Bab 4. Catherine Bertambah Gila
Catherine sangat bersemangat membuka brangkas itu.
"Gimana bisa buka gak?"
"Kita harus cari tukang kunci. Ini brangkas yang susah"
"Hemmzz ya sudah berapapun akan aku bayar cariin cepat'
Dicarilah tukang kunci yang andal. Mereka muter muter di setiabudhi dan Cihampelas. Akhirnya ketemu ahli tukang kunci.
"Berapa biayanya bukain ini berangkas?"
"1 juta"
"Hah mahal amat?"
"Iya ini perlu keahlian khusus"
"Ya sudah"
"Bayar dimuka dulu"
"Hemmzzz gak percayaan amat"
"Iya"
Catherine memberikan satu juta cash.
"Cepetan buka"
Lalu ia menempelkan alat semacam stetoskop. Bukan ketelinganya tapi semacam alat kotak lalu ia memprogramnya. Sehingga ketika diputar dan menunjukkan angka tertentu lalu dia memutar nomor nomor brangkas.
"Jreng" Gak sampai satu menit brangkas itu terbuka.
"Easy money"
Gaji siapa 1 menit 1 juta.
Tapi gak berlaku menit berikutnya hehe.
Catherine betapa kagetnya isinya cuma secarik kertas.
"Selamat anda kena prank makanya kerja kalau mau uang. Jangan duit orang diincer"
"Sialan ..."
Ternyata ia sudah dikerjain.
Elena sudah ngerjain dirinya dengan merencanakan hal itu. Ia sudah tahu tabiat Catherine yang pasti akan morotin suaminya dan mencari cara untuk mengambil hartanya.
Dan ia tahu yang akan diambilnya adalah sertifikat rumahnya.
Akhirnya ia menyusun rencana untuk menjebak Catherine.
Dan tentu saja dengan kamera tersembunyinya.
Tapi Elena tengah berbahagia. Ia tak mau mengotori kebahagiaannya dengan berurusan dengan catherine. Biar nanti saja. Mungkin tidak akan berhadapan langsung dengannya melainkan dengan asistennya.
Dan asistennya datang ke rumah sakit. Untuk menengok majikannya yang tengah berbahagia dengan kehadiran bayi yang baru dilahirkannya.
"Bu selamat ya .."
"Iya makasih ya say"
"Gimana bu sakit melahirkannya?"
"Ya gak terasa, karena khan di caesar, di bius total. Cuma pas disuntiknya dan sehabis disuntik ini masih agak sereset ngilu ngilu gimana"
"Iya jangan banyak bergerak dan membawa beban berat bu"
"Iya"
Anies gak mau membuat majikannya kepikiran. Ia sudah mengumpulkan informasi bahwa sudah datang kerumahnya Elena, Catherine dan mengambil brangkas. Dan ia mendapati hiddencam itu. Ia rencana akan melaporkan peristiwa itu kepada pihak kepolisian. Agar Catherine bisa diproses dengan segera.
Namun Elena agak kebingungan ia mempunyai indera keenam. Boleh dibilang Elena itu indigo. Ia mengetahui dunia ghaib. Ia merasa dirumah sakit itu ada penghuninya.
Ia melihat suster ngesot. Bahkan tadi ia melihat seperti sadako. Wanita berambut panjang menutupi matanya. Dan banyak anak kecil berlarian. Namun sejauh ini ia tidak merasa takut. Karena memang sudah terbiasa Elena melihat hantu.
Anies tampak menggendong bayi Elena.
"Lucu banget bu"
Tapi yang membuat khawatir hantu yang dipojokan itu. Ia hantu jahat. Nenek tua yang suka bayi.
"Heh kamu nenek, jangan ganggu bayiku"
Ujar Elena.
"Ibu lihat apa?"
"Itu ada nenek tua di pojokan"
Seketika Anies ketakutan. Sudah sering Elena mengungkapkan bahwa ia bisa melihat hantu.
"Nenek tuanya gak apa apa bu?"
"Ia suka ganggu anak anak. Makanya bayi kalau nangis karena ketakutan lihat dia"
"Emang rupanya kayak gimana bu?"
"Ia mirip nenek sihir. Mukanya hijau keriput pake topi seperti tukang sihir"
"Ia lagi ngincer apa bu?"
"Enggak, ia tahu kalau aku bisa lihat kepadanya ia tadi ngincar ibu ibu yang disebelah ruangan ini"
"Memang kenapa ibu yang disebelah"
"Aku lihat ibu yang sebelah akan mati"
"Kok bisa?"
"Ada malaikat mau berdiri diujung ruangannya menunggu dia melahirkan"
"Astaga terus giman dong?"
"Ya gak bisa ... pasti meninggal, kematian tidak bisa diundurkan atau dimajukan ... kecuali ..."
"Kecuali apa bu ..."
"Kecuali yang mati penasaran karena dibunuh"
"Maksud ibu bisa selamatkan?"
"Beberapa kasus bisa diselamatkan"
"Oh ya bu sebenarnya aku tadinya mau ngomong, tapi takut ibu kepikiran"
"Aku dah tahu kok. Soal catherine khan"
"Loh kok ibu tahu?"
"Pas kejadian itu jin penjaga rumahku memberitahukanku"
"Oh ya syukurlah"
"Ibu kerjain aja atuh si catherine itu"
"Gampang ... tapi dia juga disekelilingnya banyak jin penjaganya"
"Dia pelihara jin?"
"Enggak juga. Jin itu suruhan orangtuanya"
"ooo"
"Tapi dia kena prank"
"Haha iya. Aku tahu dia akan mencuri brangkas itu. Makanya aku kosongin"
"Oh jadi ibu udah tahu brangkas itu dicuri?"
"Iya dari jin penjaga rumahku"
"Ibu tahu gak peristiwa yang akan datang?"
"Ibu gak tahu peristiwa yg akan datang, tapi ibu tahu rencana jahat yang dibiskin oleh jin dan setan yang menggodanya. Misalnya setan itu akan membisikkan godaan pada catherine itu aku tahu. Karena aku suruh beberapa jin mengawasi catherine"
"Jadi sebetulnya ibu tahu perselingkuhan Pak Bachtiar dengan cathrine"
"Aku bakan tahu mereka ngapain aja"
"Kenapa gak ibu cegah"
"Kalau mau khan bisa aja aku bunuh catherine, tapi ngapain. Aku akan sama jahatnya sama dia"
"Ih ibu ini baik banget"
"Ssssttt... yang sebelah bentar lagi mati"
Elena melihat malaikat pencabut nyawa itu sudah disamping ranjangnya.
Elena bisa tembus pandang walau ada dinding penghalang. Ia bisa melihat malaikat itu tengah disamping ibu yang akan melahirkan normal itu.
Anies merasa iba.
"Boleh aku ngobrol sama suaminya"
"Boleh kok ... apalagi kalau kamu menikahinya haha"
"Emang kenapa dengan suaminya?
Sejenak dia bertanya pada jinnya.
"Gimana suaminya?"
Tampak jin suruhannya menanyakan pada khodam suami dari istri yang mau meninggal itu.
"Hei gimana suami ibu ini kesehariannya?"
"Wah dia baik sekali sangat setia sama istrinya"
"Terus gimana harta dan kekayaannya?"
"Dia kaya raya banget. Bahkan sebentar lagi dia dapet proyek besar"
"Ah masa? proyek apa itu?"
"Proyek penerangan jalan dan fasum"
"Ya makasih ya"
Lantas jin itu memberitahukan pada elena.
"Tuh katanya suaminya bakal dapet proyek besar penerangan jalan dan fasum"
"Wah hebat"
"Sana pergi deketin dia"
Anies pergi menemui lelaki itu yang istrinya hendak melahirkan dan katanya akan meninggal.
"Hallo mas"
Sapa Anies.
"Iya ada apa ya"
"Eu anu saya temen istri masnya"
Anies berbohong.
"Oh iya ..."
"Tapi ...."
"Tapi kenapa ya ..."
"Kelihatannya istri masnya mengalami suatu masalah"
"Masalah apa ya..."
"Kayaknya mau meninggal mas"
"Hah kok bisa"
"Sebenarnya bukan saya yang ngasih tahu. Tapi majikan saya"
"Majikan yang mana?"
"Itu yang diruangan sebelah"
"Apa katanya"
"Eeeuuu katanya dia lihat malaikat maut disamping istri masnya"
Agak panik dibuatnya lelaki yang bernama Donny itu. Dan istrinya bernama Inggit.
Lalu ia ngobrol dengan dokter.
"Dok ... istri saya gak apa apa?"
"Sejauh ini gak ada masalah sih. Hanya saja belum ada kontraksi, jadi perlu diinduksi"
Agak gusar juga Donny.
"Mbak katanya dokter gak ada apa apa"
"Tapi gak tahu ya mas. Katanya dia melihat malaikat maut disamping istri masnya. Oh iya dia juga tahu kalau masnya akan dapat proyek penerangan jalan dan fasilitas umum ya khan'
"Hah darimana dia tahu padahal itu baru rencana"
"Iya katanya masnya akan dapat proyek itu karena bujukan jin jin sekitar masnya kepada pejabat itu"
"Astaga boleh kenalan sama majikan mbak?"
"Boleh mas"
Dihampirilah elena.
"Bu ini bapak ini mau kenalan sama ibu"
"Iya tadi saya kaget, katanya mbak bisa lihat malaikat maut ya"
"Hemmmzz anies kok cerita sih"
"Iya habis gak tega lihat masnya"
"Mbak gimana ... bisakah ngobrol dengan malaikat maut itu, kenapa ia mau mengambil nyawa istri saya"
Lalu sejenak dia memanggil jinnya.
Entah ngomong apa yang jelas bahasa mereka.
Lalu jin Elena menanyakan perihal itu kepada malaikat maut.
"Kenapa engkau mau mengambil nyawa ibu ini"
"Ini perintah dari Tuhan, sudah waktunya meninggal. Dan sebagai ujian buat suaminya"
Lalu disampaikanlah perihal itu pada Donny.
Lalu dengan panik Donny menuju istrinya.
"Sayang yang kuat ya ..."
"Loooh mas kenapa? kok nangis"
"Maafin aku ya..."
"Iya masss kenapa mas ini"
"Kamu harus sesakit ini melahirkan"
"Ini gak sakit loh mas ... cuma gak mau kontraksi aja"
Lalu Donny menuju ibu mertua dan ibunya.
"Bu kasih semangat buat istri saya bu"
Ibunya agak heran. Tapi menganggap biasa. Syndrome kepanikan kepada suami.
"Ini biasa nak. Gak usah terlalu khawatir"
Tapi Donny gak mau terburu buru mengatakannya kalau istrinya, inggit, katanya sudah ditunggu malaikat maut.