Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Setelah menyadari keanehanku, Nafis langsung membawaku ke tengah pepohonan di samping, memegang keningku dengan tangannya.

"Calista, siklus estrusmu sudah datang."

"Kamu, kamu tidak perlu mengingatkanku...."

Aku merasa tenggorokanku sangat kering, juga tidak bisa berdiri dengan seimbang.

Awalnya kukira setelah berhubungan intim dengan Kenzo sebelumnya, aku bisa bertahan selama 1 bulan, tapi sekarang, siklus estrusku sudah datang lagi, padahal belum juga 1 minggu!

Tiba-tiba, Nafis berbisik di telingaku, "Calista, biar kubantu saja."

Di dunia ini, hubungan antara alpha dan omega adalah orientasi seksual yang normal, sehingga ucapan Nafis barusan sungguh mengejutkanku.

"Apa? Kamu menyukai sesama alpha?"

Nafis sama sekali tidak tersinggung mendengar itu, bahkan sikapnya berubah menjadi sangat tulus, "Sebelum menemuimu, aku selalu menyukai omega."

"Walaupun aku tahu kamu pasti tidak bisa menerimanya, tapi aku bersedia berada di posisi bawah."

"Kamu tenang saja, aku sudah menanyakannya pada Kenzo, aku bisa melakukan semua posisi yang kamu suka."

Sungguh kata-kata yang sangat menyentuh.

Tapi sayangnya aku adalah alpha konvensional, bahkan aku sedikit takut dengan pria alpha.

Setelah berbicara, Nafis langsung mengeluarkan feromonnya sendiri.

Aroma kayu pohon cedar yang tidak cocok dengannya ini langsung menyelimuti seluruh tubuhku, membuatku semakin ingin muntah.

Aku hampir tidak bisa berkata-kata lagi, tubuhku juga semakin melemas.

Melihat itu, Nafis langsung berjongkok di depanku, ketika dia mau melepaskan celanaku——

Aku langsung menggunakan tenagaku yang tersisa untuk menendang bahunya!

Lalu, aku langsung berlari sekencang mungkin!

Apa-apaan ini!

Entah berapa lama aku berlari, pandanganku sudah kabur.

Sampai tenagaku habis total, aku terjatuh di pinggir jalan.

Sebelum kesadaranku menghilang sepenuhnya, aku melihat ada sebuah mobil yang berhenti di sampingku.

Ketika aku tersadar lagi, aku sudah berada di tempat yang sangat asing.

Tapi tidak lama kemudian, ada orang yang sangat kukenal yang masuk ke dalam.

"Kamu sudah sadar?"

Melviano Yohan yang mengenakan jubah pendeta berwarna gelap, memakai kalung gereja di lehernya, melihatku sambil tersenyum lebar.

Dia adalah pembimbing skripsi Kenzo yang dulu, salah satu dari segelintir beta yang bisa mendapatkan gelar S3.

"Guru Melviano, kenapa kamu bisa...?"

Karena aku mengenal Melviano di perkumpulan mahasiswa Kenzo saat itu, jadi aku sudah terbiasa memanggilnya seperti ini.

"Kebetulan aku sedang menuju tempat acara pertunangan kalian, tiba-tiba aku melihatmu pingsan di pinggir jalan, jadi aku membawamu ke gereja."

Melviano berjalan ke arahku, duduk di sampingku.

"Apa yang terjadi? Wajahmu sangat merah."

Cahaya matahari sedang menyinari wajahnya, keningnya sedang mengerut, seperti sedang mengasihaniku.

Benar juga, sekarang feromonku sedang meluap dari tubuhku, beta yang tidak bisa merasakan feromon sepertinya pasti akan kebingungan.

"Guru Melviano, apakah kamu bisa...tolong ambilkan aku inhibitor?" Tanya aku dengan ragu-ragu.

Mendengar itu, wajah Melviano langsung terlihat lega.

"Baik, tunggu sebentar."

Setelah mengelus kepalaku, dia langsung keluar, tidak lama kemudian dia datang lagi membawa inhibitor.

Awalnya aku mau menyuntiknya sendiri, tapi Melviano berkata dengan lembut, "Biar aku saja yang menyuntiknya, kamu berbaring saja."

Jarum suntik menembus kulitku, membuatku merasa hidup kembali.

Punggungku sudah bercucuran keringat, aku pun menarik-narik kerah bajuku.

Melviano melihatku sambil menelan air liurnya.

Dia meletakkan inhibitor di tangannya, lalu duduk mendekatiku, "Kenzo bilang, kalian sudah putus?"

Mendengar itu, amarahku lagi-lagi meningkat.

Aku juga mengingat apa yang dikatakan Kenzo sebelumnya, 'Guru Melviano dan Roy merasa atasanku jauh lebih baik.'

Jadi, kenapa Melviano terlihat kaget, seakan-akan tidak menyangka ini bisa terjadi?

Tapi, karena statusnya saat ini, Melviano juga sudah menolongku barusan, aku tidak bisa menunjukkan amarahku.

"Benar, terima kasih Guru Melviano sudah menolongku, sebentar lagi aku akan pergi."

"Tidak perlu terburu-buru."

Melviano melihatku, satu atau dua helai rambutnya yang berwarna cokelat tua tergerai, kalung doa di tangannya diputar-putar, menghasilkan suara yang nyaring.

"Aku sudah mengetahui kondisimu dari Kenzo...kamu sungguh kasihan, hidupmu pasti sangat menderita."

Mendengar itu, wajahku langsung memerah.

Kenzo sialan, kenapa dia menceritakan semuanya pada orang lain? Dasar gila!

"Tidak juga, tidak separah...tidak separah yang Guru bayangkan...."

"Apakah kamu pernah berpikir, selain menikah, sebenarnya masih ada cara lain untuk mengatasi masalahmu ini?"

Melviano tiba-tiba memotong ucapanku, kedua tangannya juga menyentuhku, "Aku sangat menyukai sifatmu yang setia pada pasanganmu...."

Telapak tangannya perlahan-lahan mengelus pahaku, "Aku juga sangat menyukaimu...."

Lalu, tubuhnya menimpa tubuhku dari atas, kalung berwarna putih keperakannya mengenai dadaku, terasa sangat dingin, "Kalau nanti kamu merasa tidak enak badan lagi, biar aku saja yang menolongmu, bagaimana?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel