Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 11 : Flashback

* FLASHBACK*

Hyerim menatap sedih putrinya itu. Semenjak mendengar kabar Leo meninggal, Hyeri lebih memilih untuk mengurung dirinya dikamar dan tidak mau makan ataupun minum. Sudah ribuan kali Hyerim membujuk Hyeri agar keluar kamar, tapi hasilnya nihil.

Bahkan jika tak ada Hyo Jung yang tiba-tiba menggebrak pintu kamar Hyeri, mungkin gadis itu akan pergi menyusul kekasihnya. Hyo Jung terus memeluk Hyeri erat, semenatar Hyeri berusaha melepaskan pelukan kakak sulungnya itu. Hyeri terus meraung dan menggumamkan nama Leo. Dia benar-benar mencintai laki-laki itu dan tidak ingin berpisah dari laki-laki itu.

"Tenanglah. Jangan seperti ini. Leo akan sedih jika melihatmu seperti ini."

Hyeri terus menangis dan karena lelah, dia akhirnya jatuh tertidur.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia sudah lebih baik, Ma. Sekarang dia sudah tertidur."

Hyerim hanya mengangguk dan berjalan memasuki kamar putri bungsunya. Hyerim mengelus lembut surai kecoklataan Hyeri. Dia sangat tahu bahwa putrinya sangat mencintai laki-laki asal Daegu itu.

Semenjak menjalin kasih dengan laki-laki itu senyum Hyeri tidak pernah luntur dari bibirnya. Bahkan saat mengetahui Leo akan ke Seoul untuk bekerja pun Hyeri langsung melonjak senang. Setiap pagi, Hyeri selalu menyiapkan bekal makan untuk Leo dan mengantarnya ke studio music tempat Leo bekerja. Setelahnya dia akan pergi kesekolah. Hal itu terus Hyeri lakukan tanpa lelah.

Sampai dimana Leo mendengar kabar kalau ibunya sakit keras, Leo minta izin pada Hyeri untuk balik ke Daegu. Awalnya Hyeri ragu dan tidak mengijinkan Leo buat pergi tapi Leo meyakinkan Hyeri dan akhirnya dia bisa pergi. Setelah beberapa hari Leo di Daegu, Hyeri mendengar kabar jika rumah Leo kebakaran dan Leo menjadi korban dalam kebakaran itu. Hyeri tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Leo hari itu akan menjadi pertemuannya yang terakhir kalinya. Saat itulah senyum Hyeri luntur dari bibirnya dan digantikan wajah pucat serta bibir yang pucat.

Tidak ada lagi Hyeri yang ceria dan selalu tersenyum sendiri ketika berbalas pesan dengan Leo. Semuanya telah menghilang semenjak Leo meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Semenjak kepergian Leo juga membuat Hyeri depresi dan berulang kali ingin melakukan percobaan bunuh diri. Hal itu membuat Hyerim dan Hyun Sik serta Hyo Jung selalu mengawasi Hyeri, bahkan mereka masing-masing punya kunci cadangan kamar Hyeri. Mereka tidak mau hal yang dulu terulang lagi karena tidak bisa membuka pintu kamar Hyeri yang terkunci dari dalam.

*****

Drrttt... Drrttt... Drrtttt...

"Hallo, pa?"

"...."

"Baik, Mama akan ke kantor Papa sekarang juga."

Sambungan itu diputuskan secara sepihak oleh Hyun Sik. Hyerim langsung menuju ruang kerja suaminya dan mencari berkas penting suaminya yang tertinggal.

Setibanya Hyerim di kantor suaminya, dia berpapasan dengan sekretaris suaminya. Hyerim langsung menyerahkan berkas itu dan ketika tangannya bersentuhan dengan tangan sekretaris suaminya, Hyerim seperti terseret kemasa lalu. Dia melihat perempuan ini tengah bersama Leo di sebuah taman.

"Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa kamu malah menerima pernyataan cinta dari perempuan murahan itu?!"

"Dia bukan perempuan murahan seperti yang kamu bilang."

"Lihat. Kamu bahkan membelanya!"

"Karena dia kekasihku."

"Terus apa aku bagimu?"

"Kau hanya aku anggap adikku, dan itu tidak lebih."

"Tapi aku tidak bisa menganggapmu sebagai kakakku. Aku ingin memilikimu. Aku ingin merebut kembali hakku. Aku ingin mengambilmu kembali dari tangan perempuan murahan itu!!"

"Terserah apa yang kamu bilang. Aku tidak peduli. Tapi cinta tidak bisa di paksakan.”

Setelah mengatakan itu Leo langsung pergi, perempuan itu menundukkan kepalanya. Kedua tangannya sudah terkepal marah. Dia akan menghancurkan hubungan Leo dengan Hyeri.

"Jika aku tidak bisa memilikimu, maka dia juga tidak bisa." Gumamnya

Namun sedetik kemudian Hyerim seperti berada di sebuah rumah yang cukup besar.

"Maaf atas ucapanku kemarin."

Leo hanya menganggukkan kepalanya. perempuan itu langsung memasuki rumah Leo.

"Apa kamu sudah makan malam?"

"Belum."

Perempuan itu tersenyum. "Aku akan membuatkan makan malam untukmu."

Setelah Leo memanggukkan kepalanya, perempuan itu segera memasuki dapur. Hyerim mengikuti perempuan itu sampai dapur. Setelah menyelesaikan masakannya, perempuan itu tersenyum miring dan memasukkan sesuatu ke dalam makanan Leo. Perempuan itu memanggil Leo untuk makan malam, tanpa curiga Leo memakan masakan perempuan itu.

Setelah memakan makanan itu, Leo tiba-tiba merasa mengantuk.

"Aku pergi tidur dulu."

"Iya, oppa."

Perempuan itu kembali tersenyum miring lalu membereskan piring kotor yang ada dimeja makan setelah itu baru keluar.

Sedetik kemudian, Hyerim sudah berada di tempat yang berbeda. Dia melihat perempuan itu sedang menelpon seseorang.

"Bakar rumah di jalan XXX malam ini juga. Buat hal itu seperti sebuah kecelakaan. Jangan meninggalkan jejak sedikitpun. Mengerti?!"

"...."

Perempuan itu langsung memutuskan sambungan teleponnya. Kedua tangan Hyerim terkepal marah. Dia ingin sekali memukul dan menjambak rambut perempuan itu.

"Lebih baik kau mati saja oppa, agar tidak ada yang bisa memilikimu termasuk perempuan murahan itu."

Hyerim hanya mampu menggelengkan kepalanya. "Dia sungguh jahat."

Lalu ada cahaya putih yang menyeretnya kembali dan kini dia kembali berada di depan rumah Leo yang sudah terbakar. Bahkan orang tua Leo sedang menangis, tapi dia tidak melihat laki-laki itu.

"Dimana dia?"

Hyerim mendengar bisik-bisik dari warga sekitar kalau Leo tertidur pulas dan terjebak di dalam rumah yang terbakar itu. Tidak ada yang bisa membangunkannya. Mau diangkat keluar tapi api sudah menjalar kemana-mana. Maka dari itu mereka memilih meninggalkan Leo. Hyerim yang melihat hal itu juga menitikkan airmatanya.

"Ini pasti ada hubungannya dengan kedatangan perempuan itu tadi malam."

Sebuah cahaya putih kembali hadir dan membawanya ke masa sekarang. Hyerim langsung menggelengkan kepalanya pelan dan menatap tajam perempuan di depannya. Hyerim melihat nametag perempuan itu yang bernama Wendy.

"Ada apa nyonya?"

"Tidak ada."

"Kalau begitu saya permisi."

"Hmm."

Sepeninggalnya perempuan itu Hyerim langsung mengepalkan kedua tangannya. Gara-gara perempuan itu putrinya kehilangan laki-laki yang dicintainya. Gara-gara perempuan itu dia tidak pernah melihat putrinya tersenyum kembali. Gara-gara perempuan itu putrinya menjadi depresi dan berniat mengakhiri hidupnya berkali-kali. Hyerim bersumpah suatu saat nanti dia akan membalas apa yang telah perempuan itu lakukan. Meski bukan sekarang, tapi Hyerim akan berusaha membuat perempuan itu lebih menderita dari putrinya.

Hyerim pulang ke rumah dengan perasaan marah. Dia bahkan membanting pintu rumah dengan cukup keras.

"Ada apa, Ma? Kenapa mama kelihatan marah begitu?"

"Hyo Jung-ah, bagaimana keadaan adikmu?"

Bukannya menjawab, Hyerim malah balik bertanya pada putra sulungnya.

"Dia kembali berteriak histeris dan terus memanggil nama Leo bahkan dia hampir mencelakai dirinya lagi sampai dokter Jung datang dan langsung menyuntikkan obat bius padanya agar membuatnya lebih tenang."

Hyerim hanya mengangguk. Hatinya sungguh terluka. Hati ibu mana yang tidak terluka melihat putrinya seperti ini.

"Mama sudah tahu kejadian yang sebenarnya."

"Maksud Mama?"

"Leo meninggal bukan karena kecelakaan tapi karena di bunuh."

"Bagaimana Mama bisa tahu?"

"Mama bisa melihat kembali ke masa lalu dan saat berpegangan tangan dengan sekretaris papamu, Mama melihat semuanya."

"Maksud mama Wendy?"

"Kamu mengenalnya?"

"Iya. Aku sempat jatuh cinta padanya. Aku tidak menyangka dia sejahat itu."

"Mama akan membalas perbuatannya."

"Bagaimana caranya?"

Hyerim langsung tersenyum miring. "Kau lihat saja nanti.”

Insiden kebakaran di jalan XXX yang menyebabkan satu orang meninggal sudah berlangsung dua bulan. Mereka berusaha mencari bukti bahwa kebarakan itu di sengaja tapi tidak berhasil. Maka dari itu mereka menutup kasus itu dan mengatakan kalau itu murni kecelakaan. Padahal Hyerim sudah bersikeras kalau kejadian itu adalah pembunuhan. Tapi mereka tidak percaya dengan keterangan yang di berikan oleh Hyerim dan menganggap Hyerim berhalusinasi.

Mendengar berita itu, kedua tangan Hyerim terkepal marah. Hyo Jung datang dan mengelus pundak mamanya.

"Sudahlah, Ma. Biarkan Tuhan yang menghukumnya."

"Tidak. Kalau aku tidak bisa membuatnya merasakan bagaimana penjara, maka aku sendiri yang akan menghancurkan hidupnya."

Semenjak saat itu Hyerim langsung berusaha membuat keluarganya hancur-sehancurnya.

"Tolong nyonya jangan jebloskan saya kepenjara. Saya mengaku kalau saya salah. Tolong jangan jebloskan saya kepenjara."

"Baiklah, tapi kamu harus pergi dari Korea dan jangan pernah kembali lagi."

"Iya."

Perempuan itu langsung pergi dan menghilang. Dia sudah mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Mama dari mana saja?"

"Mama tadi habis bertemu teman dekat mama. Apa kau sudah lebih baik Hyeri-ah?"

"Iya. Walaupun aku masih sering mengingatnya."

"Mama yakin kamu pasti bisa melupakannya suatu saat nanti."

Hyeri hanya mengangguk dan tersenyum. Semenjak hari itu Hyerim, Hyunsik, dan Hyo Jung tidak pernah lagi mengungkit nama Leo dan Hyeri semakin hari semakin membaik keadaannya.

*FLADHBACK END*

Saat Hyerim asik melamunkan masa lalu, dia dikejutkan dengan kedatangan putra keduanya yang tiba-tiba.

"Kamu mengagetkan Mama saja!"

"Hehehe maaf, Ma."

"Kenapa kamu ke sini?"

"Tidak apa-apa. Tadi Jimin lewat kamar Mama dan melihat Mama melamun, jadinya Jimin masuk saja. Jimin khawatir Mama kenapa-kenapa."

Hyerim tersenyum. "Mama tidak apa-apa."

"Tapi, kenapa Mama melamun?"

"Tidak apa-apa."

"Ada apa ini?"

Hyo Jung baru datang dan langsung bertanya, Hyerim langsung menatap putra sulungnya.

"Kamu ingat kejadian beberapa tahun silam?"

"Kejadian meninggalnya Leo itu kan, Ma?"

"Iya. Sekarang dia ada di sekitar kita. Namanya Kim Yoongi, dia mirip dengan Leo."

Hyo Jung membulatkan matanya. "Mama benar-benar melihatnya?!"

"Iya."

Jimin tiba-tiba mengingat sesuatu, "Nama panggung Yoongi hyung itu adalah Leo Kim."

Hyerim dan Hyo jung langsung membulatkan mata mereka, "Bagaimana kamu tahu?" Tanya mereka serempak

"Hyeri pernah mengatakannya padaku dulu."

Hyerim dan Hyo Jung saling lempar pandang.

"Sekarang apa kau tahu dia ada dimana?"

"Mungkin di kamar Hyeri, Ma. Dia suka sekali tidur."

Dengan cepat Hyerim dan Hyojung keluar kamar dan memasuki kamar Hyeri. Hyerim melihatnya. Hyerim mendekat dan mencoba membangunkannya.

"Apa nama panggungmu Leo Kim?"

"I-iya."

"Apa kau mengingatku?"

"Kau ibunya Hyeri."

"Kau tahu siapa Hyeri?"

"Dia kekasihku dimasa lalu."

Hyerim tersenyum. "Berarti kau juga mengingatku."

Yoongi menganggukkan kepalanya.

"Apa kau tahu alasan kau masih ada di dunia ini?"

"Aku tidak tahu."

"Tapi aku tahu. Aku tahu apa yang menyebabkan kau masih bertahan di dunia ini."

"Apa itu?"

Hyerim hanya tersenyum. "Tanyakan itu pada Hyeri. Dia juga mengetahui semuanya."

"Apa karena Hyeri belum bisa merelakanku pergi?"

"Mungkin. Tapi ada hal yang lebih penting dari itu."

"Apa itu?"

"Aku tidak bisa memberitahunya sekarang. Kau yang harus bertanya langsung pada Hyeri."

Sementara di luar kamar, tubuh Hyeri langsung membeku. Dia mendengar semua yang di ucapkan mamanya.

Tidak. Dia tidak akan memberitahu Yoongi. Dia masih ingin Yoongi berada di sampingnya.

Iya, Hyeri memang tahu semuanya. Mamanya pernah menceritakan semuanya padanya. Semua itu karena Wendy, sekretaris baru papanya yang sudah mamanya usir dari Korea. Semenjak dia mengetahui nama panggung Yoongi adalah Leo Kim membuatnya kembali mengingat semuanya. Semua yang selama ini berusaha dia tutupi dari Yoongi. Dia memang berniat untuk membuat semua teman hantunya untuk tenang dan tidak menjadi arwah penasaran yang bergentayangan di bumi lagi, tapi hal itu hanya berlaku pada Namjoon, Hoseok, Seokjin, Taehyung dan Jungkook, tidak untuk Yoongi.

Meskipun beberapa minggu lalu dia sempat bertemu dengan pembunuh Yoongi yang sebenarnya, dia juga tidak berniat menjebloskannya kepenjara. Kebenciannya pada perempuan itu sudah hilang semenjak Yoongi berada di sampingnya.

“Biarkan aku egois untuk kali ini saja.” Batin Hyeri

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel