mall mereka kini tengah berada di timezone.

Dino, Mahendra dan Yuda tengah bermain basket, sedangkan Nesa dan Ervina tengah bermain permainan anak kecil, mereka tertawa bersama melihat kekonyolan mereka berdua.

Banyak tatapan yang mengarah pada Nesa dan Ervina karena mereka kini tengah bermain virtual mobil yang ukurannya untuk anak tk tapi mereka mainkan.

Setelah puas kini Nesa dan Ervina bermain pukul-pukulan tikus. Mereka tertawa bersama dan saling memukul Tikus yang keluar.

Dino, Mahendra, dan Yuda menghampiri kedua gadis itu, merasa kesal melihat kedua gadis itu bermain semaunya Dino mengambil kursi yang barada di dekat mereka dan memukulkannya pada tikus ataupun kelinci yang keluar. Membuat Nesa dan Ervina langsung menatap Dino tidak percaya, karena setelah 2 kali pukulan permainan mereka berhenti.

"Kabur woy kabur," ucap Dino yang berlari menjauh di ikuti keempat temannya yang lain, setelah menjauh dari sana mereka tertawa bersama melihat konyolnya tingkah mereka.

"Anjir barbar banget lo No," tawa Mahendra yang masih belum menghentikan tawanya.

"Biar cepet kelar," tawa Dino yang juga menatap tak percaya apa yang ia lakukan.

"Udah ah capek, makan dulu kuy," ajak Nesa yang mendapat anggukan dari temannya yang lain.

****

Nesa memasuki rumahnya dengan malas, setalah seharian bersenang-senang kini ia harus kembali lagi pada tempat yang selalu membawa kesedihan untuknya.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" tanya Winda sambil bersedekah dada menatap Nesa.

"Ke mall dulu ada yang perlu di beli," ucap Nesa datar.

"Udah banyak duit ya kamu, sok ke mall segala," ucap Winda dengan wajahnya yang memerah menahan marah.

"Juga aku gak pernah minta sama kamu," ucap Nesa masih mempertahankan wajah datarnya.

"Saya itu istri ayah kamu jadi uang ayah kamu uang saya juga," ucap Winda dengan seringai nya.

"Toko yang dijaga ayah juga di bangun bareng mama saya bukan dengan kamu," ucap Nesa tak kalah sinis nya.

"Pinter ya kamu jawabnya, ayah kamu itu susah cari uang buat kamu, kamu malah enak-enakan foya-foya ke mall," ucap Winda yang sudah emosi.

"Gini ya, kalau ngomong mending ngaca dulu deh bukannya itu anda yang suka belanja dengan uang ayah saya? Saya belanja pakek uang saya bukan dari ayah, tapi dari mama saya. Anda pikir uang jajan saya yang sudah Anda potong akan cukup buat saya belanja?" tanya Nesa. Skakmat Winda sudah tidak berkata apa-apa lagi karena apa yang di ucapkan Nesa itu benar.

Nesa berjalan menuju kamarnya meninggal Winda yang masih menatap kepergian Nesa dengan kesal. Nesa harus sekuat tenaga menahan dirinya yang sudah sangat marah agar tidak pergi dari rumahnya sendiri. Nesa sudah sangat muak dengan tingkah dan sifat Winda yang selalu berhasil membuatnya marah dan kesal dengan segala keburukan wanita yang menjabat sebagai ibu tirinya itu.

***

Makasih buat yang udah baca cerita ini. semoga kalian suka ya

jangan lupa buat follow akun ig aku @hilmiatulhasanah_ dan akun ig yang khusus buat karya aku @wphilmiath_

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel