Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Strong Girl Seven

"Seperti namamu, kau adalah harmoni penyusun dalam setiap hari ku, penyambung dalam setiap tujuanku, dan perpaduan antara hari serta tujuan ku yang semuanya hanya untuk mu"

****

"Makasih Ya Ka," ucap Nesa dengan senyumannya saat mereka sudah sampai di depan rumah Nesa.

"Sama-sama kalau gitu gue balik dulu ya," ucapnya sambil memakai kembali helmnya.

Setelah Arka pergi, Nesa langsung masuk kedalam rumahnya yang ternyata ada ayahnya yang terus memperhatikannya dari tadi.

"Siapa dia?" tanya Hans pada Nesa yang baru saja memasuki rumah.

"Temen aku, Talia gak bisa nganter aku jadi dia nyuruh Arka buat nganter aku," ucap Nesa, Hans hanya menganggukkan kepalanya.

"Cepet ganti baju setelah itu makan," ucap Hans yang mendapat anggukan dari Nesa. Nesa hanya menghembuskan nafasnya kasar, ayahnya berubah setelah menikah dengan ibu tirinya, ayahnya lebih dingin dan cuek. Jadi tidak salah jika pada orang baru ataupun bahkan pada orang yang sudah mengenalnya lama Nesa akan dingin dan cuek.

Nesa memasuki kamarnya lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian santai lalu menuju dapur untuk mengambil makan.

Disana sudah terlihat Winda dan anaknya yang juga sedang makan bersama Hans.

"Nesa ayo makan dulu," ucapnya dengan suara yang pura-pura lembut. Nesa muak melihat sandiwara murahan ini, hanya tinggal menunggu waktu dan ia akan mengungkapkan semuanya pada Hans. Ia tidak pernah takut pada Winda hanya saja ia sedang malas untuk mencari masalah dan membuat namanya jelek di depan ayahnya mengingat betapa pandai wanita ular itu bersandiwara.

Nesa duduk di samping ayahnya tanpa minat menjawab ucapan bundanya itu.

Nesa makan dalam diam, berbeda dengan yang lain. Mereka saling melemparkan candaan yang hanya membuat Nesa tambah muak. Ia berada di sini hanya karena ayahnya, namun melihat sikap ayahnya yang sudah berubah Nesa memutuskan akan menjauh dari keluarganya saat kuliah nanti.

Setelah selesai dengan makanannya, Nesa segera pergi tanpa mengucapkan apapun.

Nesa memasuki kamarnya tanpa tau harus melakukan apa, Nesa membuka seluruh sosmednya. Tanpa tau harus melakukan apa karena bosan akhirnya Nesa meletakkan ponsel nya dan memutuskan untuk tidur.

***

Suara bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu dan kini Nesa tengah menenangkan Ervina yang sedang menangis.

"Lo kenapa Er?" tanya Nesa dengan sabarnya.

"Rifkan selingkuh, dasar buaya Amazon berani banget selingkuh dari gue," ucap Ervina dengan wajahnya yang sudah marah.

"Emang udah beneran selingkuh?" tanya Nesa pada Ervina.

"Masih otw, tapi tetep aja udah mau kan, mana sama banyak cewek lagi,"

"Ada apa nih pada melo gini?" tanya Dino menghampiri Ervina dan Nesa lalu duduk di hadapan Nesa.

"Ini si Rifkan selingkuh," ucap Nesa menjelaskan.

"Wah gila, udah lah Er tinggalin aja masih ada gue juga," ucap Dini dengan senyuman menggodanya.

"Sama-sama buaya lo berdua," ucap Nesa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Dino.

"Becanda kali Nes," ucap Dino dengan cengiran nya.

"Nesa ikut gue, kita labrak tuh cewek," ucap Ervina yang sudah berdiri dari duduknya.

"Ke kelas IPA? Gue? Ngelabrak?" tanya Nesa tidak percaya.

"Iya, kenapa?" tanya Ervina bingung.

"Gila aja, bisa gak jadi gue pdkt sama Arka," ucap Nesa menggeleng.

"Lo kan disini membela yang bener, jadi gak salah kan. Ayo buru." Ervina menarik tangan Nesa, mereka tak hanya berdua Dino dan Mahendra juga ikut bersama mereka.

***

Ervina menatap sinis gadis didepannya yang dengan berani mendekati kekasihnya itu.

"Emang cowok udah musnah ya sampai lo deketin pacar gue?" tanya Ervina dengan senyuman miring nya.

"Lo apa sih?" tanya gadis itu bingung.

"Susah ya ngomong sama orang bego udah gitu di tambah sok bego lagi kan bobrok banget jadinya," ucap Ervina menatap tajam lawan bicaranya, Nesa hanya berdiri di samping Ervina bingung harus melakukan apa? Lagi pula ia tidak ingin terlihat urusan yang bukan urusannya.

"Heh lo dateng-dateng langsung matah-marah gitu maksud lo apa?" tanya gadis itu kesal.

"Sok polos lo, ngapain lo deketin cowok gue? Udah punya cowok masih aja deketin cowok orang," ucap Ervina sambil menumpahkan minuman kearah gadis itu.

"Siapa yang deketin cowok lo? Cowok lo aja kali yang deketin gue," ucap gadis itu dengan angkuh.

"Eh Mila denger ya, cowok gue gak mungkin suka sama cewek ketebelan bedak kayak lo," ucap Ervina dengan menunjuk Mila.

"Ada apa nih?" tanya seorang laki-laki yang baru saja memasuki kelas XII IPA 4 .

"Nesa," laki-laki itu menatap Nesa yang juga berada di antara kerukunan dengan bingung.

"Kesempatan Nes," ucap Dino dengan senyumannya. Sedangkan Nesa sudah memutar malas matanya, bisa-bisanya sahabatnya itu menyuruhnya mengambil kesempatan disaat sahabatnya yang lain tengah ada dalam masalah yang pasti akan sampai ke telinga guru jika sudah ketahuan oleh sang ketua OSIS.

"Ada apa ini?" tanya Arka sekali dengan tegasnya.

"Ini sih Ervina dateng langsung matah-marah sama Mila," adu salah satu sahabat Mila.

"Ervina gak mungkin marah tanpa alasan kali, gak akan ada api kalo gak ada bara." Nesa menimpali ucapan gadis yang ia tidak ketahui namanya itu.

"Kalian berdua ikut gue ke ruang osis," ucap Arka lalu pergi dari sana di ikuti Ervina dan Mila di belakangnya.

Nesa ingin ikut tapi tidan diperbolehkan. Jadilah ia kembali ke kelasnya bersama Dino dan Mahendra.

Nesa tidak jadi masuk ke kelasnya saat ia mengingat Rifkan, ia harus menghampiri laki-laki dari semua sumber masalah itu.

***

Nesa kini tengah menunggu Arka di depan kelas laki-laki itu. Nesa sudah biasa kelas Arka, tapi biasanya untuk menemui temannya yang satu kelas dengan Arka.

Arka keluar dari kelasnya, lalu menatap Nesa yang sedang menunggunya.

"Mau balik sekarag?" tanya Arka saat ia sudah berada di depan Nesa. Nesa hanya menganggukan kepalanya lalu mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

"Kalau ada masalah kayak tadi lo gak usah ikutan," ucap Arka membuka pembicaraan.

"Kenapa? Dia sahabat gue," ucap Nesa pada Arka.

"Gue gak mau lo kena masalah," ucapan Arka sukses membuat pipi Nesa bersemu. Apa Arka mengkhawatirkannya? Jika benar makan Nesa sangat bahagia, ia jadi memiliki peluang untuk bisa masuk ke hati Arka dan menggeser wanita yang kini berada dalam hati laki-laki itu.

"Lo khawatir?" tanya Nesa langsung. Tak jawaban dari Arka, laki-laki itu hanya diam tanpa mau menjawab. Sampai mereka melaju meninggalkan sekolahpun Arka tetap diam tanpa minat untuk menjawab nya.

***

Hai semua apa kabar?

Makasih ya buat yang udah baca cerita aku ini. semoga kalian suka.

buat yang mau masuk grup chat di wa bisa dm ke ig aku ya @hilmiatulhasanah_ atau @wphilmiath_

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel