Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Mandilah, aku menunggumu di ranjang."

Lucia sepertinya belum menyadari perubahan dalam diriku. Dia menungguku naik ke tempat tidur, kemudian bersandar kepadaku.

"Sayang, besok aku harus melakukan perjalanan bisnis."

Hatiku benar-benar jatuh ke dalam gua es. Meskipun aku berhenti dari pekerjaan dan beralih menjadi bapak rumah tangga setelah menikahinya, ibuku merasa kasihan kepadaku dan diam-diam mengalihkan perusahaan ini menjadi namaku. Sebagai seorang presdir, aku tidak tahu bahwa ada proyek yang mengharuskan Lucia melakukan perjalanan bisnis pada minggu berikutnya.

Sebaliknya, William, sebagai wakil presdir, akan melakukan perjalanan bisnis selama seminggu.

"Berapa lama?"

Suaraku menjadi dingin.

"Seminggu."

"Kamu sendiri?"

"Sama satu rekan kerjaku."

Meskipun nadanya sengaja dibuat tenang, aku bisa merasakan kegembiraannya yang terpendam di dalamnya.

Melihatku tidak mengatakan apa-apa, dia dengan mempesona memperlihatkan betisnya yang putih dan ramping lagi, dengan lapisan tipis stoking putih yang menutupinya.

"Sayang, suka tidak? Aku pakai ini khusus untukmu."

Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku menarik laci meja samping tempat tidur untuk mengambil kondom dan mendapati kotaknya kosong.

Malam ini aku tidak menyentuhnya. Biasanya jika aku tidak menyentuhnya, dia jadi tidak senang. Namun, malam ini aku tidak bisa melihat gurat tidak senang di wajah dan sikapnya.

Tidak tahu apakah itu karena dia sudah dipuaskan oleh laki-laki lain atau apakah karena dia membayangkan seminggu berdua dengan William begitu menyenangkan, jadi melupakan semua rasa tidak senangnya.

Aku mengemasi barang-barangnya seperti biasa, tetapi dia langsung menolak dengan panik.

Namun, aku sempat melihat isi kopernya saat dia tidak sadar.

Koper itu penuh dengan pakaian dalam yang seksi, dengan gaya dan warna yang berbeda.

Lucia mengatakan kalau dia akan melakukan perjalanan bisnis, tetapi dia terlihat seperti akan menghadiri suatu pesta besar.

Setelah lebih dari satu jam mematut diri di depan cermin, dia langsung berlari ke bawah dengan gaun seksi berbelahan dada tinggi setelah mendengar bunyi klakson mobil.

Dia bahkan menolak bantuanku yang akan membantunya membawa kopernya.

Aku berdiri di depan jendela sambil memandang ke bawah. William yang sudah mengenakan setelan jas rapi bersandar di sebuh mobil Audi, terlihat sangat tampan.

Begitu melihatnya, Lucia langsung berhambur ke arahnya dengan sumringah. Namun, tindakannya tiba-tiba terhenti, mungkin karena dia ingat bahwa dia masih berada di kompleks perumahan.

Saat dia melihat sekeliling dengan panik, matanya bertemu dengan mataku. Dia bergerak dengan kaku ke arahku dan memberikan ciuman, lalu segera naik ke kursi samping kemudi.

Melalui jendela mobil, aku juga bisa melihat begitu kedua orang itu masuk ke dalam mobil, mereka berciuman dengan penuh gairah.

Siluet mereka berdua dan sosok malam itu benar-benar tumpang tindih. Sejauh ini, aku benar-benar yakin kalau Lucia selingkuh.

Saat aku tengah tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan pernikahan yang menggelikan ini, kabar buruk lainnya datang.

Ayahku mengalami kecelakaan mobil dan sekarang kondisinya sangat memprihatinkan.

Aku menggenggam ponselku, menggertakkan gigi dan memutuskan untuk menelepon Lucia.

"Halo."

Suara yang terdengar milik laki-laki, yang tidak lain adalah William.

Aku menahan amarah dan menggertakkan gigi. "Berikan ponselnya ke Lucia."

Laki-laki di seberang sana tertawa samar, tawa yang penuh penghinaan.

"Kamu pasti suaminya Lucia. Dia tidak bisa jawab telepon, lagi mandi."

"Sayang, siapa?" Suara Lucia yang manis dan lembut pun terdengar.

"Suamimu."

Suara William penuh dengan kesembronoan yang tak terselubung.

"Sayang, kamu nakal."

Suara manja Lucia terdengar. Aku menutup telepon. Terlalu banyak hal yang sudah terjawab tanpa aku menanyakannya dengan jelas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel