Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Keesokan harinya aku pindah dari apartemen Bryan dan kembali ke apartemen sendiri.

Saat Bryan menelepon menanyakannya, aku bilang sedang sibuk belakangan ini dan takut mengganggunya, lalu segera menutup telepon.

Aku memang sangat sibuk saat itu, ada banyak proyek di tanganku. Berangkat pagi pulang malam sudah menjadi rutinitas, terkadang aku bahkan langsung tidur di tempat kerja.

Aku benar-benar tidak punya waktu dan energi untuk memikirkan masalah Bryan.

Di hari proyekku selesai, sebuah panggilan nomor tak dikenal masuk.

Itu dari Selin.

"Amanda, mari kita bicara kalau ada waktu."

Di kafe, dia duduk di depanku dan memancarkan kepercayaan diri yang aneh.

Dia menyesap kopi, lalu meletakkan cangkir dan berkata terus terang padaku.

"Amanda, kamu pasti tahu orang yang benar-benar disukai Bryan bukan kamu. Keinginan ulang tahun itu hanya omong kosong, aku hanya ingin kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri kalau Bryan tidak akan menolak apa pun yang aku inginkan."

"Bahkan jika aku ingin menikah dengannya, dia tidak akan menolak."

"Kalau bukan larangan ibunya, mungkin posisi nyonya muda Keluarga Collin sudah jadi milikku."

Nada bicaranya sangat yakin.

Seolah dia adalah pemenangnya.

Saat melihatnya seperti ini, aku bukannya marah malah tertawa.

"Selin, meskipun aku meninggalkannya, apakah kamu begitu yakin kalau orang di sisinya adalah kamu?"

Dia sepertinya sudah menduga aku akan berkata seperti itu, jadi meneruskan dengan santai.

"Amanda, kamu hanya punya latar belakang keluarga yang sedikit lebih baik dariku, tidak ada yang perlu kamu banggakan."

"Jika kamu masih tidak percaya, besok malam pukul delapan di kamar 809 Hotel Four Season, kamu bisa lihat sendiri."

Malam itu, entah kenapa aku muncul di depan pintu kamar hotel.

Aku melihat sendiri bagaimana Bryan memasak untuk Selin.

Sedangkan Selin menerimanya dengan senang hati, kemesraan mereka seperti pasangan yang sudah lama hidup bersama.

Padahal, selama bersama denganku, Bryan tidak pernah sekalipun memasak untukku.

Bahkan akan mengomel saat membuatkan secangkir teh hangat untukku.

Aku menarik napas panjang dan menekan kekesalan di hatiku.

Kemudian aku mendorong pintu yang sedikit terbuka dan mendadak muncul di depan Bryan.

Aku mengabaikan tatapan kagetnya dan bertanya.

"Bryan, kalau kamu tidak pernah bisa melupakan Selin, kenapa kamu masih bersamaku?"

Dia mengatupkan bibir dan menjawab pertanyaanku dengan diam.

Walaupun sudah memutuskan untuk melupakan perasaanku padanya, aku tetap merasa sakit hati dan kasihan pada diri sendiri atas semua perasaan yang aku berikan padanya.

"Bryan, kita sudah lama bersama, apakah kamu merasa sangat lucu melihatku menjadi badut di antara kalian?"

"Apakah mempermainkanku seperti ini sangat menyenangkan?"

Selin melihat Bryan tertekan menghadapiku, jadi menariknya ke belakang melindunginya, lalu berkata padaku.

"Nona Amanda, aku dan Bryan saling mencintai, bisakah kamu berbesar hati dan merestui kami?"

Bryan yang melihatnya memegang tangannya dengan erat dan mereka menyatukan tangan.

Sejak awal hingga akhir, pandangannya tidak pernah tertuju padaku.

Saat itu, aku mendengar suara hatiku yang remuk.

Pada saat itulah aku membuat keputusan.

"Baik."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel