Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Nathaniel melamun sesaat, seakan-akan tidak menyangka kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulutku.

Bagaimanapun juga saat itu aku sendiri yang memohon sambil menangis untuk menikah dengannya.

Ini juga membuatnya merasa aku sangat licik, walaupun dia dipaksa untuk menikahiku, tapi sebenarnya dia sangat membenciku.

Jadi, dia sama sekali tidak percaya aku bisa mengajukan gugatan cerai.

Nathaniel melihatku sambil tertawa-tawa, dengan sinis dia berkata, "Kenapa? Kamu mau mempermainkanku lagi?"

"Dulu kamu sempat memanfaatkan ibumu untuk memaksaku, lalu memanfaatkan putramu untuk memaksaku, sekarang kamu sendiri yang maju?"

Dari kecil Nathaniel bertumbuh di rumahku, ibuku juga sudah menganggapnya sebagai anak kandung.

Kemudian ibuku meninggal, dia sempat meminta Nathaniel untuk menjagaku dengan baik karena tidak tenang kalau aku hidup sendirian.

Bagi Nathaniel, permintaan ibuku yang terakhir sebelum mati adalah sebuah paksaan.

Setengah tahun yang lalu, putraku didiagnosis mengidap kanker, dokter menyarankan kami untuk menghentikan pengobatan.

Nathaniel jarang pulang, Chandra tidak bisa menemuinya, sehingga sebelum mati, Chandra mau menemuinya untuk yang terakhir kalinya.

Bahkan ketika Chandra yang kupeluk di tengah genangan darah, Chandra masih bilang kalau dia menyayangi ayah.

Tapi, Chandra yang penuh pengertian ini juga dianggap sebagai paksaan oleh Nathaniel.

Aku dan Nathaniel sudah bertumbuh bersama-sama, menikah dan memiliki anak, tapi baginya, aku hanyalah orang yang kejam, yang memanfaatkan ibu dan putraku sendiri untuk memaksanya.

Air mataku lagi-lagi menetes.

Aku menunduk agar mereka tidak melihat tangisanku.

Setelah menenangkan diri, aku baru mengangkat kepala, dengan datar aku berkata, "Kalau kamu berpikiran seperti itu, aku juga tidak bisa mengatakan apa-apa."

"Kalau kalian menyukai rumah ini, maka aku akan pergi dan tidak akan menghalangi kalian."

Setelah berbicara, aku langsung pergi membawa koperku.

Tapi tiba-tiba, dengan wajah yang malang Serena berkata, "Kak, ini semua salahku, aku tidak tau kamu juga mau membawa Nathan pergi melihat aurora, tapi kurasa ini bukan masalah yang besar, kamu tidak akan marah hanya karena hal ini, 'kan? Kenapa kamu membawa-bawa kata 'cerai' untuk mengancamnya...."

Dengan lembut Nathaniel berkata, "Kamu tidak perlu merasa bersalah, ini bukan salahmu, waktu mereka masih banyak, mereka bisa melihat aurora kapan saja, tapi kamu berbeda, ulang tahunmu yang ke-20 hanya sekali ini saja."

Mendengar itu, aku pun tertawa-tawa.

Tapi di saat seperti ini, aku juga tidak mau melihat wajah mereka lagi, sehingga aku pun pergi begitu saja.

Tapi tidak tahu kenapa, Nathaniel tiba-tiba melepaskan Serena dan menggenggam pergelangan tanganku, dengan marah dia berkata, "Lacie, sudah cukup...."

Sebelum selesai berbicara, dia melamun sesaat setelah melihat mataku yang memerah dan bekas tangisan di wajahku.

"Kamu sedang berakting? Aku hanya tidak pergi menemani kalian kali ini saja, apakah kamu perlu melakukan ini?"

Sepertinya rasa sedih yang berlebihan atas kematian Chandra yang kurasakan ini membuatku berhalusinasi, tidak kusangka aku bisa melihat sedikit perhatian di wajah Nathaniel.

"Aku akan meminta asistenku untuk mengubah jadwalku, nanti ketika kamu ulang tahun beberapa hari lagi, aku akan membawa kalian pergi, bagaimana?"

Beberapa hari lagi?

Aku sungguh tidak tahu bagaimana cara menghadapi Nathaniel.

Sampai hari ini, aku baru menyadari kalau pria ini sangat tidak berperasaan, egois dan angkuh.

Aku melepaskan tangannya dengan keras, sambil menahan rasa muak, aku berkata, "Tidak perlu!"

Di saat itu juga, Nathaniel merasa aku adalah orang yang sangat asing.

Karena aku sudah bukan wanita yang bersedia tunduk padanya hanya untuk mendapatkan perhatian dan simpati darinya lagi.

Tidak lama kemudian, Nathaniel mau menghalangi jalanku lagi.

Tapi Serena menarik lengannya, dengan sedih dia berkata, "Nathan, maaf, Kakak pasti pergi dari rumah karena marah denganku, walaupun aku tahu Chandra adalah anak kecil yang suka membohongi orang lain, tapi aku seharusnya tidak perlu cemburu dengannya hanya karena aku mencintaimu...."

Seketika, aku mematung di tempat.

Suka membohongi orang lain?

Rasa sakit dan benci di dalam hati membuatku menampar Serena dengan keras.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel