Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 4. Penjahat Kelamin

" Kamu coba minta rekaman CCTV lorong dan pintu keluar, kita pastikan Siska malam itu kembali ke kantor da jam berapa keluar dari kantor...!" Ujar Dinda pada Jumali.

" Siap mbak...!"

Ketiganya sepakat akan menyelidiki apa yang menimpa sahabat nya sampai nekad mengakhiri hidupnya.

Malam itu Dinda dengan geramengeplkan tangannya melihat CCTV disana terlihat Siska yang keluar dari ruangannya dengan setumpuk map, dan berbicara dengan Gatot yang terlihat bersandar di pintu ruangannya, di sana hanya terlihat Siska ditarik masuk oleh Gatot dan sekita dua puluh menit kemudian Sika keluar dengan tas dan  tumpukan map dan rambutnya yang berantakan' dan Siska tidak memakai sepatu.

" Coba ulangi lagi, mundur ke saat Siska datang ke kantor dan keluar dari ruangannya, dia masih pakai sepatu kan..?" Ucap Dinda.

Dan ketiganya melotot melihat kaki Siska yang keluar dari ruangan Gatot tanpa sepatu. Dan berjalan tertatih namun cepat keluar dari kantor dan langsung menuju mobilnya, dan itu sangat aneh musim dingin Siska tidak memakai sepatu,bukan saja karena musim dingin. Tapi sangat tidak wajar bertelanjang kaki di kantor.

" Tapi kita juga harus mendapatkan keterangan dari Siska. ..!" Ujar Dinda walaupun sebenarnya yakin kalau Gatot biang kerok penjahat kelaminnya.

Setelah mengetuk pintu,dan mendengar perintah untuk masuk dari dalam ruang meeting, perlahan Dinda membuka pintu ruang meeting.

Dilihatnya Gatot Erlangga bersama asistennya Zulfikar dan Agnes penyanyi yang katanya juga pengusaha duduk disamping Gatot dan dua orang yang Dinda tahu adalah pemilik Al- Wafa Agency man power supply di Yordania.

" Silahkan duduk Bu Dinda...!" Ucap Gatot Erlangga.

Setelah menyalami satu persatu Dinda lalu duduk di kursi di antara Agency Al-Wafa dan Zulfikar.

" Din, tolong dibuat kan draft kerja sama antara Al-Wafa dan Mbak Agnes untuk supplier house maid. Dan Mbak Agnes akan membuka kantor disini untuk memudahkan aktivitas bisnisnya." Ucap Gatot Erlangga.

Dinda mengangguk.

" Baik, nanti tolong berikan saya dokumen perusahaan nya,terutam SIUP PJTKI dan izin penempatan nya.!" Jawab Dinda sambil menatap Agnes yang terlihat bingung dengan permintaan Dinda.

" Itu menyusul sajalah Din, Mbak Agnes akan numpang proses di PJTKI yang sudah bekerja sama dengan Tuan Anwar Wafa." Jawab Gatot enteng.

" Tapi maaf pak...!untuk perusahaan yang tidak mempunyai SIUP PJTKI tidak bisa di buatkan MOU memorandum of understanding nya dan dilegalisasi di Embassy." Jawab Dinda.

" Kamu aturkanlah...!,nanti kamu dapat 10$ dari setiap house maid yang datang.!" Jawab Gatot tersenyum licik.

Dinda menarik nafasnya.

Dinda berusaha meredam kesalnya Dengan mencatat poin-poin yang diinginkan oleh kedua belah pihak.

" Okey done,kami pamit Pak Gatot..! Terimakasih sudah membuka peluang kerjasama dengan Bu Agnes. Semoga bisa berjalan baik dan saling menguntungkan...!" Ucap tuan Anwar Wafa lalu berdiri dan menyalami Gatot Erlangga yang membalasnya dengan hangat.

Gatot lalu memberi isyarat pada Zulfikar yang langsung berdiri dan mengajak Agnes untuk mengantarkan Tuan Anwar Wafa dan sekertaris nya keluar dari ruangan meeting Sheraton hotel.

" Sebentar Din...! Duduk dulu...!" Cegah Gatot saat Dinda akan berdiri untuk meninggalkan ruangan meeting.

" Ada apa ya Pak...?" Tanya Dinda sambil tetap berdiri.

" Kita ngobrol saja dulu...! Banyak peluang yang bisa kita bicarakan...!" Ujar Gatot.

" Maaf pak...! Saya harus piket..!" Tolak Dinda dan meraih tablet dari atas meja.

Gatot berdiri dan meraih tangan Dinda.

" Tunggu dulu...!"

"Ada apa lagi? Bukan kah saya sudah mengatakan pada bapak, bila sebaiknya kita tidak bersikap selayaknya saling mengenal." Suara dingin Dinda  kini menyapa, tanpa mau menjawab pertanyaan Gatot akan kabarnya saat ini.

Karena bagi Dinda  kabarnya sudah cukup buruk untuk diucapkan, dan Gatot  seharusnya  tahu siapa yang membuat hidup Dinda  seperti ini.

Gatot sendiri, ya memang pria tampan itu yang melakukannya, yang menghancurkan rasa cinta yang sempat tumbuh di hatinya yang saat ini sudah kering dan gersang.

Di balik tatapan Dinda yang tidak mau menatap ke arahnya, hati Gatot dibuat sakit dan sesak melihatnya.

Karena Gatot  bisa membaca, bila mantan Kekasihnya saat mereka masih kuliah  dulu itu, masih marah padanya dan memendam rasa sakit akan semua yang sudah Ia lakukan pada masa itu. Namun sebisanya Gatot tersenyum, menatap ke arah wajah Dinda  dengan sorot mata Sendu.

"Aku tahu aku salah,. Aku hanya ... ingin meminta maaf padamu. Aku sangat menyesali semua yang aku lakukan di masa kita masih bersama dulu." Ucap Gatot Tanpa melepaskan tatapannya.

"Bukan kah, kamu sudah melakukannya? Aku sudah nemaafkan?" Jawab Dinda .

"Aku berharap dari Pertemuan ini , akan mengembalikan kedekatan kita,karena aku sangat merindukanmu dan aku ingin memperbaiki semuanya seperti dulu Din. Aku sangat menyesal dan aku sadar, tidak ada perempuan  sebaik kamu untukku di dunia ini." Gatot benar -benar melancarkan rayuan nya yang tadinya Ia sangat yakin kalau Dinda akan luluh dan kembali ke pelukannya.

Sementara Dinda berdecak sinis mendengarnya. Lalu menatap ke arah Gatot  dengan sorot mata tajam setengah meremehkan, seolah apa yang baru diucapkan Gatot adalah lelucon belaka.

Sebelum Dinda membuka mulutnya,, tubuhnya ditarik dalam rengkuhan Gatot  Erlangga cukup erat.

“Aku merindukanmu,” ungkap Gatot sambil  memejamkan mata, menghirup dalam aroma tubuh Dinda dengan parfum Versace yang khas selalu wanita itu gunakan.

“Lepaskan aku, brengsek!" Dinda sangat  murka, berusaha melepaskan pelukan Gatot Erlangga.

Plak

Plak

“Tampar aku sepuas mu, tampar!” pinta Gatot, menarik pergelangan tangan Dinda, lalu mengarahkan ke pipinya, tangan Dinda tak bergerak sedikit pun untuk menampar seperti apa yang diminta oleh Gatot

Ia tertegun, hatinya begitu bahagia saat melihat pria di depannya ini terlihat lemah. Seharusnya pria itu terpuruk! Seharusnya!

“Menamparmu, tak akan bisa membuatku bahagia, Bapak Gatot Erlangga  yang terhormat..” tegas Dinda menghentakkan tangan hingga terlepas dari cengkeraman Gatot lalu Dinda berjalan cepat meninggalkan ruangan.

***

Gatot  memang berbeda. Ia  mampu memuaskannya dengan cara yang begitu menyenangkan. Bahkan, memperbolehkan Agnes menggila sesuka hati tanpa berusaha mengendalikannya. Namun yang paling penting, Gatot berhasil membawanya melayang nikmat, dan Agnes kecanduan akan perasaan itu.

Sembari menghela panjang, Agnes berbalik, kemudian melangkah ke bawah shower,air hangat berhasil menenangkan jiwanya. Selama beberapa saat lamanya, ia berdiri diam di bawah kucuran air hangat yang membasahi kepala dan seluruh tubuh, berharap kesegaran mampu menghalau gelenyar panas yang tercipta karena bayangan Gatot.

Namun, semakin ia berusaha menghalau gelora itu, pikirannya malah semakin sering memutar ulang setiap detik percintaan liar yang ia lalui semalam.

Tak ingin semakin larut dalam kebimbangan, Gatot mandi secepat mungkin, lalu mengeringkan tubuh dan mengenakan pakaian kerja. Ia mengenakan rok bahan berwarna merah tua dengan kemeja pink  bercorak bunga lengan pendek. Lalu, ia melingkarkan syal merah tua di leher, dan membiarkan rambutnya tergerai bebas.

Setelah mempercantik wajah dan menutupi Kiss Mark dengan riasan sempurna, Agnes mengenakan sepatu heels merah, kemudian bergegas menuju ruang kerja.

Ya, Agnes akan mulai bisnisnya di Timur Tengah atas pintu yang dibukakan oleh Gatot sebagai tanda ikatan diantara mereka.

Sesampainya di sana, Agnes mengambil tas kerja, memasukkan berkas dan dokumen yang harus ia berikan pada Gatot nanti, lalu bergegas turun ke ruang makan.

Sarapan sudah tersaji di meja makan. Agnes menyantap sarapan sembari sesekali memerhatikan jarum jam di dinding yang bergerak sangat cepat.

Waktu sangatlah berharga.  Agnes selalu menanamkan hal tersebut dalam setiap kegiatan demi menunjang profesionalitasnya dalam bekerja.

Setelah selesai sarapan, ia memeriksa kembali barang bawaannya, lalu bergegas ke halaman parkir. Melihat kehadirannya, sopir segera membukakan pintu, lalu menutupnya kembali ketika Agnes sudah berada di dalam mobil.

Bunyi bip di ponsel segera mengalihkan perhatian Agnes yang sedang memeriksa barisan kegiatan yang ia tulis di notes kecilnya, sementara mobil melaju menuju Al Wafa Agency partner yang ditunjuk oleh Gatot untuknya.

Ia segera mengeluarkan ponsel dari tas kerja dan melihat sebuah pesan masuk.

Perutnya melilit gugup dan tangannya dingin seketika saat melihat nama Gatot tertera di layar ponsel.

[Semangat ya kerjanya..! Miss you..]

Alis Agnes mengerut hingga hampir menyatu, matanya pun menyipit tak percaya dengan apa yang dibacanya.

Hatinya melambung.

Ia tidak membalas pesan itu dan langsung memasukkan ponsel ke dalam tas kerja sambil bersusah payah meredam percikan rindu dan bahagia di dada.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel