Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 13 : Apa Hubungannya Taehyung Dengan Jongin?

"Dia itu temennya Baek hyung. Namanya Jongin hyung. Aku nggak tahu apa yang menjadi sebab dia benci Aku. Saat bertemu pertama kali dia juga menunjukkan sikap kalau dia sangat membenci Aku"

Nama Jongin sangat familiar di telinga Jimin. Dia seperti mengenal orang itu, tapi kapan? Dan di mana dia pernah bertemu?

"Kok aku ngerasa kalau aku kenal dengan orang itu yah." Gumam Jimin pelan tapi masih kedengaran oleh Hoseok

"Maksudnya kamu kenal dengan orang yang bernama Jongin itu?" Tanya Hoseok membuat Taehyung langsung menoleh kearah Hoseok dan Jimin

"Eum... gak tau sih. Tapi aku seperti tidak asing dengan namanya." Sahut Jimin

"Coba oppa inget-inget lagi kapan oppa bertemu dengan orang itu." Sahut Hyeri

Jimin mencoba mengingat-ingat kapan dia pernah bertemu dan kenal dengan orang yang bernama Jongin itu.

*FLASHBACK*

"Kamu mau ikut nggak, Jim?"

"Kemana?"

"Club, mau nggak?"

Jimin berpikir sejenak. "Aku ikut."

Tidak ada salahnya dia ikut. Toh selama ini dia belum pernah lagi merasakan yang namanya pergi ke club.

At 10.30 PM KST

Kini Jimin dan Youngjae sudah berada di parkiran club.

"Kamu dateng sama siapa, Jae?" Tanya Sehun

"Kenalin, namanya Park Jimin. Dia teman Aku waktu Junior High School dulu." Sahut Youngjae

"Aku Kim Chanyeol."

"Aku Park Sehun."

" Aku Jackson."

"Aku Jongin. Salam kenal yah."

"Salam kenal, panggil Aku Jimin."

"Yaudah yuk masuk."

Mereka langsung memasuki club itu. Suara dentuman musik dari sang Dj terdengar memekakkan telinga. Tapi itu tidak membuat semua yang berada disana keluar, mereka ada juga yang tengah menari dilantai dansa.

"Mau ikut ke sana nggak, Jim?"

Jimin hanya menggeleng. "Aku mau disini saja."

"Kalau begitu kita pergi ke sana dulu."

Jimin hanya mengangguk. Chanyeol, Sehun, Youngjae, dan Jackson langsung ketengah untuk ikut bergabung dengan orang-orang yang sudah lebih dulu ada di lantai dansa.

"Kamu tidak ikutan mereka?"

"Nggak, Jim. Aku males."

Jimin hanya mengangguk mengerti.

"Mas, vodkanya satu." Ucap Jimin

"Baik, Tuan." Sahut sang bartender

"Aku juga." Ucap Jongi

"Baik." Sahutnya lagi

"Aku kira kamu nggak bisa minum" Ucap Jongin

"Aku minum sesekali aja, karena Mama Aku pasti cerewet kalau aku minum banyak. Apalagi sampai mabuk." Sahut Jimin

"Gimana rasanya punya seorang Mama?"

Jimin langsung menoleh kearah Jongin yang kini meneguk segelas vodka secara langsung. Dia juga meminta tambah lagi.

Jongin hanya tertawa miris. "Pasti rasanya menyenangkan punya sebuah keluarga, iya kan? Apalagi seorang Ibu yang cerewet dan seorang Ayah yang keras juga tegas. Aku pengen ngerasain gimana dimarahi seorang Ibu tapi sarat akan perhatian dan kasih sayang. Aku pengen ngerasain pukulan dari seorang Ayah karena Aku nakal. Tapi dibalik itu semua dia sebenarnya ingin aku menjadi lebih baik. Aku pengen merasakan itu semua, tapi rasanya tidak mungkin."

"Memangnya Ayah dan Ibumu pergi kemana?"

"Semenjak ayah aku meninggal, Ibu aku lebih sayang ke adek aku dan aku dilupakan. Aku nggak pernah pulang kerumah selama berbulan-bulan pun dia tidak mencari Aku. Sampai aku denger kabar kalau dia menikah dengan seorang pria, dia juga tidak mencariku dan hidup bahagia dengan pria itu bersama dengan adekku dan anak dari pria itu. Aku iri Jim, melihat kebahagiaan mereka. Aku pengen kayak mereka. Sampai sekarang pun Ibuku tidak pernah mencariku. Padahal ini sudah bertahun-tahun. Dia juga pernah mengatakan kalau dia membenciku."

Jimin hanya menepuk pundak Kai untuk menenangkannya. "Kamu yang sabar yah hyung."

"Makasih, Jim."

"Kamu tidak boleh minum lagi. Kamu sudah mabuk."

"Biarin, Jim. Aku masih pengen minum lagi."

Jimin menjauhkan gelas itu dari tangan Jongin. "Tidak. Kamu tidak boleh minum lagi."

Disaat yang bersamaan, Jackson, Chanyeol, Sehun dan Youngjae dateng.

"Nih anak kenapa?" Tanya Jackson

"Dia mabuk." Sahut Jimin

"Ngerepotin banget nih anak." Gerutu Chanyeol

"Yuk balik." Ajak Sehun

Mereka semua keluar dari club itu, Jimin yang niatnya hanya minum satu gelas malah kebablasan minum 5 gelas vodka yang membuat tubuhnya limbung kebelakang, untung aja Sehun jalan dibelakang Jimin jadinya dia langsung nangkep Jimin. Jimin mulai meracau tidak jelas.

"Ini kenapa mereka pada mabuk sih?" Ucap Jackson yang ikut mapah Jimin

"Mampus. Kalau sampai aku bawa pulang Jimin dalam keadaan mabok kayak gini yang ada dia habis di tangan ayahnya.” Sahut Youngjae

"Terus gimana?" Tanya Jackson

"Bawa keapartmenmu aja, Jae." Sahut Chanyeol

"Tidak bisa. Orang tuaku ada di apartemenku sekarang." Ucap Youngjae

"Ya udah aku bawa ke apartemenku aja. Kamu hubungin Ayahnya sekarang dan bilang Jimin nginep di rumahmu." Sahut Sehun

Youngjae langsung menelepon ayah Jimin dan dia membolehkan Jimin nginep.

"Dibolehin." Ucap Youngjae

"Yaudah, Aku duluan." Sahut Sehun

Dia membawa Jimin ke apartemennya.

*****

Jimin bangun dengan kepala yang pusing luar biasa. Matanya mengedar kesekeliling.

"Aku ada dimana?"

"Kamu di apartemenku"

"Oh, Sehun hyung. Kenapa aku bisa ada disini?"

"Kamu semalam. Jadi daripada kamu kena masalah dengan orang tuamu, jadinya kamu aku bawa kemari."

"Makasih hyung"

Sehun menganguk. Mata Jimin melihat kesamping meja dekat tempat tidur itu, tangan Jimin mengambil sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja itu.

"Jungkook".

Mata Sehun membulat mendengar Jimin menyebutkan nama sepupunya. "Kamu mengenalnya, Jim?"

"I-iya. Memangnya dia siapa kamu?"

"Sepupuku yang sudah meninggal, karena tertabrak mobil."

Jimin hanya mengangguk mengerti. Jimin meletakkan kembali foto itu. "Aku pulang dulu hyung."

"Makan dulu Jim, aku udah delivery."

Jimin mengikuti Sehun ke dapur dan makan bersama.

"Aku pamit hyung"

"Iya, lain kali kita ngumpul lagi dan aku akan kenalin kamu dengan temenku yang lainnya."

"Baik, hyung"

*FLASHBACK END*

"Terus apa hubungannya cerita Jimin tentang Jongin dengan Taehyung?" Tanya Yoongi bingung

"Bener juga, tapi selain itu apa alasan dia benci Taehyung?" Sahut Namjoon

"Apa mungkin adik yang dimaksud Jongin itu adalah Taehyung?" Sahut Hoseok

"Bukannya Tae itu anak tunggal yah?" Sahut Seokjin yang membuat mereka kembali berpikir keras, apa alasan laki-laki itu membenci Taehyung dan jika memang benar dia yang bunuh Taehyung, apa juga alasan dia bunuh Taehyung?

Disaat semuanya sibuk dengan pikiran mereka sendiri, Seokjin tersadar kalau Jungkook sedari tadi terlihat murung.

"Kook?" Panggil Seokjin

"Jungkook?" Panggil Seokjin lagi

"Sehun hyung." Gumamnya

"Siapa Sehun itu?" Tanya Yoongi

"Sepupuku, hyung. Dia bagaikan kakak buatku, saat kedua orang tuaku bertengkar, aku selalu kabur ke apartemennya. Disaat aku dan Ibuku dipukuli Ayah tiri Aku, dia yang nolongin Aku dan ibuku. Aku kangen Sehun hyung." Sahut Jungkook

"Hyeri!! Jimin!! Ayo saatnya kita pulang!!" Teriak Hyerim dari bawah

"Iya!!!" Sahut Jimin dan Hyeri berbarengan

"Kita pulang dulu ke Seoul, baru kita bicarain ini lagi saat sampai." Ucap Jimin

Mereka mengangguk.

*****

At Seoul

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, Hyeri dan Jimin istirahat dikamar mereka masing-masing. Mereka tertidur saat makan malam tiba.

"Hyeri-ah."

"Iya, Ma?"

"Lepaskan Yoongi dan biarkan dia pergi dengan tenang."

Hyeri langsung memundurkan kursinya dan berdiri. "Hyeri sudah selesai." Hyeri langsung pergi meninggalkan ruang makan.

Hyerim langsung tertunduk, dia tahu sangat sulit bagi putrinya untuk melepaskan laki-laki yang benar-benar dicintainya. Sementara Hyeri langsung duduk di halaman belakang rumahnya, dia menangis tanpa suara.

Kenapa Mamanya tidak bisa mengerti dirinya? Kenapa Mamanya selalu mengatakan untuk melepaskan Yoongi? Apa salah kalau dia ingin Yoongi ada di sisinya selamanya? Dia tidak ingin ditinggal lagi oleh Yoongi. Tidak, dia tidak akan sanggup. Kalau sampai itu terjadi, maka dia akan kembali seperti dulu lagi.

"Hyeri-ah."

Orang itu langsung duduk di samping Hyeri.

"Ceritakan semuanya pada Leo Kim dan lepaskan dia. Jangan menahannya lebih lama di dunia ini. Biarkan dia pergi, sayang."

"Baik. Asalkan Mama juga mengizinkanku ikut pergi bersamanya."

Mata Hyerim membulat mendengar ucapan putrinya.

Satu tangannya melayang menampar pipi putrinya. Dia tidak suka putrinya mengatakan hal itu. Sampai kapanpun dia tidak akan mengizinkan Hyeri untuk ikut dengan Leo Kim. Dia mengizinkannya, sama saja dia mengizinkan Hyeri untuk bunuh diri.

Hyeri menangis dengan satu tangan yang memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan dari sang mama.

"Maafin, Mama. Mama hanya tidak mau kamu mengatakan hal itu. Sudah cukup mama hampir kehilangan anak kedua Mama, dan sekarang Mama tidak mau kehilangan anak bungsu Mama."

"Kalau begitu jangan pernah lagi mengatakan untukku merelakan Leo Kim pergi lagi. Kalau Mama memang mau aku tetap hidup, maka jangan coba pisahkan aku dengan Suga. Meskipun kita sudah beda alam, tapi aku masih sangat mencintainya. Hyeri mohon, Ma. Jangan katakan itu lagi, sudah cukup Hyeri kehilangannya dulu. Hyeri tidak mau kehilangnya lagi."

Hyerim langsung memeluk putrinya yang sedang menangis. Tanpa mereka sadari, Yoongi mendengar semuanya.

“Mungkin sekarang bukan saat yang tepat buatmu melepaskanku, tapi suatu saat nanti aku yakin kamu pasti akan bisa melepaskanku dan bahagia bersama laki-laki lain yang mencintaimu.” Yoongi

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel