Pustaka
Bahasa Indonesia

Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjalin Cinta Dengan Adik Iparku

4.0K · Tamat
Naraya Hafizah
8
Bab
108
View
9.0
Rating

Ringkasan

Demi seekor kucing milik sekretarisnya, Bryan Corneta, suamiku, menakuti ibuku sampai meninggal dan menabrak ayahku hingga terbang. Pada hari pemakaman orang tuaku, dia mengadakan pesta kembang api mewah untuk sekretarisnya. Malam itu, aku mengemudikan mobil dan langsung menerobos masuk ke tempat pesta. Pria yang duduk di sampingku tersenyum lebar dan melihat kedua orang yang terus berdarah sembari berkata. "Regina, aku dengar kembang api yang terbuat dari abu tulang lebih indah, mau lihat tidak?"

RomansaPerselingkuhanPengkhianatanRevengeKeluargaPernikahan

Bab 1

"Mau."

Aku menjawab dengan tegas dan tanpa ragu.

"Regina, apa kamu sudah gila?"

Bryan memegang kakinya yang terjepit di bawah mobilku sambil berteriak keras.

"Pak Bryan, Pak Bryan jangan marah. Ini semua salahku yang membuat kakak marah."

"Tapi Kakak, kenapa kamu menabrak Pak Bryan? Dia begitu mencintaimu, kamu telah membuatnya sedih!"

Terluka tapi masih sempat bicara, berarti lukanya belum cukup parah.

Aku mengabaikan kedua orang yang masih terus mengoceh, menyalakan mobil lagi dan langsung menginjak pedal gas.

Bunyi benturan keras antara mobil dan tembok terdengar dan aku pingsan karena hentakan kuat itu.

Akhirnya suara berisik keduanya berhenti.

Saat bangun, aku sudah berada di rumah sakit.

Karena sempat menginjak rem di saat terakhir, lukaku tidak terlalu parah.

Selain ada tiga tulang patah, kepala pusing dan leher yang sakit, tidak ada luka lainnya.

Begitu membuka mata, aku melihat Reynal Corneta duduk di sampingku.

"Kakak Ipar, kamu sudah bangun?"

Dibandingkan aku, luka Reynal lebih ringan, hanya gegar otak ringan dan beberapa goresan.

Begitu melihatku membuka mata, dia segera mendekat dan memberikan segelas air sambil tersenyum.

"Kamu langsung pingsan waktu itu dan aku yang menurunkanmu dari mobil."

"Kakak Ipar harus berterima kasih padaku."

Aku memandang bocah tak tahu malu di depanku sambil menarik napas panjang.

"Kita sama-sama untung, jangan tawar-menawar lagi."

Aku mendorong wajahnya menjauh dan memalingkan pandanganku, lalu melihat Bryan yang duduk di depan pintu sambil menatapku dengan tajam.

Dibandingkan kami, kondisinya jauh lebih parah.

Bukan hanya kedua tangan dan kaki yang memakai gips, kepalanya juga dibalut seperti telur.

Kalau bukan ada orang yang mendorong kursi rodanya, mungkin dia tidak bisa bergerak sama sekali.

"Kamu sengaja menggunakan dia untuk membuatku cemburu?"

Karena perban, Bryan agak susah membuka mulut dan suaranya agak cadel.

Aku melihatnya lebih saksama dan melihat gigi depannya patah semua, jadi ada udara yang keluar.

"Kalau mau cari saingan, paling tidak carilah yang setara denganku, tapi kamu memilih dia, aku tak peduli."

"Menyerahlah, orang yang paling kucintai sekarang adalah Kei."

Kei dengan nama lengkap Keiko Wardana adalah sekretarisnya.

Harus diakui, meski Bryan sudah dibalut mirip bacang, tapi rasa percaya diri tetap tidak berkurang.

"Dia sudah terluka seperti ini, tapi masih pamer di depanmu, apakah ini namanya tak peduli?"

Napas hangat menyentuh telingaku saat seseorang berbisik.

Aku mendengus.

"Mencari orang yang setara denganmu? Konyol."

"Orang sepertimu kalau dibandingkan dengan anjing liar di luar pun disebut penindasan pada binatang."

Bryan tidak tahu mendapatkan kepercayaan diri dari mana, sindiranku sangat kasar, tapi dia malah menganggapnya cemburu.

Dia mengangkat tangan dengan susah payah untuk merapikan poni yang sudah tertutup perban.

"Mengingat kamu begitu mencintaiku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi."

"Selama kamu bersedia membiarkan Kei tinggal di rumah kita, aku akan izinkan kamu tetap di sisiku. Tapi ingat, cintaku hanya untuk Kei."

"Oh ya, pulang nanti jangan lupa buatkan sup dan terung daging cincang."

"Kei paling suka makan terung daging cincang buatanmu."

Aku dan Reynal memandang bagian belakang kepalanya dengan heran.

"Setiap Presdir dominan punya gaya sendiri, dia sepertinya memasang gaya percaya diri berlebihan."

"Harus diakui kalau dia menjiwai dengan sangat sukses."

Ketika mendengar ejekan pria di sampingku, aku langsung tertawa.

Saat melihat botol infus hampir habis, aku memanggil perawat untuk mencabut jarum, lalu bangkit untuk mengurus prosedur keluar.

"Apa tidak salah, Kakak Ipar. Kamu benar-benar mau buatkan terung daging cincang?"

"Kalau ada waktu untuk itu, lebih baik aku menjadikannya daging cincang sekalian."

Aku melirik pria di belakang dan menjawab datar.

"Aku mau pulang ke rumah."

Sebenarnya kali ini aku agak gegabah, langsung mengemudi dari pemakaman.

Untung masih ada kakak yang bisa diandalkan di rumah, jadi kehadiranku tidak terlalu dibutuhkan.

Aku ingin pulang sekarang karena ingin membawa kabar gembira untuk semua orang, terutama untuk orang tuaku.

Hanya saja aku sudah merencanakan dengan baik, tapi tidak bisa pergi.

Karena polisi sudah datang.

Wajar saja, masalah sebesar ini pasti ada yang melapor.

Aku melihat Reynal yang tampak tenang di belakangku dan berkata dengan suara serius, "Jangan lupa apa yang aku katakan padamu."

"Aku jamin akan menyelesaikan tugas."

Reynal memberi hormat dengan gaya konyol dan suaranya lantang.