Bab 10 Strong Girl Nine
Aku pernah begitu mencintaimu hingga semua aku tentang tapi kamu malah menjadi salah satu penentang itu.
****
Langit malam kali ini begitu cerah membuat Nesa merasa nyaman berlama-lama berada di teras depan rumahnya memandang hamparan rembulan dan sang bintang yang saling bersisian.
Nesa salah satu pengagum benda langit, baginya mereka selalu membawa kenyamanan bagi Nesa entah itu sang rembulan yang selalu setia menemani langit mulai malam hingga sang mentari datang ia tetep di posisinya, atau sang bintang yang yang sering menghiasi langit malam agar tampak indah.
Baginya rembulan adalah dirinya yang hadir begitu cerah di kegelapan dan dihiasi bintang yang adalah temanya. Rembulan dengan setia menemani mentari yang baginya adalah Arka, namun mentari akan hilang jika malam datang pergi saat rembulan mendekat.
"Woy ngelamun aja lo," sentak suara di samping Nesa mengagetkan gadis itu dari lamunannya. Apa Nesa terlalu larut dalam lamunannya hingga tak mendengar suara deru motor?
"Ngagetin aja ihh, lo ngapain sih kesini?" tanya Nesa pada laki-laki yang tak lain adalah sahabatnya, Dino.
"Gue bawain martabak nih, kebetulan tadi lewat sini," ucap Dino sambil menyodorkan martabak yang dibawanya. Dengan semagat Nesa mengambilnya dan segera membuka bungkusnya.
"Wah Dino, lo emang sahabat gue paling the best lah." Nesa mengajungkan ibu jarinya pada Dino membuat Dino gemas dengan sahabat nya itu yang sudah ia anggap sebagai adiknya.
"Ortu lo masih belum datang?" tanya Dino melihat rumah Nesa yang tampak sepi.
"Bunda sama adek-adek gue ada di dalam, ayah masih di toko," jawab Nesa yang mendapatkan anggukan dari Dino yang sudah terduduk di sampingnya.
"Loh nak Dino, udah tadi?" tanya sebuah suara dari belakang mereka yang tak lain adalah suara Windya—bunda Nesa—.
"Baru aja tante," ucap Dino sambil menyalami tangan Widya dengan senyumannya.
"Oh iya ini tante Dino bawain martabak," ucap Dino sambil mengambil martabak dengan bungkus lain yang sengaja ia beli juga.
"Wah makasih ya Dino, bentar tante buatin minum dulu ya," ucap Widya sambil melenggang pergi masuk kedalam rumahnya.
"Ck pencitraan," decih Nesa yang masih memakan martabak nya dengan santai. Nesa juga terkadang heran mengapa Bunda nya bisa sangat menyukai Dino.
Dino hanya bisa terkekeh mendengar umpadan dan decihan dari Nesa lalu mengacak rambut gadis itu. Tak beberapa lama Widya sudah datang dengan nampan berisi teh hangat untuk Dino.
"Makasih tante," ucap Dino dengan senyumannya.
"Sama-sama, tante masuk dulu ya," ucap Widya dan segera pergi dari sana meninggalkan Nesa dan Dino.
Suara deru motor terdengar memekak telinga dan tak beberapa lama Mahendra turun dari motornya dan menghampiri Dino serta Nesa.
"Lah tumbenan nih anak kesini," tanya Nesa saat Mahendra sudah duduk di bawah dengan selonjoran. Mahendra menghembuskan nafasnya kasar lalu menghapus wajahnya gusar.
"Lo kenapa dah?" tanya Dino yang ikut kepo melihat wajah Mahendra yang terlihat sangat gusar.
"Gue putus sama Safinda," gusar Mahendra yang kini sudah merebahkan tubuhnya di lantai. Bukannya merasa kasihan kedua sahabatnya itu, mereka malah menertawakan Mahendra yang kini sudah kesal dengan sikap kedua sahabatnya.
"Mati aja lo berdua bukannya ngasih saran atau gimana kek, ini malah ngetawain," dengus Mahendra kesal.
"Budaya bro, ketawain dulu baru bantuin," ucap Dino dengan tawanya.
"Bacot lo," kesal Mahendra yang kini sudah duduk.
"Nes, bantuin gue dong tanyain kenapa Sahabat lo itu putusin gue," mohon Mahendra sambil menatap Nesa penuh harap. Yang di tatap hanya mengangguk sambil memakan martabaknya yang tersisa sedikit.
"Makan mulu lo tapi gemuk kagak," ejek Dino yang dihairaukan oleh Nesa.
Nesa sangat bersyukur ia memiliki sahabat seperti mereka yang selalu ada untuk menghibur nya.
***
"Nesa," suara terikan menggelegar dari arah belakangnya membuat Nesa membalikkan badannya menatap sahabatnya yang kini tengah berlari mengejarnya di Koridor.
"Kenapa sih Fin? Gak usah teriak-teriak," ucap Nesa pada Safinda yang sudah memberenggut kesal.
"Huwaaa Nesaa," ucap Safinda yang langsung memeluk Nesa yang dibalas pelukan oleh Nesa namun tak lama Nesa segera melepaskan pelukan sahabatnya itu.
"Ke kelas lo aja yuk, malu gue di liatin," sungut Nesa dan segera menggiring Safinda menuju kelas gadis itu.
"Jadi, kenapa lo bisa putus?" tanya Nesa langsung tanpa basa-basi.
"Gue bingung, gue sekarang gak mau pacaran dulu gue mau fokus sama sekolah dulu. Dan lo tau waktu itu mama Mahendra nelfon gue dan nyuruh gue putusin Mahendra dengan alasan tadi," jelas Safinda dengan hembusan nafas kasarnya. Nesa mengangguk mengerti lalu mengusap punggung Safinda memberi kekuatan pada gadis itu.
"Lo jangan bilang ya ke Mahendra kalo mama dia nelfon gue," pinta Safinda yang mendapatkan anggukan dari Nesa.
"Lo yang sabar ya, lo tenang aja gue gak akan bilang kalau mama dia nelfon lo," ucap Nesa dengan senyuman menenangkannya.
Selanjutnya mereka saling mengobrol hingga suara pemberitahuan untuk para murid masuk ke kelas masing-masing karena lima menit lagi bel masuk akan berbunyi mengganggu kegiatan mereka.
****
Setelah lama menunggu bel pulang berbunyi akhirnya yang di tunggu-tunggu berbunyi, tidak semua menunggu bel pulang itu berbunyi karena ada yang tidak menantinya. Dia adalah Nesa, gadis itu rasanya sangat malas untuk pulang ia lebih memilih berlama-lama di rumah dari pada harus berlama-lama dirumah yang lebih pantas ia sebut sebagai penjara itu.
"Sumpah gue males pulang," dengus Nesa dengan mendudukkan pantatnya di kursinya.
"Lo kenapa lagi sih sama mak Lampir itu?" tanya Ervinda yang sudah mengerti jika Nesa sedang malas pulang berarti ia sedang ada masalah dengan orang rumah.
"Biasa lah," ucap Nesa yang malah menjelaskan lagi.
"Nesa lo ditungguin Arka nih buru," suara teriakan Dino mengganggu pembicaraan Nesa dan Ervinda dengan segera Nesa berpamitan pada Ervinda.
"Er, gue duluan ya," pamit Nesa dan segera berlalu meninggalkan Ervinda dan berjalan menuju Arka yang benar saja sudah menunggu nya di depan kelas.
"Mau langsung pulang?" tanya Arka sambil menggiring Nesa berjalan ke arah parkiran.
"Taman dulu aja, lagi males pulang," ucap Nesa yang mendapatkan anggukan dari Arka.
"Kalau lo butuh temen buat cerita, cerita aja gue siap buat dengerin kelurahan lo," ucap Arka sambil mengelus puncak kepala Nesa yang hanya dibalas anggukan oleh Nesa.
Setelah sampai di parkiran mereka langsung menaiki motor Arka dan mulai melajukan motornya membelah jalanan. Senyuman Arka terbit saat merasakan punggungnya menjadi sandaran bagi Nesa yang memejamkan matanya. Hatinya sangat tenang dan nyaman.
****
Makasih semua buat yang udah baca cerita ini, semoga kalian selalu suka dan menunggu cerita ini.
Buat yang mau tau cerita aku lainnya yang gak kalah seru kalian bisa cek ig aku @wphilmiath_ atau wattpad aku @hilmiath_ follow juga akun ig aku @hilmiatulhasanah_