Pustaka
Bahasa Indonesia

Setelah Anak Kami Meninggal, Mantan Suamiku Memohon Agar Aku Tidak Pergi

5.0K · Tamat
Betania Novitasari
12
Bab
293
View
9.0
Rating

Ringkasan

Keinginan anak kami sebelum meninggal adalah agar kami bertiga sekeluarga pergi ke kutub utara untuk melihat aurora. Tapi Nathaniel tidak menyukaiku, juga tidak menyukai anak kami. Jadi aku terus memohon, dan dia pun akhirnya menganggukkan kepala dan setuju. Tetapi, pada hari keberangkatan, dia tiba-tiba menghilang. Dalam perjalanan mencarinya, kami berdua terlibat dalam sebuah kecelakaan mobil dan anak kami meninggal di tempat. Aku memeluk anak kami yang tergeletak di tengah genangan darah. Pada saat itu, sebuah mobil mewah melintas, dan di dalamnya terdapat Nathaniel dan adik perempuanku. Aku mengurus pemakaman ayahku sendirian. Adikku mengunggah foto mereka di platform media sosial, dengan latar belakang kutub utara. Dia juga menambahkan teks: Yang paling membahagiakan adalah melihat aurora yang romantis bersama kekasih.

RomansaPerceraianPerselingkuhanPengkhianatanMenyedihkan

Bab 1

Di bawah hujan yang deras.

Aku sedang memeluk putraku yang tergeletak di tengah genangan darah.

Air hujan bercampur dengan darah, memerahi tanah yang sedang kuinjak.

Aku memohon pada semua orang di sekelilingku sambil menangis.

"Kumohon pada kalian, antar putraku ke rumah sakit...."

"Kumohon...."

Aku menangis hebat sampai hampir pingsan beberapa kali.

Semua orang di sekelilingku juga merasa kasihan, tapi tidak ada satu pun orang yang menolongku.

Darah yang keluar dari tubuh putraku semakin banyak, bahkan aku bisa merasakan nyawa putraku sedang mengalir perlahan-lahan.

Dia membuka kedua matanya dengan susah payah untuk melihatku sekilas, tapi dia tidak menangis sama sekali.

Sedangkan aku masih menangis tiada henti seperti anak kecil berusia 6 tahun.

Dengan tenaganya yang tersisa sedikit, dia berkata dengan lemas, "Ibu...jangan menangis...."

"Chandra tidak sakit...."

"Beritahu Ayah...aku sangat menyayangi, aku juga sangat menyayangi Ibu...."

Aku mengangguk dengan kencang, tapi aku masih menangis dengan keras sampai tidak bisa berkata-kata, bahkan kedua tanganku juga bergetar.

Rasa takut dan sakit menyelimuti hatiku, membuatku sulit bernapas.

Tiba-tiba, ada sebuah mobil Rolls-Royce berwarna hitam yang melaju di samping kerumunan orang.

Kemunculan mobil yang tidak asing ini langsung menarik perhatianku.

Aku menoleh ke arah mobil itu, dari kaca mobil yang terbuka setengah, aku melihat seorang pria dan seorang wanita yang duduk di dalamnya.

Pria ini sangat tampan, wanita yang duduk di sampingnya juga sangat anggun.

Seketika, hatiku terasa sangat sakit, seperti ditusuk dengan pisau berkali-kali.

Mereka adalah suamiku yang menghilang, dan adik kandungku sendiri.