Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Strong Girl Five

"Tak hanya kata, bahkan sikap menjadi petunjuk akan segalanya."

***

Suara bel pulang sekolah baru saja berbunyi dan kini Nesa tengah membereskan alat tulisnya saat Talia datang ke kelasnya dan menghampirinya.

"Nesa," panggil Talia pada Nesa, Nesa segera mengalihkan perhatiannya pada Talia yang sudah berdiri di depannya.

"Kenapa Ta," tanya Nesa pada Talia.

"Gue gak bisa pulang bareng lo, mungkin buat beberapa hari ke depan soalnya gue ada latihan buat lomba musik," ucap Talia merasa tak enak, Nesa mendengus lalu mengangguk memaklumi.

"Tapi tenang aja, lo udah gue titipin sama Arka jadi buat beberapa hari ini lo pulang bareng dia dulu ya," ucap Talia dengan senyumannya. Nesa menatap tak percaya pada ucapan Talia, jadi untuk beberapa hari ini, ia akan pulang dengan Arka? Demi apa? Nesa sangat senang tapi ia juga merasa malu karena harus terus bersama Arka tapi tak dapat di pungkiri rasa bahagia lebih mendominasi.

"Talia," rengek Nesa yang sukses membuat Talia tertawa gemas dengan temannya itu.

"Gue duluan ya, Nes." Talia segera pergi dari kelas Nesa meninggalkan Nesa yang masih tercengang di tempatnya.

"Nesa, cepet udah di tunggu sama Arka," panggil Ervina pada Nesa, Ervina mengedipkan sebelah matanya menggoda Nesa.

Nesa menghampiri Arka kedepan kelasnya dan disana masih ramai dengan anak kelasnya, bahkan disana juga ada Dino yang sudah tersenyum menggoda pada Nesa.

"Weh udah balik bareng aja nih, cepet jadian lah kasian sahabat gue ini," ucap Dino sambil mengelus puncak kepala Nesa. Lagi-lagi Nesa harus dibuat malu dengan tingkah Dino.

"Terserah lo dah terserah capek gue ngomong sama lo," ucap Nesa kesal sambil memutar bola matanya malas.

"Ayo Ka, di sini ada orang gak waras," ajak Nesa pada Arka, Arka hanya tersenyum melihat kejadian didepannya itu.

"Ayo," ajak Arka setelahnya. Mereka langsung menuju parkiran menuju motor Arka.

"Nes, kita makan dulu yuk. Gue laper," ajak Arka yang langsung memberhentikan motornya di depan KFC. Nesa hanya mengikuti Arka yang berjalan di sampingnya.

"Lo mau pesen apa?" tanya Arka saat mereka sudah duduk di meja dan Arka yang akan memesan untuk mereka.

"Gue pesen Burger sama manggo flot aja deh," ucap Nesa yang mendapat anggukan dari Arka. Setelahnya Arka langsung pergi untuk memesankan makanan untuk mereka.

Tak beberapa lama Arka sudah kembali dengan nampan di tangannya.

"Punya gue nanti gue ganti ya uangnya." Ucap Nesa sambil tersenyum pada Arka, ia menampilkan senyum manisnya dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya.

"Ya ampun gak usah, sans aja," ucap Arka dengan tawanya saat mendengar Nesa akan mengganti uangnya.

Mereka memakan makanannya dalam diam sampai Arka membuka pembicaraan dan berhasil membuat Nesa membeku.

"Nes, gimana menurut lo cinta dalam diam,?" tanya Arka membuka pembicaraan. Nesa menatap Arka dalam.

"Emang kenapa,?" tanya Nesa yang berusahalah menahan jantungnya yang terus berpacu dengan cepat.

"Gue lagi suka sama seseorang tapi gue gak berani buat ngungkapin." Ucapan Arka sukses membuat Nesa terdiam. Hatinya langsung mencelos dengan nafas gusarnya mendengar penuturan Arka yang mendadak, hatinya bagai di hunus dengan beribu pedang yang menancap sempurna di hatinya.

"Lo kan cowok kenapa gak berani?" tanya Nesa dengan ekspresinya yang kembali seperti semula setelah ia memenangkan pikirannya. Arka menghembuskan nafasnya berat lalu menatap pada Nesa.

"Gue takut hatinya bukan buat gue, dia terlalu banyak di kelilingi cowok," ucap Arka menjelaskan. Nesa sudah tidak bisa berpikir lagi hatinya cukup sakit mendengar penuturan Arka.

"Seenggaknya lo coba dulu, mencintai dalam diam gak selalu berakhir dengan baik. Ada hati yang di pertaruhkan, ada rasa yang di korbankan dan ada jiwa yang harus berada di ambang batas kesabaran." Nesa menatap lurus pada Arka, menatap Arka dalam menyiratkan betapa ia sangat terluka dengan ucapan Arka. Nesa mengerjapkan matanya lalu mengubah ekspresinya yang semula sendu menjadi senyum yang mengembang dengan indahnya.

Arka takjub melihat betapa tegarnya Nesa, ia tahu gadis itu sedang merasakan sakit, ia tahu gadis itu sedang terluka, ia tahu gadis itu sedang rapuh, ia tahu gadis itu sedang berusaha tegar, dan ia tahu bahwa gadis itu mencintainya.

Arka memakai tahu gadis itu menyukainya, bukan karena ucapan Dino tapi karena tatapan gadis itu padanya yang menunjukkan betapa dalam cintanya. Ia tak bermaksud membuat hati gadis itu terluka tapi ia hanya ingin melihat kesungguhan gadis itu. Dan Arka suda melihatnya betapa gadis itu mencintainya.

"Kadang ada kalanya hati memendam, mulut tak dapat bergeming tapi, mata, ia bisa mengungkapkan semuanya," ucap Arka yang membuat Nesa yang awalnya menunduk langsung mendongak menatap Arka.

Arka mengelus puncak kepala Nesa sambil tersenyum padanya. Senyum yang sangat jarang ia tampakkan pada siapapun kecuali orang yang sudah mengenalnya.

"Balik yuk udah sore," ajak Arka yang mendapat anggukan dari Nesa. Nesa berdiri dari duduknya lalu mengikuti Arka yang berjalan di depannya.

Mood Nesa langsung hancur sekarang, bahkan untuk berjalan saja rasanya ia sangat malas. Dia ingin segera sampai di rumah dan menumpahkan segalanya entah lewat tulisannya dan lewat air matanya.

Nesa menaiki motor Arka dengan pundak laki-laki itu sebagai pegangannya. Tak beberapa lama motornya langsung saja membelah jalanan yang cukup padat itu.

Nesa langsung merebahkan tubuhnya di kasurnya saat ia sudah sampai di rumahnya. Tangisnya pecah, hatinya begitu terluka. Laki-laki yang ia sukai selama hampir 1 tahun ini ternyata menyukai gadis lain. Harusnya dari awal Nesa tau semua ini akan terjadi, Nesa bukan siapa-siapanya mereka hanya berteman hanya Nesa yang mencintai di sini tidak dengan Arka laki-laki itu mencintai gadis lain.

Nesa memejamkan matanya sejenak mengistirahatkan batin dan fisiknya. Nesa berusaha untuk tertidur sebelum ia harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya jika ia tak ingin ibu tirinya itu memarahinya dan menghinanya habis-habisan.

Suara ketukan pintu membuat Nesa kembali membuka matanya dan berjalan kearah pintu kamarnya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya, yang ternyata Maudy adiknya yang masih berumur 5 tahun itu tengah berdiri dengan tersenyum pada Nesa.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Nesa pada adiknya itu.

"Bunda lagi marah sama aku, aku tidur di kamar kakak ya," ucap Maudy dengan wajah sendunya.

"Ya udah ayo masuk," ucap Maudy mengajak adiknya itu untuk masuk.

"Kak aku kangen nenek," ucap Maudy tiba-tiba. Nesa menghambuskan nafasnya lalu menatap adanya itu.

"Kakak juga kangen, tapi sekarang nenek sudah bahagia di sana," ucap Nesa sambil mengelus puncak kepala adiknya itu, lalu ia segera menuju kamar mandi dan meninggalkan adiknya itu di kamarnya.

***

thank ya udah baca cerita ini jangan lupa komentarnya.

semoga kalian suka ya sama cerita ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel