Bab 1 (Sakit Papa ... )
Kau!"
Geraman tertahan di susul tangisan pilu terdengar, "Sakit, Papa ... "
Mata Aussie terbuka.
Pandangannya mendapati langit langit kamar apartemen Harland, dia berada dalam selimut. Dia linglung ...
Kenapa dia ada di sini?
Bukankah tadi dia terjun dari atap dan mati. Tapi kenapa dia ada di sini? Di kamar yang biasa dia tempati bersama Sidney. Sebenarnya apa yang terjadi? Seharusnya dia bertemu dengan malaikat tapi kenapa dia malah tertidur di sini?
Di tengah kebingungannya suara desis tajam amarah masuk ke dalam indra pendengarannya, "Sekarang kau harus menerima hukuman dariku!"
"Jangan hukum Sidney, Papa ... " isak tangis begitu memilukan. "Maafkan Sidney ... Papa ... Sidney tidak sengaja ... "
Sidney.
Itu suara putranya. Dia akan mencerna semua ini nanti. Sekarang dia hanya ingin melihat pria kecilnya ... dengan degupan tak menentu teramat bahagia, segera dia bergegas turun dan keluar dari kamar.
Dia mematung. Ketika melihat di tengah cahaya yang masuk siang yang masuk dari kaca besar di ruang tengah dengan tirai yang sudah tersibak, Harland menarik paksa Sidney yang wajahnya telah basah oleh derai tangis. Sikecil mengeleng geleng pelan sambil berujar 'jangan hukum Sidney ... Sidney minta maaf'
Mengiris batin.
Dia menelaah. Kejadian ini sama persis seperti dua tahun yang lalu. Ketika pria tidak punya hati itu menghukum lelaki kecilnya yang saat itu tidak sengaja menumpahkan minuman ke dokumen dokumen penting di meja kerjanya.
Saat itu Sidney hanya ingin menunjukan perhatiannya pada Harland dengan membuatkan jus jeruk yang dia tuang sendiri dari kotak jus di dalam kulkas. Dia dengan tangan kecilnya tidak sengaja menumpahkan jus itu ke meja kerja suaminya hingga memancing emosi Harland.
Pakaian mereka sama. Seperti saat itu. Harland membalut tubuhnya dengan celana denim hitam dan baju rajut panjangnya sementara sikecil memakai kaos dan celana katun selututnya.
Wajah kecil itu memerah dengan tetasan air mata yang terus jatuh.
Aussie tersadar. Dia menyembangkan senyum di iringi lelehan air mata suka cita. Dia kembali ke masa lalu. Masa di mana dia masih bisa menyentuh putra tercintanya. Setahun sebelum insiden kecelakaan yang menewaskan malaikat kecilnya. Dan sepertinya Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk menebus semuanya saat ini.
"Papa ... Sidney tidak mau dihukum ... " lirih si kecil.
Dia mengusap air matanya kasar dan buru mendekat mencengkram lengan Harland, tangan yang sedang meremas lengan Sidney.
Harland terkejut. Dia berhenti bergerak tepat di depan pintu kamar mandi. Yang ada di luar kamar.
Aussie ingat. Setelah ini Harland dengan tega akan mengguyur Sidney setelah itu menguncinya di kamar mandi selama dua hari dan setelah itu si kecil sakit selama beberapa hari.
Saat itu dia hanya akan menahan kesedihannya mendapati perlakuan kasar Harland pada putranya sendiri. Karena jika dia mengintrupsi atau menolong Sidney, Harland selalu mengancam akan mencerikannya. Dan dia yang saat itu begitu mencintai pria itu tidak bisa berbuat apa - apa selain diam dan tidak melakukan apapun. Sebab dia tidak ingin kehilangan pria itu. Cintanya memang teramat dalam hingga membuatnya mendadak bisu ketika pria itu menyiksa buah hatinya. Tapi sekarang ... jangan harap dia bisa menyentuh Sidney seujung kukupun, karena dia akan membela putra tersayangnya dan tidak takut pada apapun. Termasuk berpisah dengan pria itu.
"Lepaskan putraku," tekan Aussie dengan gemeruk gigi yang terdengar jelas. Dadanya membara.
Harland tertegun sejenak. Aussie tidak pernah menyentuhnya dan selalu menjaga jarak darinya karena dia yang menyuruhnya untuk tidak dekat dekat dengannya. Tapi sekarang wanita itu sudah berani memerintahnya!
Muka Harland makin mendingin. Karena dia tidak suka di sentuh oleh wanita manapun selain keluarganya. Termasuk wanita yang menjadi istrinya ini. Dia membenci wanita yang telah menjebaknya ini.
Yang membuat dia menidurinya enam tahun yang lalu karena obat perangsang yang dia masukkan ke dalam minumannya. Wanita murahan ini bukan hanya berani mempengaruhi ibunya agar dia menikahinya, dia selalu bersikap lemah lembut dan sopan hingga ibunya menyukai wanita murahan ini. Dan dia semakin membencinya karena dia membuat dia memiliki anak dari pernikahannya mereka. Dia menikah hanya demi ibunya. Hanya pernikahan di atas kertas tidak lebih. Tapi wanita tidak tahu diri ini membuatnya harus memiliki anak yang tidak pernah dia inginkan.
Dia menurunkan tatapannya pada cekalan wanita itu. Dan bersitatap dengan wanita kurang ajar ini. "Lepaskan tanganmu dariku," perintahnya dingin.
Cengkraman itu makin mengetat, "Tidak," tolaknya tajam. "Sebelum kau melepas tanganmu dari Sidney aku tidak akan pernah melepaskannya."
Sidney berhenti menangis. Keningnya berkerut dengan muka masih bersimbah air mata. Dia tidak pernah mendapat pembelaan apapun dari ibunya hingga seperti ini. Ibunya akan selalu berhenti berbicara saat ayahnya bilang kalau dia akan menceraikanya kalau ikut campur. Dia sendiri tidak mengerti apa itu cerai, tapi yang dia pahami kalau ibunya sangat takut dengan kata itu.
Harland menarik sedikit senyum mencemooh, "Kau sudah mulai berani rupanya, kau tahu apa yang akan lakukan jika kau berani ikut campur."
"
"Cerai maksudmu?" balasnya meremehkan, "Silahkan ceraikan aku." nadanya kemudian berubah menantang. "Karena saat ini itu juga yang aku inginkan."
Harland menipiskan mata tajam, "Aku tidak main - main."
Aussie memiringkan bibir sinis, " Aku juga sedang tidak bergurau, Tuan Dauglash." katanya tanpa takut dan keraguan. "Setelah ini aku aku akan mengurus semua agar aku tidak lagi terikat denganmu." Harland tertegun. Mendapati kesungguhan dan serius itu.
Aussie yang dia kenal tidak akan berani memancing amarahnya dan menantangnya seperti ini karena dia selalu akan mengkeret kalau Harland akan melontarkan ancaman cerai kalau sampai berani mendebatnya.
Bagaimana bisa dia berubah drastis seperti ini. Wanita yang dinikahinya selama ini akan selalu menjadi penurut dan patuh dengan apa yang dia katakan. Selama dia masih mau tinggal dan menjadi ayah untuk anak yang tidak pernah dia harapkan, Aussie akan selalu menerima perlakuannya dan akan selalu berhenti bertindak lebih jauh membela anaknya.
Raut Aussie masih begitu keras, "Jadi sekarang lepaskan putraku," tekannya.
Harland mengamatinya dengan seksama tanpa pernah ingin menuruti kemauan Aussie. "Aku benar benar akan menceraikanmu setelah ini." Dia hanya ingin menggertaknya. Menguji pernyataan wanita itu tentang perceraian."
"Aku tidak peduli. Sekarang lepaskan Sidney." Berhenti sebentar. "Atau aku perlu menghubungi mama," ejeknya.
Pegangan tangan Harland terlepas. Dia tidak akan pernah mau melihat kesedihan atau kekecewaan ibunya karena mendapati cucu kesayangannya tersakiti. Selama ini orangtuanya hanya tahu kalau mereka baik baik saja.
Walau dia sering bertindak tidak acuh dalam memberlakukan Sindney tapi jika di depan mereka, tapi dia tidak pernah tahu kalau dia sering menyakiti cucu mereka. Entah itu lewat psikis atau fisik.
Aussie segera mengendong Sidney dan membawanya ke kamar lalu menutup pintu.
Harland di sana tetap terdiam menatap pintu itu dengan ekspresi tak terbaca.
Aussie membawa Sidney duduk di tepi tempat tidur.
Mata coklat Sidney terus melihat ibunya yang memeriksa lengannya, "Ini pasti sakit, papamu benar benar keterlaluan." Dia terus mengikuti gerak tubuh ibunya yang bergerak mengambil kotak obat yang menempel di dinding. Ibunya mengambil salep dari kotak tersebut dan mengoleskannya di pergelangan tangan yang menampakkan ruam bekas cengkaraman ayahnya tadi.
Selama ini dia selalu ketakutan saat menerima hukuman dan amarah dari ayahnya tanpa ada yang menolongnya. Tapi sekarang ibunya melindunginya dan untuk pertama kali dia merasa ada tempat aman yang bisa dijadikan tempat berlindung.
Aussie menyeka air mata si kecil yang terus memandanginya. Setelah dia memaskuna salep o
itu ke tempatnya. "Mama," panggil Sidney.
"Apa sayang ... " ujarnya lembut penuh kehangatan.
"Sidney senang sekali karena Mama menolong Sidney," ucapnya dengan senyum merekah dan binar cerah di sana. Hati seolah teremas. Dia dia tidak memiliki daya dan upaya dari melindungi putranya dari amarah Harland karena cintanya yang begitu besar dan dalam. Dia akan selalu mengalah untuk apapun yang Harland mau meski itu akan berimabas pada luka di batin putranya sendiri. Dia selalu memprioritakan Harland dari putranya sendiri dan mengesampingkan penderitaan putranya dan memaafkan apapun kesalahan pria itu. Dia selalu rela ditekan dan dihina selama pria itu mau bersamanya. Menjadi seperti hewan peliharaan yang akan selalu mengikuti arahan majikannya. Tapi sepertinya ungkapan hewan peliharaan dan majikan kurang tepat, karena majikan biasanya akan selalu menyayangi hewan peliharaannya tapi dia hanya mendapat luka dalam hingga titik terdalam akibat perlakuan Harland pada putranya sendiri.
Dia sudah salah karena mempertahankan pria itu dengan mengorbankan putranya sendiri dan menjadi sangat dungu hanya di pria tidak punya hati itu. Dan sekarang dia tidak ingin melakukan kesalahan lagi dan akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik - baiknya.
Aussie menarik tangan kecil Sidney dan mengenggam keduanya erat dan dengan bibir hampir bergetar dia berkata, "Mulai sekarang mama akan terus melakukan itu dan melindungimu dari apapun dan dari siapapun termasuk dari amukan ayahmu."
Sinar cerah muncul di paras si kecil, "Sungguh?"
"Hmm ... " jawabnya mengiyakan.
Mimiknya berubah sedih, "Tapi sekarang papa jadi marahan sama Mama," lesu Sidney.
Aussie memeluk putra kecilnya erat. Menyalurkan kerinduan yang telah tertahan. Mengusap punggung serta kepala anaknya dan menaman ciuman di rambut ... Sidney. "Tidak apa - apa, Nak .. " gumamnya penuh perasaan. Matanya mulai terbakar dan tumpukan air mata berkumpul di pelupuk mata. Mengingat kesalahannya pada si kecil yang malang. "Itu bukan masalah besar, jadi kau tidak perlu cemas ... "
Tangan kecil itu membalas pelukan ibunya. "Sidney sayang Mama ... "suara itu terendam dalam dekapan Aussie dan dengan pancaran kesedihan namun ada senyum merekah Aussie menjawab, "Mama juga sayang Sidney ... " Dan mama bukan hanya akan melindungimu tapi juga menentang siapapun, sekalipun itu suaminya sendiri.
Dan setelah ini dia harus pergi dari sini dan mengurus perceraiannya dengan Harland. Dan membawa Sidney sejauh yang dia bisa dari ayahnya sendiri. Akan lebih baik jika dia hidup tanpa ayah yang tidak pernah menginginkannya.