Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Strong Girl Six

"Ketika mulut tak dapat terucap, mata akan memberitahukan semuanya."

****

Nesa tengah berebahkan tubuhnya di kasurnya, mengingat kembali perkataan Arka tadi siang. Apa ia salah karena mencintai Arka? Mengapa begitu sakit mengetahui laki-laki yang kita sayang ternyata menyukai gadis lain?.

Nesa kembali membuka laptopnya mencari dokumen yang ia ingin tuliskan untaian katanya. Setelah menemukannya Nesa mulai mengetikkan beberapa kata yang menggambarkan betapa ia tak harus berharap lebih pada sesuatu yang tidak nyata.

Rasa Dan Hati

Tak sadarkah ia???

Ada hati yang mengharapkannya

Ingin menggenggamnya dengan mesra

Dengan segenap rasa yang hati ini punya

Tak tau kau ia???

Ada hati yang mengejarnya dengan langkah tertatih

Terus mencintai walau hati terasa letih

Terus menunggunya walau rambut perlahan memutih

Andai ia tau!!!

Ada namanya yang terukir indah dalam hati ini

Ada senyumnya yang terpatri jelas dalam mata ini

Ada bayangnya yang menghantui sanubari ini

Namun harusnya ku tau!!!

Bahwa cinta yang ku punya, Bagaikan tanah yang Merindukan langit

Bagai Gunung yang merindukan laut

Bagai kunang-kunang yang merindukan siang

Tak ada yang dapat bersatu karena semua hanya harapan semu semata

Nesa menghembuskan nafasnya gusar, menghapus air matanya kasar lalu menutup laptopnya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya. Nesa mencari nama Safinda, karena hanya gadis itu yang salalu bisa mengerti dan memberikan sarannya pada Nesa.

***

Nesa tengah fokus mengerjakan tugas Geografi yang di berikan gurunya saat suara teriakan Rifkan mengganggu aktivitas nya.

"Sok rajin banget lo Nes," ucap Rifkan sambil menutup buku Nesa, mengerjai gadis itu.

"Eh tomket diem lo," ucap Nesa kesal dan kembali fokus pada soal di depannya.

"Ervinna mana?" tanya Rifkan saat tak melihat kekasihnya di tempatnya.

"Bucin mulu lo, balik ke kelas lo sana emang lo gak belajar apa?" tanya Nesa yang jengah melihat Rifkan yang tidak berada di kelasnya dan malah berada di kelas Nesa.

"Baru abis latihan gue," ucap Rifkan lalu duduk di samping Nesa di tempat kekasihnya yang sekarang entah kemana.

"Vina lagi ke kamar mandi, mending lo juga ke kamar mandi deh," ucap Nesa mengusir Rifkan.

"Ngapain? Yang ada gue di gebukin cewek-cewek kalau nyamperin Vina," ucap Rifkan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Yang nyuruh lo nyamperin Vina siapa? Gue nyuruh lo kekamar mandi buat ganti baju, sumpah ya lo bau got Kan," kesal Nesa, ia tidak bersungguh-sungguh mengatakan Rifkan bau got ia hanya bercanda tapi laki-laki itu langsung mencium badannya setelahnya ia langsung pergi meninggalkan Nesa yang menahan tawanya melihat tingkah Rifkan.

"Nesa, di cari calon imam lo nih," teriak Rifkan saat sampai didepan pintu dan melihat Arka yang berada di sana. Nesa segera menghampiri Rifkan saat mendengar bahwa Arka mencarinya, lihat bahkan dengan mudah Nesa melupakan segalanya tentang kejadian kemarin dan dengan segera menghampiri Arka.

"Nahkan Ka, nih orang bener suka sama lo. Gue bilang di panggil calon imam aja udah paham kalau lo yang nyarik," ucap Rifkan memprovokasi.

"Apa sih Kan? gue ke sini gegara lo bilang ada yang nyarik ya, meskipun gue gak tau siapa yang nyarik," ucap Nesa berusaha menutupi malunya. Betapa bodohnya ia, tidak berpura-pura bertanya dulu tapi langsung mencarinya.

"Alah sok malu-malu anjing lo," ucap Rifkan mengejek Nesa. Nesa sudah kesal dengan Rifkan langsung menyubit pinggang Rifkan.

"Pergi sana, ganti baju. Bau got tau gak," ucap Nesa mengusir Rifkan. Arka yang menahan tawanya melihat adegan di depannya itu.

"Iya tau kok yang mau berduaan, gue pergi dulu ya, baek-baek sama kecebong alaska suka ngamuk," ucap Rifkan sambil menepuk kepala Nesa dan segera berlari menghindari amukan Nesa.

"Emm kenapa ya Ka?" tanya Nesa pada Arka setelah Rifkan sudah tidak terlihat.

"Gak papa, sengaja nyamperin lo aja," ucap Arka seolah kejadian kemarin tidak ada.

"Masuk aja yuk," ajak Nesa yang mendapat anggukan dari Arka.

Mereka memasuki kelas Nesa dan langsung mendapat tatapan tak percaya jika sang ketua OSIS yang anak IPA mau datang ke lingkungan anak IPS hanya untuk bertemu Nesa, mata mereka menyipit menatap curiga pada Nesa.

"Ciee ada apa nih kalian?" tanya Tania salah satu temennya menatap curiga pada Nesa dan Arka. Nesa sudah memerah karena malu, padahal ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Arka tapi tetap saja ia malu.

Di kelas Nesa itu sistemnya bergeng, bukan grup lagi. Bahkan antar geng mereka tidak akur ada saja pertengkaran. Namun Nesa cukup di terima di semua geng, bukan karena ia banyak yang menyukai tapi karena ia pintar dan gadis yang sangat baik jadi banyak yang suka memanfaatkannya. Sangat miris bukan?.

"Nesa, boleh gak mulai sekarang gue jadi temen lo?" tanya Arka pada Nesa yang kembali mengerjakan soal Geografinya.

"Bukannya kita udah temenan ya?" tanya Nesa, karena ia mereka semenjak ia mengikuti lomba debat bersama Arka mereka sudah menjadi teman.

"Gue pengen lebih deket sama lo," ucap Arka sambil menatap Nesa yang kini juga tengah menatapnya.

"Boleh," ucap Nesa ragu. Percayalah jantungnya tengah bekerja dengan cepat pikirannya sudah bersorak senang 'Boleh Arka, boleh banget' batin nya sambil menampilkan senyum manisnya.

"Wah wah wah ada apa ini? Apa ada something yang gue lewatkan?" tanya Ervina yang baru saja datang, entah ia benar dari kamar mandi atau dari mana, tapi yang jelas ia merusak suasana.

"Tadi lakinya sekarang bininya, hobi banget sih ganggu mulu," gerutu Nesa pada Ervina yang sudah duduk di depannya sambil memandang Arka heran.

"Lo berdua ada apa nih?" tanya Ervina curiga.

"Apa sih Er?" tanya Nesa dengan wajahnya yang sudah bersemu merah karena Ervina yang menggodanya.

"Dino," teriak Ervina yang langsung lari keluar mencari sahabat mereka yang satu itu. Nesa langsung merasakan alarm bahaya akan segera datang jika sudah ada manusia laknat itu.

"Ka, kalo gak ada yang di omongin lagi mending balik aja ya ke kelas lo," ucap Nesa tidak enak karena harus mengusir Arka, sebenarnya ia juga tidak rela tapi pasti nanti para sahabatnya semua akan datang melihat kejadian langkah ini.

"Emang kenapa? gue lagi bosen di kelas, btw kantin yuk," ajak Arka yang tambah membuat Nesa memelotot pasalnya nanti pasti akan ramai dan akan banyak yang melihatnya bersama Arka dan berbagai macam gosip pasti akan bermunculan.

"Tapi... " ucapannya terpotong oleh perkataan Arka yang langsung menyela ucapannya.

"Gak ada tapi-tapian, ayo buru" ucap Arka yang langsung menarik tangan Nesa untuk menuju kantin. Nesa menatap genggaman tangannya yang masih tidak terlepas dari Arka dengan senang, tapi tatapan penghuni sekolah yang mereka lewati membuat Nesa menjadi risih.

Saat sampai di kantin pun semua tatapan tertuju padanya, Arka hanya mengabaikannya berbeda dengan Nesa yang sudah tidak nyaman.

"Tenang aja rileks, mereka cuma iri sama lo," ucap Arka menenangkan. Nesa hanya menganggukkan kepalanya. Setelahnya mereka langsung memesan makanan mereka.

***

Hai semua apa kabar?

Makasih ya buat yang udah baca cerita aku ini. semoga kalian suka.

buat yang mau masuk grup chat di wa bisa dm ke ig aku ya @hilmiatulhasanah_ atau @wphilmiath_

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel